NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:695
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Briana tak bergeming di dalam mobilnya sembari menatap surat itu. Perlahan ia membuka lipatan kertas tersebut meski sudah kusut akibat ia meremasnya.

Ia melihat tulisan tangan yang bisa di bilang seperti cakar ayam tertoreh pada kertas biru yang ia pegang.

Isi surat tersebut :

"Hai Kak Na. Apa kabar? Kakak Na kenapa enggak pernah lagi main ke rumah aku?

Kakak Na sudah enggak mau lagi ya main-main dan belajar bersama dengan aku?

Aku rindu sekali sama kak Na.

Kalau kakak Na rindu sama aku, kakak Na main - main lagi ya ke rumah. Tapi kalau kakak Na enggak rindu sama aku. Paling enggak kakak Na balas surat aku ini ya. Ya sudah kak Na, surat nya sampai disini dulu ya, soalnya tangan aku sudah mulai capek nulis nih he he he. See You Kakak Na. Aku rindu Kakak Na".

Dari : Pasha.

Tanpa sadar air mata Briana menetes setelah ia membaca surat itu, lalu dengan segera ia menghapus air matanya. Ia menyimpan surat tersebut ke dalam saku tasnya.

Ia berencana ingin pulang, meski pun acara kelulusan belum kelar namun dia tetap meninggalkan acara tersebut tanpa takut resiko apa yang akan datang kepadanya.

Walau begitu, para guru serta satpam yang bertugas sama sekali tidak heran pada dirinya yang selalu melanggar aturan sekolah. Mereka selalu memberikan hak istimewa padanya mengingat ia selalu membawa harum nama sekolah karena prestasi yang ia raih selama ia bersekolah disitu.

....

Di tengah teriknya matahari ia menunggu taxi online yang sudah ia pesan terlebih dahulu setelah kejadian apes yang menimpanya. Mobilnya tiba-tiba mogok ditengah jalan dan terpaksa ia harus naik taxi online.

Cukup lama ia menunggu di pinggir jalan raya yang sedikit jauh dari sekolahnya. Mengingat jalanan Ibu Kota begitu padat sehingga taxi online tersebut tiba setengah jam dari waktu estimasi pemesanannya.

"Dengan mbak Carroline?". Supir itu bertanya dengan santun kepada Briana usai ia membuka kaca mobilnya.

"Iya Pak". Briana membuka pintu mobil.

"Maaf ya mbak, saya lama tibanya, soalnya tadi macet sekali dijalan". Pak supir melirik Briana dari kaca sembari menyetir. Ia merasa tidak enak pada Briana yang sudah hampir setengah jam menunggunya.

"Iya Pak, enggak apa-apa". Briana menyunggingkan senyumannya.

"Makasi ya mbak, sekali lagi makasi banyak karena tidak meng- cancel orderannya. Biasanya penumpang lainnya enggak pernah mau menunggu seperti Mbak Carroline dan langsung nge - cancel orderan nya tanpa peduli nasib driver nya". Pak supir curhat.

Briana melirik supir tersebut mendengarkannya dengan seksama.

"Coba saja semua penumpang kayak mbak Carroline yang enggak mau memutuskan rezeki orang he he he". Sambungnya lagi.

"Bapak salah! Seharusnya yang bapak bilang itu, coba jalanan lancar dan teratur pasti semuanya akan lancar. Bukan malah menyamakan semua orang sama seperti saya. Dan lagi, rezeki itu sudah di atur sama Tuhan. Kalau memang itu rezeki kita, ia akan datang dengan sendirinya, kalau bukan rezeki kita, mau seberapa keras pun usaha kita, tetap saja enggak akan menjadi milik kita. Itu semua sudah di atur sama Tuhan. Yang penting bapak jangan patah semangat". Untuk pertama kalinya Briana angkat bicara yang panjang dengan orang asing.

"Iya sih Mbak. Mbak nya masih anak sekolahan tapi pemikirannya sudah dewasa sekali. Saya jadi malu, umur saya yang sudah 30 tahunan terus sudah punya dua anak saja masih saja terkadang bersikap kekanak-kanakan dan banyak ngeluhnya he he he". Ucap sang supir dengan minder.

Briana kembali tersenyum.

"Oh ya pak nanti kita singgah sebentar ke toko kue sama ke toko mainan ya". Pintanya.

"Oke siap mbak".

Pak supir mengantarnya ke toko kue lalu ke toko mainan sesuai yang dipintanya. Briana pun selesai dengan belanjaannya dan lanjut menuju ke tempat tujuannya.

Kini mereka tiba di depan sebuah bengkel yang cukup besar, yakni bengkel "Sha" alias bengkel milik orang tua Raysha.

"Makasi ya pak. Oh ya ini untuk anak-anak bapak di rumah". Briana menyodorkan satu bungkusan berisi kotak kue yang cukup mahal yang ia belikan barusan.

Supir itu kaget. "Lho apa ini mbak? Kenapa mbak repot-repot sekali pakai ngasi beginian ke saya? Ya Allah gusti". Lalu menolaknya dengan halus.

"Sudah pak terima saja. Ngitung-ngitung karena bapak sudah berbaik hati mau nganterin saya ke toko kue dan toko mainan". Ujarnya dan menyodorkan kembali hadiah itu.

"Ya gusti . . . Kan mbak nya sudah ngasi uang lebih ini". Pak supir sangat terharu sehingga matanya berkaca-kaca.

"Mungkin ini rezeki bapak".

"Makasi banyak ya mbak. Saya doakan semoga mbak menjadi anak yang pintar dan sukses di masa depan, Aamiin". Pak supir itu mendoakan nya dengan tulus.

"Aamiin, makasi pak doanya, saya permisi". Briana pun keluar dari mobil.

...

"Pagi Om, tante". Briana menyapa kedua orang tua Raysha yang sedang sibuk di kantor bengkel mereka.

Mereka menoleh Briana.

"Ehh Briana, sudah lama kamu enggak main ke rumah. Kamu apa kabar?". Mamanya Raysha yang bernama Tasha menghampiri Briana lalu memeluknya dengan hangat.

"Eh iya tan, Alhamdulillah aku sehat tan. Aku lagi sibuk sama ujian akhir sekolah, jadi enggak sempat untuk main ke sini". Jawabnya sedikit berbohong.

"Oh iya sih, si Raysha pun sejak mau lulus-lulusan kerjaan dia di kamar mulu. Enggak mau kemana-mana bahkan enggak pernah lagi bantuin om di bengkel".

"Iya, awalnya Om ngira ada terjadi sesuatu sama dia makanya mengurung di dalam kamar ehh Om salah sangka, ternyata Raysha nya belajar untuk kelulusan he he he". Timpal Papanya Raysha yang biasa dipanggil Ukasha.

"Ehh iya, bukannya kalian ada acara kelulusan ya di sekolah? Tapi kenapa kamu kesini? Terus Raysha nya kemana? Kenapa kalian enggak barengan?". Bu Tasha merasa heran melihat kedatangannya dengan sendirinya.

"Eh iya Tan. Aku memang sengaja pulang duluan. Kalau Raysha kebetulan memang masih ada kerjaan lagi di sekolah, kan dia panitia nya. Kalau aku sama sekali enggak suka sama acara begituan terus karena aku ingat sama Pasha makanya aku kesini mau nitipin sesuatu untuk Pasha". Briana sedikit mengarang perihal kebolosannya lalu menyodorkan beberapa bingkisan untuk Pasha.

"Ouh gitu. Pasha nya ada di dalam kok. Tadi pas tante tinggalin, dia lagi belajar di ruang tv. Kamu masuk saja. Tapi maaf nih tante enggak bisa nemeni kamu kedalam soalnya tante harus bantuin om, disini lagi banyak banget kerjaannya he he he". Bu Tasha langsung mempersilahkan ia untuk masuk menemui anak bungsunya.

"Iya tante enggak apa - apa kok. Lagian aku enggak bisa lama-lama. Paling cuma ngasi ini ke Pasha abis itu langsung pulang. Ya sudah aku masuk dulu ya om tante". Briana merasa sedikit canggung karena keluarga Raysha memang selalu welcome kepadanya.

"Iya sayang, nanti kalau mau apa-apa bilang saja sama Mbak Erna ya".

"Iya tante".

Briana berjalan masuk ke dalam rumah Raysha sembari mencari sosok yang ia cari. Di ruang tv ia melihat seorang anak kecil berumur 7 tahun sedang duduk di kursi roda. Anak kecil tersebut begitu tekun menulis pada bukunya sehingga ia tidak menyadari kedatangan Briana.

"Tulisan kamu semakin bagus". Briana mengagetkan anak tersebut.

Ia menoleh lalu menyambar tubuh Briana.

"Tata Na Tata Na . . .". (arti nya Kakak Na Kakak Na)

Ia adalah adik satu-satunya Raysha yakni Pasha. Ia bukanlah anak kecil yang sempurna, ia memiliki keterbatasan. Ia tidak mampu berbicara ataupun mendengar dengan jelas, serta kaki dan tangannya lumpuh seumur hidup bahkan ia juga memiliki keterbatasan pada mentalnya. Ia mengalami hal tersebut sejak ia dilahirkan ke dunia ini.

Namun begitu dia tidak pernah patah semangat untuk belajar dengan giat. Ia tetap berusaha meski berulang kali ia gagal.

"Kakak Na bawa sesuatu untuk kamu". Briana berbicara dengan isyarat yang mudah dimengerti oleh Pasha sembari menyodorkan dua bungkusan yang ia bawa. Yang satu bungkusan kue cokelat favorit Pasha dan satu lagi berisi mainan edukasi untuk anak seperti Pasha.

"Yeeeee yeeeee, maaci Tata Na". Pasha merasa kesenangan lalu kembali memeluk Briana.

"Sama-sama".

Meskipun Pasha memiliki keterbatasan tapi mereka paham dan lancar berkomunikasi pada Pasha, mengingat mereka menggunakan bahasa isyarat dan caranya berbicara pun seperti anak kecil yang baru pandai berbicara.

Briana sangat sayang pada Pasha, ia sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Begitu juga dengan Pasha. Kedekatan mereka melebihi kedekatan Raysha dan Pasha. Walau pun begitu Raysha tak pernah merasa cemburu, justru Raysha merasa bahagia, sejak adanya Briana, adiknya menjadi semangat untuk hidup dan lebih ceria.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!