NovelToon NovelToon
40 Hari Sebelum Aku Mati

40 Hari Sebelum Aku Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Fantasi / Reinkarnasi / Teen School/College / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

Bagaimana rasanya jika kita tahu kapan kita akan mati?
inilah yang sedang dirasakan oleh Karina, seorang pelajar SMA yang diberikan kesempatan untuk mengubah keadaan selama 40 hari sebelum kematiannya.
Ia tak mau meninggalkan ibu dan adiknya begitu saja, maka ia bertekad akan memperbaiki hidupnya dan keluarganya. namun disaat usahanya itu, ia justru mendapati fakta-fakta yang selama ini tidak ia dan keluarganya ketahui soal masa lalu ibunya.
apa saja yang tejadi dalam 40 hari itu? yuk...kita berpetualang dalam hidup gadis ini.

hay semua.... ini adalah karya pertamaku disini, mohon dukungan dan masukan baiknya ya.

selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8. Oma Itu Siapa?

Karin sungguh beruntung memiliki sahabat seperti Nia. Selain mereka memang bersahabat sejak dari kecil, Nia adalah satu satunya teman Karina yang bisa memahami apapun keadaan dan keinginan Karina tanpa menghakimi. Seperti juga dalam masalah ini. Sekalipun Nia sebetulnya tidak sepenuhnya setuju akan ide Karina mencari papanya, khawatir justru akan membuat Karina menemukan hal-hal yang akan menyakiti hati dan harapannya, namun Nia tetap mendukung dan bersedia membatunya. Walaupun akhirnya keadaanya memaksa untuk membatalkan keberangkatannya menemani Karina.

Namun bantuan dari Nia kali ini sangat membantunya. Nia meminta tante Rus, tantenya yang ada di Bandung untuk menjemput di stasiun dan membantunya menemukan alamat yang akan dicari Karina. Bahkan tante Rus memaksa Karina untuk menginap dirumahnya saja dari pada harus memesan penginapan diluar.

“Nanti mang Dudung yang antar neng Karin sama a’ Dimas ya.”

Selesai sarapan tante Rus menyiapkan bekal untuk perjalanan Karin dan adiknya berpetualang mencari alamat yang sebetulnya tante Rus tidak terlalu yakin kondisinya masih sama dengan kondisi 12 tahun yang lalu.

“Ini buat bekal kalian dijalan. Gak usah beli beli makan, sayang uang sakunya. Nanti jatah makan mang Dudung sudah tante siapkan sendiri. Maaf ya tante hari ini ada kelas, jadi gak bisa nganter kalian.”

Karin mengangguk, haru. Ia yakin kebaikan tante Rus yang seorang dosen ini akan menjadi awal kabar baik bagi perjalannya mencari ayahnya hari ini. Karin memang baru pertama kali bertemu dengan tantenya Nia ini, tetapi tante Rus sudah sangat akrab dengan nama Karina, karena hanya nama Karina yang disebut berulang-ulang oleh keponakannya dalam setiap apapun tema ceritanya.

“Kalau mobil tante kami bawa, terus tante ngajarnya gimana tante?”

“Tante biasa ke kampus naik motor kok neng, jangan khawatir.”

Tante Rus memasukan kotak bekal kedalam tas kecil dan menyerahkan kepada Karin. Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang sudah bersiap dihalaman, dimana mang Dudung dan Dimas sudah menunggu sambil berbincang sesekali saling meledek dan tertawa.

“Pesan tante, apapun hasil yang kamu dapatkan hari ini, kamu harus legowo ya neng. Gusti Allah pasti menetapkan sebuah kejadian untuk sebuah alasan.”

Karin hanya mengangguk. Sesungguhnya iapun tak berani berharap banyak atas kedatangannya hari ini. Namun ia yakin, akan ada hasil selama ia berusaha sungguh-sungguh. Apapun itu hasilnya.

“Udah sana berangkat, keburu siang nanti tambah macet.”

“Iya tante, Karin berangkat ya?”

Karin dan Dimas berpamitan dan mencium tangan tante Rus dengan takzim. Sungguh ibu dosen muda yang cantik dan baik, batin Karina.

**

“Ini bener mang alamatnya?” Karina mengamati sekitarnya dengan ragu.

“Kalau sesuai alamat yang neng Karin kasih, ya ini neng, disini.”

Mang Dudung mantap meyakinkan Karina. Mobil yang mereka tumpangi mereka parkirkan di depan sebuah mini market ber cat biru yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

“Kita Tanya ke orang disini aja, kak.” Usul Dimas.

Karin setuju. Ia mendekati seorang tukang parkir dan memberikan secari kertas untuk memastikan apakah tempat itu sesuai dengan alamat yang tertulis disana.

“Betul teh, ini tempatnya.” Tukang parkir menjelaskan dengan jari telunjuk yang mengarah pada sebuah gedung yang berdiri dengan kaca-kaca lebar disisi depan. Bangunan modern yang dari luar nampak terpampang etalase-etalase penuh hidangan menggunggah selera.

“Kok toko roti a? Saya nyari alamat rumah a.”

“Nah kalau itu saya gak tau teh. Masuk aja teh tanya sama yang jaga di dalam.”

Karin mengangguk dan mengucapkan terimakasih sebelum pemuda ber rompi oren itu kembali mengatur motor-motor yang parker di area ruko-ruko disana.

Sejurus kemudian sepasang kakak beradik yang ditemani laki-laki paruh bawa itu masuk kedalam sebuah ruko dengan baliho besar disisi atas bangunan bertuliskan “Surya Roti”. Sejuk, pendingin ruangan dengan aroma kuat perpaduan antara kopi, coklat, vanilla, dan aroma tepung yang terfermentasi memenuhi penciuman begitu mereka membuka pintu kaca memasuki ruangan.

Toko yang cukup banyak pengunjung namun tetap hening, lega dengan rak-rak penuh aneka rupa kue dan roti yang tertata apik. Nampak beberapa pramusaji berseragam coklat lengkap dengan apron putih dan topi bulat menutupi bagian kepala, membuat mereka sedikit takjub dengan keberadaan toko roti sebagus ini ditengah pemukiman yang sebetulnya cukup jauh dari pusat kota. Menandakan toko roti ini memiliki nama yang terpandang dan memiliki banyak pelanggan.

“Selamat siang kak, ada yang bisa kami bantu?”

Sapa seorang wanita dengan seragam yang sedikit berbeda dari para pramusaji. Terlihat papan nama yang juga tertulis disana posisi pemilik suara itu, seorang Manager toko.

“Siang kak. Maaf kami mau tanya, toko roti ini, pemiliknya siapa ya kak?”

“Toko ini punya ibu Surya kak. Ada apa ya kak?”

“Boleh gak kita ketemu bu Surya?”

Dimas menyahut sopan. Pramusaji itu Nampak sedikit bingung. Anak-anak kecil yang sepertinya baru pernah ia lihat berniat menemui pemilik toko yang bahkan mereka sendiri jarang bisa bertemu dengan atasan mereka sendiri.

“Kami cuma mau menanyakan soal kepemilikan tanah ini kok kak. Karena alamat toko ini sama dengan alamat lama rumah saya. Kami ingin memastikan, bener gak kalau memang toko ini dulu rumah kami.”

Karin bisa merasakan sedikit keraguan dan rasa bingung wanita muda dihadapannya, sangat kentara dari cara manager ini menatap satu persatu  mereka bertiga, bahkan tatapannya mencoba  mencari kesungguhan itu, dari atas kepala sampai ujung kaki.  Tak ingin membuat kedatangan mereka menampakan niat jahat, Karin berterus terang dan menunjukan raport TK untuk memperlihatkan catatan alamat rumahnya. Sama persis dengan alamat yang terpampang pada baliho di depan toko.

“Setau saya, bu Surya sudah memiliki bangunan ini belasan tahun lalu kak.”

“Sekarang bu Surya dimana kak? Bisa gak kita ketemu sebentar?”

“Sebentar ya kak, saya coba untuk minta persetujuan beliau dulu. Biar saya telephone beliau dulu.”

Karin menyambutnya dengan anggukan bahagia. Mengiringi langkah sang Manager masuk kedalam ruangan yang berada disisi belakang bangunan toko itu dengan tatapannya yang berbinar penuh harap. Menunggu dengan hati yang berdebar. Siapa ibu Surya ini? Apakah pemilik baru rumah mama? Atau mungkin beliau istri baru papa? Entahlah, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti siapapun ibu Surya ini, pasti ada kaitannya dengan mama atau papa. Mengingat lagi perkataan sang Manager yang baru ia dengar bahwa beliau memiliki gedung ini sudah belasan tahun. Artinya tidak lama setelah mereka keluar dari rumah itu.

“Kak, ibu Surya mengijinkan kalau kalian mau bertemu. Sebetulnya beliau tinggal di sebuah panti wreda, tapi saat ini beliau sedang dirawat di rumah sakit. Kakak bisa menemui di sana, ini alamat rumah sakitnya.”

Setelah beberapa menit menunggu Karina menerima sebuah alamat rumah sakit tempat bu Surya menjalani perawatan. Karina sedikit tertegun. Bu Surya pemilik bakery seluas dan sesukses ini, tinggal di panti wreda?

“Beliau sakit apa kak?”

“Beliau mengalami kegagalan fungsi ginjal kak, sudah lama.”

“Tapi kenapa bu Surya tinggal di panti wreda kak?”

Dimas juga merasakan hal yang sama dengan kakaknya, sedikit heran dengan situasi bu Surya yang memilih tinggal di panti alih-alih membangun istananya sendiri. Melihat kondisi toko yang ia miliki seramai ini, akan sangat mudah bagi beliau untuk memiliki rumah sendiri tentunya.

“Beliau sebatang kara kak. Setau saya beliau tidak punya siapa-siapa.”

Karin dan Dimas terperanjat, bu Surya sebatang kara? Jadi, siapa ibu Surya ini? Lalu dimana papa? Karin makin tidak mengerti. Potongan potongan teka-teki didalam pikirannya justru bergerak makin saling menjauh.

“Trus toko ini siapa yang urus kak?”

“Toko ini sudah lama dikelola oleh pihak panti wreda kak. Profit yang di dapatkan dari toko roti ini diserahkan bu Surya untuk membayar pengobatan beliau dan untuk membantu operasional panti wreda tempat beliau tinggal.”

“Suami beliau?”

“Sudah lama meninggal karena kecelakaan.”

“Beliau memiliki anak?”

“Maaf kak, saya tidak bisa memberi informasi lebih dari ini. Silahkan menemui ibu Surya langsung saja di rumah sakit, beliau sudah mengijinkan. Saya permisi dulu kak.”

Dengan ramah perempuan ini undur diri, berbalik badan dan kembali keruangan yang ada di belakang area toko. Karin mempersilahkan dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Namun tak dapat ditutupi ada semburat tak biasa yang tertangkap mata Karin dari wanita itu, seolah mengatakan ada kondisi yang tak sederhana mengenai kehidupan atasannya itu. Kondisi yang harus segera ia ketahui untuk mengungkap siapa sebenarnya ibu Surya dan kemana papanya selama ini. Apakah betul suami bu Surya yang sudah meninggal itu adalah papa? Rasa penasaran yang sudah menumpuk begitu tinggi dalam benak Karin, membawa langkah kaki mereka meninggalkan toko roti yang harum itu menuju sebuah alamat yang tertulis dalam kertas yang kini ia pegang dengan penuh harapan. Rumah Sakit.

***

1
Soraya
apa mungkin Pak bewok penjualan es itu budiman
Soraya
mampir thor
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Sangat kreatif
mamak
keren mb Dy,
Tiga Dara: hey... sapa nih??
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!