NovelToon NovelToon
Cerita Horor (Nyata/Fiksi)

Cerita Horor (Nyata/Fiksi)

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Matabatin / Kutukan / Tumbal
Popularitas:979
Nilai: 5
Nama Author: kriicers

Villa megah itu berdiri di tepi jurang, tersembunyi di balik hutan pinus. Konon, setiap malam Jumat, lampu-lampunya menyala sendiri, dan terdengar lantunan piano dari dalam ruang tamu yang terkunci rapat. Penduduk sekitar menyebutnya "Villa Tak Bertuan" karena siapa pun yang berani menginap semalam di sana, tidak akan pernah kembali dalam keadaan waras—jika kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kriicers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12•

Malam itu, rembulan sabit menggantung rendah di langit Pekanbaru yang kelam, sinarnya yang pucat tak mampu menembus pekatnya malam yang menyelimuti Desa Sungai Enok. Angin malam bertiup lirih, membawa serta desauan yang terdengar seperti bisikan-bisikan jauh. Di sebuah gubuk reyot di tepi desa, seorang pemuda bernama Bayu tengah gelisah. Usianya baru menginjak dua puluh tahun, namun keberaniannya sudah dikenal seantero kampung. Sayangnya, keberanian itu seringkali berbatasan tipis dengan rasa penasaran yang tak terkendali.

Sejak kecil, Bayu telah mendengar cerita-cerita menyeramkan tentang sebuah makam tua yang terletak di ujung desa, di antara rimbunnya pepohonan beringin yang usianya mungkin sudah ratusan tahun. Makam itu dikenal dengan sebutan "Makam yang Tak Pernah Sepi." Konon, setiap malam, terutama saat bulan purnama tiba, dari arah makam itu akan terdengar berbagai macam suara aneh: bisikan lirih, rintihan pilu, bahkan terkadang pekikan mengerikan yang membuat bulu kuduk berdiri. Tak ada seorang pun di desa yang berani mendekat ke sana setelah matahari terbenam. Semua orang percaya bahwa makam itu dihuni oleh arwah-arwah penasaran yang tidak tenang.

Namun, bagi Bayu, cerita-cerita itu justru menggelitik rasa ingin tahunya. Ia merasa ada sesuatu yang janggal, sesuatu yang disembunyikan di balik kisah-kisah menakutkan itu. Ia tidak percaya begitu saja pada takhayul. Pikirnya, pasti ada penjelasan logis di balik semua fenomena aneh itu. Malam ini, dengan tekad bulat, Bayu memutuskan untuk membuktikan sendiri kebenaran cerita tentang Makam yang Tak Pernah Sepi.

Setelah berpamitan kepada ibunya yang sudah terlelap, Bayu keluar dari gubuknya. Ia membawa serta sebuah obor bambu yang nyalanya menari-nari ditiup angin malam, dan sebilah parang yang terselip di pinggangnya – bukan karena takut, katanya, tapi hanya untuk berjaga-jaga dari binatang buas. Langkahnya mantap menyusuri jalan setapak yang menuju ke arah makam. Suasana desa terasa sunyi mencekam. Hanya suara jangkrik dan desahan angin yang menemani perjalanannya.

Semakin dekat ia dengan lokasi makam, udara terasa semakin dingin dan berat. Pepohonan di sekitarnya tampak seperti siluet-siluet mengerikan yang siap menerkam. Jantung Bayu mulai berdebar lebih kencang, namun ia berusaha menepis rasa takut yang mulai menyelimuti hatinya. Akhirnya, ia tiba di gerbang makam. Gerbang itu terbuat dari batu tua yang berlumut, dengan ukiran-ukiran yang samar dan sulit dikenali. Suasana di dalam area pemakaman terasa berbeda. Ada keheningan yang aneh, seolah-olah semua suara di luar tertahan oleh dinding tak kasat mata.

Bayu menyalakan obornya lebih tinggi dan mulai melangkah masuk. Di antara nisan-nisan yang berjejer rapi, ia mencari makam tua yang menjadi buah bibir di desanya. Makam itu tampak lebih besar dan lebih tua dari yang lainnya, dengan batu nisan yang terbuat dari granit hitam legam dan tanpa nama. Di sekeliling makam itu, tumbuh pohon beringin yang sangat besar dengan akar-akar yang menjalar seperti tentakel raksasa.

Bayu berdiri di depan makam itu, mengamati sekelilingnya dengan seksama. Keheningan begitu pekat, sampai-sampai ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Ia menunggu, mencoba menangkap suara-suara aneh yang sering diceritakan orang-orang. Namun, malam itu, makam itu tampak sunyi senyap. Bayu mulai merasa ragu. Apakah semua cerita itu hanya bualan belaka? Apakah malam ini bukan malam yang tepat?

Tiba-tiba, dari arah belakangnya, terdengar suara bisikan lirih. Bayu tersentak dan segera membalikkan badannya, mengarahkan obornya ke sumber suara. Namun, ia tidak melihat siapa pun. Bisikan itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas, seperti seseorang sedang memanggil namanya.

"Bayu..."

Suara itu lembut namun menusuk tulang. Bayu merinding. Ia mencoba mencari sumber suara di antara nisan-nisan, namun nihil. Rasa takut mulai mencengkeram hatinya. Ia mulai berpikir untuk kembali, namun rasa penasarannya masih terlalu besar.

"Siapa di sana?" tanya Bayu dengan suara bergetar.

Tidak ada jawaban. Hanya desauan angin yang semakin kencang. Bayu memutuskan untuk tetap tinggal. Ia berjalan mengelilingi makam besar itu, mencoba mencari sesuatu yang aneh. Tiba-tiba, matanya tertumbuk pada sebuah gundukan tanah kecil di samping makam utama. Gundukan itu tampak baru, seolah-olah baru saja digali. Di atasnya, tertancap sebuah kayu sederhana tanpa tulisan.

Bayu mendekati gundukan itu dengan hati-hati. Ia berjongkok dan mengamati tanahnya yang masih basah. Perasaan aneh mulai menyelimutinya. Mengapa ada makam baru di samping makam tua ini? Siapa yang baru saja dimakamkan di sini?

Saat ia sedang memeriksa gundukan tanah itu, tiba-tiba ia merasakan sentuhan dingin di pundaknya. Bayu terlonjak kaget dan segera menoleh. Di belakangnya berdiri seorang wanita tua dengan wajah pucat pasi dan mata yang kosong. Wanita itu mengenakan pakaian serba putih yang tampak lusuh dan kotor. Rambutnya yang panjang dan kusut menutupi sebagian wajahnya.

Bayu terpaku, tidak bisa bergerak atau berbicara. Rasa takutnya mencapai puncaknya. Ia yakin, wanita di depannya bukanlah manusia biasa.

"Kau mencari siapa di sini, anak muda?" tanya wanita tua itu dengan suara serak.

Bayu berusaha menjawab, namun suaranya tercekat di tenggorokan. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Wanita tua itu tersenyum tipis, senyum yang tidak terlihat ramah sama sekali. "Makam ini tidak pernah sepi, bukan? Mereka semua ada di sini, menunggu..."

Tiba-tiba, dari dalam makam besar itu, terdengar suara gemuruh yang mengerikan. Tanah di sekitar makam bergetar. Bayu melihat dengan ngeri bagaimana retakan-retakan mulai muncul di batu nisan hitam itu. Suara bisikan-bisikan yang tadinya lirih kini berubah menjadi raungan yang memekakkan telinga.

Wanita tua itu mengulurkan tangannya yang kurus dan dingin ke arah Bayu. "Kau juga akan menjadi salah satu dari kami..."

Bayu tersadar. Ia harus lari. Ia segera bangkit dan berlari sekuat tenaga menjauhi makam itu. Ia tidak peduli lagi dengan rasa penasarannya. Yang ada di pikirannya hanyalah menyelamatkan diri.

Saat ia berlari, ia mendengar suara tawa mengerikan dari belakangnya, bercampur dengan raungan dan bisikan-bisikan yang semakin kencang. Ia terus berlari tanpa menoleh ke belakang, sampai akhirnya ia tiba kembali di jalan setapak menuju desanya.

Sesampainya di rumah, Bayu langsung mengunci pintu dan jendela. Ia bersembunyi di balik selimut tebal, mencoba meredakan jantungnya yang masih berdebar kencang. Ia tidak bisa melupakan pemandangan mengerikan di makam itu, terutama wajah pucat wanita tua dan suara gemuruh dari dalam makam.

Keesokan harinya, Bayu menceritakan semua pengalamannya kepada ibunya. Awalnya, ibunya tampak tidak percaya, namun melihat ketakutan yang masih terpancar di mata Bayu, ia menjadi khawatir. Ibunya kemudian menceritakan sebuah kisah yang selama ini dirahasiakan dari Bayu.

Ternyata, makam tua itu bukanlah makam biasa. Konon, di masa lalu, terjadi sebuah tragedi mengerikan di desa mereka. Seorang wanita muda yang hamil di luar nikah dikucilkan oleh warga desa dan akhirnya meninggal dunia karena depresi dan sakit. Bayi yang dikandungnya juga meninggal. Keduanya kemudian dimakamkan di tempat terpencil di ujung desa, yang kini dikenal sebagai Makam yang Tak Pernah Sepi.

Menurut cerita, arwah wanita itu tidak pernah tenang karena perlakuan tidak adil yang diterimanya. Ia diyakini menjadi penjaga makam tersebut, dan suara-suara aneh yang sering terdengar adalah ungkapan kesedihan dan kemarahannya. Gundukan tanah baru yang dilihat Bayu kemungkinan adalah makam seseorang yang baru saja meninggal dan dimakamkan di dekat makam wanita itu, mungkin karena wasiat atau pertimbangan tertentu dari pihak keluarga.

Namun, ada satu hal yang tidak diketahui oleh siapa pun di desa, termasuk ibunya Bayu. Malam itu, saat Bayu berada di makam, ia tidak hanya melihat wanita tua itu. Setelah wanita itu menghilang, Bayu sempat melihat sebuah nisan kecil yang tersembunyi di balik semak-semak di dekat gundukan tanah baru. Di nisan itu tertulis sebuah nama: "Bayu, lahir 20 tahun lalu, meninggal karena sakit."

Bayu terperanjat. Nama itu adalah namanya sendiri. Ia lahir tepat dua puluh tahun lalu. Lalu, siapa yang dimakamkan di sana? Dan mengapa wanita tua itu mengatakan bahwa ia akan menjadi salah satu dari mereka?

Sejak malam itu, Bayu tidak pernah lagi berani mendekati Makam yang Tak Pernah Sepi. Ia selalu dihantui oleh wajah pucat wanita tua dan nama yang tertulis di nisan itu. Ia mulai menyadari bahwa ada rahasia yang lebih dalam dan lebih mengerikan yang tersembunyi di balik kesunyian makam itu, sebuah rahasia yang mungkin berhubungan dengan kelahirannya sendiri. Makam yang Tak Pernah Sepi ternyata menyimpan cerita yang jauh lebih kelam dari sekadar bisikan-bisikan misterius, sebuah cerita yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Bayu.

1
Kriicers
terimakasih bagi yangg sudahh membaca ya gaes ,apakah enak di gantung?😭🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!