Ayla adalah pembaca webnovel paling sinis yang pernah ada. Baginya, novel "Algoritma Hati Sang CEO" adalah sampah klise dengan plot hole yang menganga dimana-mana.
Apalagi soal CEO dingin yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama, dan villain yang otaknya tumpul setumpul pisau yang berkarat.
Stress dengan pekerjaannya sebagai CS entry level yang monoton, melampiaskan kekesalan pada novel adalah satu-satunya pelarian yang dimilikinya.
Tapi kutukan menimpanya!
Di tengah caci makinya pada sebuah plot hole konyol, Ayla mendapati pantulan dirinya di cermin perlahan berubah menjadi wajah asing yang tak ia kenali, seragam magang, dan sebuah kartu identitas yang menggantung dilehernya bertuliskan KARSA - RANI - INTERN.
Ayla bertransmigrasi kedalam novel yang paling ia benci sebagai Rani, seorang anak magang sial yang ditakdirkan dipecat karena alasan sepele.
Alya bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya lebih pintar dari takdir bodoh yang penulis novel itu berikan untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hada Kamiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Chimera
Rapat koordinasi besar itu berakhir, meninggalkan Ayla dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Arion sang CEO, dengan karismanya yang sempurna, telah memperkenalkan Project Chimera, sebuah sistem keamanan AI revolusioner yang diklaim akan melindungi Karsa dari segala celah, bahkan dari "dalam sekalipun." Kalimat terakhir itu terus terngiang di benak Ayla.
Di tengah kerumunan yang bubar, Ayla merasakan tatapan tajam yang mengikutinya. Ia menoleh sekilas, dan di antara para manajer yang bergegas pergi, ia melihat Arjuna. Pria itu berdiri agak jauh, matanya yang dingin menatap lurus ke arahnya. Kali ini, tidak ada senyum tipis atau pop-up anonim.
Hanya tatapan intens yang tak terbaca. Ayla merasakan sebuah sinyal tak kasat mata undangan, atau mungkin peringatan.
Kembali ke kubikel, Ayla segera membuka browser internal Karsa. Ia mencoba mencari informasi tentang Project Chimera namun, hasilnya nihil. Semua yang ia temukan hanyalah rilis pers umum yang sama dengan yang disampaikan Arion di rapat.
Tidak ada detail teknis, tidak ada nama tim pengembang, bahkan tidak ada tanggal peluncuran yang spesifik. Proyek ini benar-benar diselimuti kerahasiaan.
"Rani, kamu kenapa?" Laras menghampirinya, wajahnya tampak lelah. "Kamu terlihat tegang sekali."
"Aku hanya... memikirkan Project Chimera itu," jawab Ayla, berusaha terdengar santai. "Kedengarannya sangat besar dan penting, ya?"
Laras mengangguk. "Tentu saja! Itu proyek unggulan Karsa. Tapi aku dengar, itu proyeknya Divisi R&D. Kita tidak akan terlalu banyak terlibat."
Ayla mengernyit divisi R&D, ini divisi Arjuna. Hal ini mengkonfirmasi dugaannya. Jika proyek ini begitu rahasia dan dikerjakan oleh divisi Arjuna, maka Arjuna pasti tahu lebih banyak.
Sepanjang sisa hari, Ayla mencoba mencari cara untuk mendekati Arjuna. Ia tahu ia tidak bisa langsung bertanya, Arjuna adalah sosok misterius yang tidak bisa didekati sembarangan, Ayla butuh alasan.
Kesempatan itu datang saat jam pulang. Ayla melihat Arjuna berjalan sendirian menuju lift. Ini adalah kesempatannya, Ayla mempercepat langkah, berusaha menyusul.
"Pak Arjuna!" panggil Ayla, suaranya sedikit gugup.
Arjuna berhenti. Ia menoleh, tatapannya yang dingin langsung mengunci pandangan Ayla. Tidak ada kejutan di wajahnya, seolah ia sudah mengantisipasi Ayla akan mendekatinya.
"Rani," sapa Arjuna, suaranya datar. "Ada apa?"
Ayla meremas tangannya. "Maaf mengganggu, Pak. Saya hanya... penasaran tentang Project Chimera yang Bapak Arion sebutkan tadi. Kedengarannya sangat revolusioner. Apakah... ada yang bisa saya pelajari lebih lanjut tentangnya?"
Arjuna menatap Ayla lama, seolah menembus pikirannya. Ayla berusaha mempertahankan ekspresi polos Rani, meskipun jantungnya berdebar kencang. Ia tahu Arjuna adalah orang yang cerdas, dan ia tidak bisa berbohong.
"Project Chimera adalah proyek yang sangat sensitif, Rani," kata Arjuna akhirnya, suaranya masih tanpa emosi. "Tidak semua informasi bisa diakses oleh semua orang."
"Saya mengerti, Pak," Ayla menjawab cepat. "Tapi saya sangat tertarik pada keamanan siber, dan saya merasa proyek ini bisa menjadi kunci untuk memahami lebih dalam. Saya hanya ingin tahu, apakah ada bagian dari proyek ini yang mungkin membutuhkan... bantuan tambahan? Atau mungkin ada data yang bisa saya bantu analisis?" Ayla mencoba memancing, menawarkan keahliannya dalam menganalisis pola, meskipun ia tidak mengerti kodenya.
Arjuna mengulas senyum tipis, nyaris tak terlihat, di sudut bibirnya. Itu bukan senyum ramah, melainkan senyum yang penuh perhitungan. "Bantuan tambahan, ya?" Ia menatap Ayla lagi, kali ini tatapannya terasa lebih intens, seolah ia sedang menguji batas-batas Ayla. "Baiklah, Rani. Jika kamu memang tertarik, ada satu hal yang bisa kamu lakukan."
Ayla menahan napas, “Ini dia.”
"Besok pagi, datanglah ke divisi R&D. Saya akan memberimu sebuah file. Jangan dibuka di komputer manapun di Karsa. Bawa pulang, dan analisis. Cari anomali, cari pola yang tidak seharusnya ada. Dan jangan pernah membicarakannya dengan siapa pun."
Ayla terkejut, “Sebuah file? Dibawa pulang? Ini jelas bukan prosedur normal. Ini adalah tugas rahasia.”
"Baik, Pak," Ayla menjawab, berusaha menjaga suaranya tetap tenang. "Saya akan melakukannya."
Arjuna mengangguk. "Bagus. Dan ingat, Rani. Ada lebih banyak mata dari yang kau kira. Termasuk yang mengawasimu sekarang."
Arjuna kemudian berbalik dan masuk ke dalam lift, meninggalkan Ayla berdiri terpaku di lobi yang mulai sepi.
Sebuah file rahasia. Sebuah misi dari dalang. Ayla tahu ia baru saja melangkah lebih dalam ke dalam jaring intrik Karsa. Dan kali ini, ia tidak bisa mundur.
