NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Sesampainya di sana, Khanza melihat sudah banyak orang yang takziah.

Khanza turun dari mobil dan melihat Mama yang sedang menangis sesenggukan.

Mama mengajak Khanza untuk melihat jenazah kakek yang terakhir kalinya.

Kain jarik dibuka dan Khanza melihat tubuh kakek yang sudah terbujur kaku.

"Kakek, Khanza minta maaf. Khanza belum bisa membahagiakan kakek. Kakek....,"

Seketika itu juga Khanza langsung jatuh pingsan di samping Mama.

"Khanzaaa!” teriak Mama panik ketika tubuh putrinya ambruk tepat di sampingnya.

Orang-orang yang berada di ruang tamu langsung berhamburan mendekat.

Reza dengan sigap menerobos kerumunan, wajahnya pucat melihat Khanza tak sadarkan diri.

“Za! Sayang, bangun!” Reza meraih tubuh Khanza, mengangkatnya dengan hati-hati.

Beberapa ibu-ibu mulai menangis, suasana semakin ricuh.

“Kasihan anak ini, nggak kuat lihat kakeknya,” bisik salah seorang tetangga.

Reza membawa Khanza ke kamar belakang, membaringkannya di atas ranjang.

Mama Khanza menyusul dengan mata semban dengan tangannya yang bergetar hebat.

"Reza, apakah Khanza tidak apa-apa?" tanya Mama.

"Khanza hanya syok, Ma. Mama menemani tamu-tamu, biar aku bersama Khanza." jawab Reza.

Mama Khanza kembali ke para takziah yang ada di luar

Reza mengambil minyak kayu putih dan membalurkan ke tangan Khanza yang sangat dingin.

"Za, apakah kamu mendengar suaraku?" tanya Reza.

Dessy masuk sambil membawa teh hangat untuk Khanza yang masih belum sadarkan diri.

"Dia cucu yang paling dekat dengan kakek setelah om meninggal dunia." ucap Dessy.

Reza menatap wajah pucat Khanza, lalu mengusap pelan kening istrinya dengan tangan yang hangat.

“Za, kamu harus kuat. Kakek pasti nggak mau lihat kamu selemah ini,” bisik Reza lirih.

“Reza, aku tahu Za itu keras kepala. Tapi sejak kecil, dia memang nggak pernah bisa jauh dari kakek. Kakek itu orang tua sekaligus sahabat buat dia."

Reza menganggukkan kepalanya sambil membelai rambut istrinya.

"Tadi pagi kakek menghubungiku, Des. Beliau tanya apakah Khanza sudah hamil atau belum." ucap Khanza.

"Reza, maaf sebelumnya. Apakah dia masih berhubungan dengan Yanuar?" tanya Dessy

"K-kamu tahu tentang Yanuar?"

Dessy menganggukkan kepalanya dan ia mengatakan kalau dulu Khanza pernah cerita kalau dia mencintai Yanuar.

"Aku saja belum tahu yang mana Yanuar itu, Za. Karena Khanza tidak pernah mau menunjukkan siapa Yanuar sebenarnya." ucap Dessy.

"Apakah Mama tahu tentang Yanuar?"

Dessy menggelengkan kepalanya karena Khanza tidak pernah membahasnya sama sekali.

Reza meminta agar Dessy merahasiakannya kepada mama.

Disaat mereka sedang mengobrol tiba-tiba Khanza membuka matanya.

Ia melihat mereka berdua yang ada di dalam kamarnya.

"M-maaf, Kakek...,"

Dessy mengambilnya teh panas dan meminta untuk meminumnya.

Reza membantu istrinya yang akan meminum teh hangatnya.

"A-aku keluar dulu, sepertinya jenasahnya kakek akan di bawa ke pemakaman." ucap Dessy

"A-aku mau ikut,"

Reza menggelengkan kepalanya dan meminta Khanza tetap dirumah.

"Kondisi kamu masih lemah dan Mas nggak mau kamu pingsan lagi disana."

Tangisan para keluarga kembali pecah ketika jenazah kakek diangkat menuju pemakaman.

Suasana rumah penuh dengan doa dan isak tangis.

Dari kamarnya, Khanza berusaha bangkit, meski tubuhnya masih lemah.

“Mas, aku mohon, izinkan aku ikut mengantarkan kakek untuk terakhir kalinya." pinta Khanza dengan suaranya yang bergetar.

Reza menghela nafas panjang dan akhirnya mengijinkan istrinya untuk ikut ke pemakaman.

“Baiklah. Tapi aku akan mendampingimu dari awal sampai akhir. Kalau kamu merasa nggak kuat, langsung bilang sama aku. Setuju?”

"I-iya, Mas."

Reza memapah istrinya dan membawanya ke pemakaman yang tak jauh dari sana.

Khanza melihat mamanya yang dipapah oleh Dessy dan suaminya.

Sesampainya di pemakaman, para lelaki mulai menurunkan jenazah ke liang lahat.

Doa-doa dilantunkan, suara takbir dan isak tangis menyatu dengan udara mendung.

Khanza berdiri di samping Reza, tangannya menggenggam lengan suaminya erat-erat, seakan mencari kekuatan.

Air matanya terus jatuh, namun kali ini ia mencoba tegar, tak ingin pingsan lagi.

“Selamat jalan, Kek. Semoga Allah melapangkan jalanmu. Aku janji akan jaga Mama.”

Reza memegang baru nisan kakek dan berjanji untuk menjaga Khanza.

Setelah dari pemakaman, Reza kembali membopong tubuh Khanza ke kamar.

Ia meminta Khanza untuk istirahat dan ia keluar menemani Mama.

Sementara itu di tempat lain dimana Yanuar menunggu di luar kantor Khanza.

Yanuar menunggu dari tadi sampai semua karyawan sudah keluar semua.

"Yan, kamu cari Khanza?" tanya Janet.

"Iya, Jan. Dimana Khanza? Apa dia sakit?"

Janet menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau kakek Khanza meninggal dunia.

Yanuar langsung membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari Janet.

Ia pun segera menuju ke kota untuk mengganti pakaiannya dan setelah itu ia menuju ke desa Teratai.

"Za, kenapa kamu tidak memberitahukan aku kalau kakek kamu meninggal dunia." gumam Yanuar sambil mempercepat motor sportnya agar lekas sampai di desa Teratai.

Malam semakin larut dan akhirnya Yanuar telah tiba di depan rumah kakek Khanza.

Saat akan melepas helmnya, ia mendengar suara orang-orang yang menyebut nama Reza.

"Untung saja Khanza sekarang sudah menikah dengan Reza. Jadi, ada yang mengurus Khanza sekarang." ucap salah satu tetangga.

Yanuar diam mematung saat melihat Reza menyalami para tamu.

Reza juga terkejut ketika melihat Yanuar datang kemari.

Yanuar tidak jadi melepaskan helmnya dan kembali pulang.

"Za, tega kamu bohongi aku. Jadi, kamu sekarang sudah menikah dengan atasan kamu sendiri." gumam Yanuar.

Sementara itu Reza masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang tertidur pulas.

Untuk sementara ini, ia tidak akan mengatakan kepada Khanza kalau Yanuar datang.

Disaat akan memejamkan matanya, terdengar suara mama yang memanggilnya.

Reza bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.

"Reza, bisa ikut Mama ke ruang keluarga." ajak Mama.

Reza menutup pintu kamar dan ikut ke ruang keluarga.

"Ada apa, Ma?" tanya Reza.

"Ini ada surat untuk kamu dari Kakek dan Mama mengucapkan terima kasih karena kamu sudah banyak membantu tadi." jawab Mama dengan mata yang bengkak.

"Ma, tidak perlu terima kasih. Sekarang mama sudah menjadi keluarga saya." ucap Reza.

Setelah itu Mama memintaku ijin untuk beristirahat di kamar.

Reza mengangguk kecil dan ia membuka surat yang dituliskan oleh Kakek.

 Assalamualaikum, Reza.

Jika surat ini sampai ke tanganmu, artinya aku mungkin sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Reza, aku menitipkan cucu perempuanku, Khanza, kepadamu.

Sejak kecil, dia memang keras kepala, tapi hatinya sangat lembut dan mudah rapuh.

Aku tahu, dia pernah punya luka dan masa lalu yang sulit untuk ia lepaskan.

Namun, aku percaya hanya dengan bimbinganmu, ia bisa belajar berdiri lebih kuat.

Reza, jangan pernah lelah untuk bersabar menghadapi sikapnya.

Jangan biarkan air matanya jatuh sendirian, karena mulai hari ini, engkau lah tempat ia bersandar.

Jadilah suami yang bukan hanya melindungi, tapi juga mendidik, membimbing, dan menenangkan hatinya.

Aku tahu perjalanan rumah tangga tidak akan mudah. Akan ada badai, akan ada ujian.

Tapi ingatlah, rumah tangga yang dibangun di atas cinta, doa, dan ridho Allah akan selalu menemukan jalan keluar.

Aku sudah melihat ketegasanmu, juga tanggung jawabmu.

Karena itu aku yakin, engkau bisa menjaga Khanza lebih baik daripada siapa pun.

Terakhir, aku hanya ingin berpesan jangan pernah menyerah satu sama lain.

Jika salah satu lelah, yang lain harus menguatkan.

Jika salah satu marah, yang lain harus menenangkan.

Reza, jaga Khanza seperti aku menjaganya selama ini.

Wassalamu'alaikum.

Kakek

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!