Zhi Tian hanyalah anak yatim-piatu buta yang sejak kecil hidup menyendiri di pesisir pantai.
Disuatu hari tanpa sengaja Zhi Tian menyelamatkan seorang pria yang terdampar didekat rumahnya. Pria itu bernama Shan Lao, yang ternyata merupakan kultivator paling hebat di benuanya.
Keberadaan Shan Lao mengubah hidup Zhi Tian, berkatnya ia bisa melihat kembali. Tidak hanya sampai di sana, Zhi Tian juga diajarkan banyak ilmu beladiri dari pria tersebut.
Zhi Tian yang sudah dibekali ilmu beladiri kemudian mulai mengejar cita-citanya yang ingin melihat seluruh dunia.
Ini adalah cerita Zhi Tian, seorang anak laki-laki dari pulau terpencil yang menjelajahi dunia yang dipenuhi dengan konflik dan peperangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 8 — Kepintaran Zhi Tian
Tiga hari yang ditunggu Zhi Tian akhirnya tiba, bocah itu akhirnya diperbolehkan membuka perban yang selama ini menutup matanya.
Sebuah cahaya menyilaukan masuk saat kelopak mata Zhi Tian terbuka, Zhi Tian yang merasa kesakitan refleks menutup matanya kembali.
"Perlahan Tian'er, tidak perlu buru-buru..." Shan Lao yang berada di dekat bocah itu memberitahunya sambil menahan senyum karena menyadari begitu antusiasnya Zhi Tian sekarang.
Mengikuti instruksi Shan Lao, kali ini Zhi Tian membuka matanya secara perlahan.
Zhi Tian kembali merasakan sakit pada matanya namun ia berusaha menahannya kali ini, rasa sakit tersebut untungnya hanya berlangsung sesaat sebelum akhirnya ia bisa membuka matanya dengan sempurna.
Yang pertama kali dilihat Zhi Tian saat mendapatkan penglihatan adalah pemandangan pesisir pantai dan ombak laut. Shan Lao memang menyuruh bocah itu membuka perbannya saat diluar rumah.
Zhi Tian melirik ke langit yang terhampar biru diatasnya sebelum pandangannya beralih ke arah dua tangan yang selama ini ia gerakkan.
"Jadi bagaimana rasanya kau bisa melihat?"
Zhi Tian menoleh ketika mendengar suara akrab disampingnya yang tak lain adalah suara Shan Lao.
"Paman?" Zhi Tian memastikan.
"Ya, ini aku..." Shan Lao mengangguk pelan.
Zhi Tian cukup terkejut ketika bibir Shan Lao bergerak dan bersuara yang menunjukkan bahwa pemuda disampingnya memang pria yang selama ini bersamanya.
Sosok Shan Lao cukup berbeda dengan yang selama ini Zhi Tian bayangkan.
"Bagaimana, kau menyukai penglihatanmu?" Tanya Shan Lao sekali lagi.
"Aku seperti menemukan dunia yang baru, Paman."
"Ini hanya sebagian kecilnya, dunia yang kau tempati sebenarnya sangat luas."
Zhi Tian mengangguk namun tiba-tiba ia merasakan ada sebuah tepukan dipundaknya, Zhi Tian menoleh ke belakang dan menemukan Bibi Yue yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Apa sekarang kau bisa melihat Bibi?" Tanya Yue Qiao.
Mata Zhi Tian melebar, "Bibi!"
Zhi Tian langsung berhambur memeluk Yue Qiao, sosok yang selama ini sudah dianggap Zhi Tian sebagai ibu keduanya tersebut.
"Aku senang akhirnya bisa melihat Bibi..." Zhi Tian mengusap air matanya.
"Bibi juga senang akhirnya kamu bisa melihat..." Bibi Yue membalas pelukan bocah itu dengan lebih erat.
Disisi lain saat Yue Qiao dan Zhi Tian saling berpelukan, pikiran Shan Lao sedang tidak tertuju kepada mereka melainkan terlihat kebingungan.
'Hm, kenapa mata naga ini tidak bereaksi apapun, kupikir akan terjadi sesuatu pada Tian'er...' pikir Shan Lao sambil mengelus dagunya.
Semenjak mata naga itu ditanamkan pada penglihatan Zhi Tian, Shan Lao menunggu keajaiban yang akan terjadi pada bocah itu namun selama tiga hari tersebut, Shan Lao tidak menemukan fenomena apapun.
Hal ini membuat Shan Lao ragu, apakah mata naga itu benar-benar memiliki kekuatan seperti yang dituliskan atau justru sebaliknya.
'Setidaknya mata naga itu masih berfungsi dan membuat Tian'er bisa melihat...' Shan Lao memangut-mangutkan kepalanya, merasa sudah cukup puas dengan hal ini.
***
Hampir sebulan berlalu semenjak Zhi Tian bisa melihat, ia menghabiskan waktunya dengan banyak bertanya pada Shan Lao dan Yue Qiao.
"Paman, hewan apa ini, kenapa jalannya menyamping begini?" Tanya Zhi Tian.
"Itu namanya kepiting, bukankah kau dulu pernah kena capitnya?"
"Ah iya, jadi seperti ini ya bentuk kepiting itu." Zhi Tian menggaruk alisnya.
Zhi Tian terus mempertanyakan banyak hal karena menurutnya semuanya merupakan hal baru baginya. Tidak hanya soal hewan, Zhi Tian juga bertanya tentang tumbuhan, benda, fenomena alam, dan sebagainya.
Shan Lao tidak keberatan menjawab keingintahuan bocah itu, Shan Lao bisa melihat Zhi Tian memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Shan Lao juga mengajarkan beberapa hal pada Zhi Tian seperti tentang warna dan konsep jarak karena bagi seseorang yang buta sejak lahir seperti Zhi Tian, ia tidak mengenal konsep dekat atau jauh, dangkal atau dalam, dan sebagainya.
Dan yang lebih penting dari itu, Zhi Tian harus belajar membaca, menulis, serta menghitung yang merupakan kemampuan dasar dari manusia.
"Ini aneh... Bukankah Tian'er lebih cepat belajar dari anak kebanyakan?" Shan Lao melirik Yue Qiao.
"Ehm, sebenarnya aku juga tidak mengerti, aku hanya mengetahui dia memang anak yang cerdas tetapi tidak menyangka akan sepintar ini." Yue Qiao tersenyum canggung.
Keheranan keduanya cukup wajar karena Zhi Tian mampu menguasai menulis, membaca, dan menghitung dalam waktu kurang dari satu minggu padahal pada anak seusianya, mereka membutuhkan waktu sampai beberapa bulan.
Zhi Tian sendiri juga merasa kebingungan, yang ia ketahui apa yang Bibi dan Pamannya itu ajarkan dapat dengan mudah Zhi Tian ingat dan pahami.
"Mungkin sejak awal Tian memang secerdas ini, kita baru mengetahuinya saat dia bisa melihat." Yue Qiao memberikan kesimpulan.
Shan Lao mengangguk, ia juga memiliki pendapat serupa mengenai hal ini.
'Apa mungkin ini disebabkan oleh mata naga itu...' Shan Lao melirik mata emas dan mata ungu Zhi Tian namun ia segera menggeleng dan menepis dugaan tersebut. 'Tidak, itu hanya mata, tidak ada hubungannya dengan ingatan dan kecerdasan.'
Sayangnya keterkejutan itu hanya awalan saja, di lain hari Shan Lao menemukan kejadian yang lebih mengejutkannya lagi.
Saat pagi hari, ketika Shan Lao baru keluar dari gubuknya ia menemukan Zhi Tian sedang melakukan sebuah gerakan yang rumit.
Mata Shan Lao melebar saat menyaksikan hal tersebut karena ia mengetahui gerakan rumit itu merupakan gerakan yang selama ini Shan Lao lakukan setiap hari.
"Tian'er, bagaimana kau bisa melakukan teknik tendangan itu?!" Shan Lao mendekat ketika Zhi Tian baru menyelesaikan gerakannya.
Zhi Tian kebingungan. "Teknik tendangan apa Paman? Aku tidak mengerti?"
"Kau benar-benar tidak menyadarinya, gerakanmu tadi merupakan teknik beladiri."
Zhi Tian menggaruk kepalanya, masih kurang memahami. "Aku tidak tahu apa itu beladiri paman, aku hanya sedang mencoba gerakan yang sering Paman lakukan dan kurasa itu sangat menarik."
Shan Lao menarik nafasnya dingin, setiap hari Shan Lao memang melakukan beberapa gerakan beladiri untuk olahraga tubuhnya agar tidak terlalu kaku. Shan Lao menggunakan ilmu tangan kosong yang merupakan seni beladiri yang dirinya kuasai sebagai kultivator.
"Tian'er, bisa kau ulangi gerakan tendanganmu itu lagi?" Shan Lao ingin memastikan sesuatu.
"Baik paman."
Zhi Tian kemudian mengulangi gerakan tendangan sebelumnya.
Shan Lao menahan nafasnya saat tendangan Zhi Tian mulai menyerupai tarian indah, teknik tendangan itu memang memadukan seni tarian dan jurus tendangan.
"Dia benar-benar bisa melakukannya dengan sempurna?!" Shan Lao menelan ludahnya.
Bukan hal aneh jika Zhi Tian bisa menggunakan teknik tendangan tersebut namun yang menjadi masalah, Zhi Tian bisa melakukan itu dengan waktu yang singkat apalagi teknik tendangan yang dimiliki Shan Lao merupakan teknik tendangan tingkat tinggi yang sulit dikuasai.