NovelToon NovelToon
My Sugar Baby

My Sugar Baby

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Tante
Popularitas:247
Nilai: 5
Nama Author: Angie de Suaza

"Angelica, seorang wanita tegar berusia 40 tahun, berani dalam menghadapi kesulitan. Namun, ketika dia secara bertahap kehilangan motivasinya untuk berjuang, pertemuan tak terduga dengan seorang pria tampan mengubah nasibnya sepenuhnya.
Axel yang berusia 25 tahun masih muda tetapi sombong dan berkuasa, cintanya yang penuh gairah dan kebaikannya menghidupkan kembali Angelica.
Bisakah dia menyembuhkan bekas lukanya dan percaya pada cinta lagi?
Kisah dua sejoli yang bersemangat dan berjuang ini akan membuktikan bahwa usia tidak pernah menjadi penghalang dalam mengejar kebahagiaan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angie de Suaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9

Sementara Axel masih tak tahu bagaimana cara menghubungi Angélica—padahal ia sudah menelepon ponsel mati itu ratusan kali—di sisi lain, Angélica telah disambut oleh Giovanna di rumah indekos barunya dan diberi kamar yang akan menjadi tempat tinggalnya.

"Wow, kamar ini keren banget," ujar Angélica kepada Gio. "Wah, bahkan ada televisinya! Sekarang aku bisa nonton Made in Mexico dan acara masak di kanal Gourmet!"

Sudah lima tahun Angélica tidak punya televisi. Meski ia jarang punya waktu untuk menonton, setidaknya kadang ia bisa menikmati dokumenter tentang seni atau acara memasak.

"Ya, memang agak tua, tapi masih bisa menampilkan saluran digital," jelas Gio. "Ini remote-nya. Lemari pakaiannya juga cukup luas dan ada kamar mandi kecil dengan shower. Semoga kamu nyaman di sini."

"Nyaman banget," kata Angélica dengan tulus. "Dan lemari itu... aku cuma akan pakai setengah raknya. Terima kasih, kamu benar-benar malaikat."

"Dengan senang hati. Kamu butuh apa lagi?" tanya Gio ramah.

"Ya... kamu punya charger tipe B? Dari tadi pagi ponselku mati total, dan biasanya aku pinjam charger dari Bu Zoila di tempat kos lama, atau kadang teman-teman kerja yang baik hati mau bantuin," kata Angélica, mencoba menjelaskan kebutuhannya. "Meskipun ponselku jarang bunyi, tapi bisa saja hari ini jodohku nelpon dan aku nggak bisa jawab karena mati gaya, hehe."

Angélica tertawa geli membayangkan kemungkinannya yang kecil itu, dan Gio ikut tertawa mendengar kelucuan penyewa barunya.

"Aku masih punya satu dari ponsel lamaku. Bentar, aku ambilkan. Semoga cocok," ujar Gio.

Beberapa menit kemudian, ia kembali dengan charger dan Angélica akhirnya bisa mengisi daya ponselnya.

Sudah lewat jam sepuluh malam saat akhirnya ponsel Angélica terisi penuh. Begitu dinyalakan, langsung masuk bertumpuk-tumpuk pesan dan panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal.

Angélica pun penasaran dan mencoba menelepon balik. Namun suara operator berkata:

📲 "Pulsa Anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Bip, bip, bip..."

"Sial, pulsaku habis!" gumam Angélica. "Siapa sih yang nelponin aku segitu banyaknya? Ya sudahlah, kalau memang penting pasti nelpon lagi."

Ia pun bersiap tidur, karena keesokan harinya ia harus tiba di kampus pukul delapan pagi.

Malam itu, Axel menghubungi seorang penyelidik yang direkomendasikan oleh Kevin, pengawal pribadinya. Ia menyerahkan semua data yang ia miliki tentang Angélica, meski tidak banyak. Sang penyelidik berjanji akan memberikan hasilnya esok hari.

Setidaknya malam itu Axel bisa tenang. Ia merasa yakin pria itu akan menemukan perempuan yang kini menjadi obsesinya.

Keesokan paginya, Axel datang pada jam biasa. Tak ada lagi alasan untuk datang pagi-pagi, karena Angélica sudah tak bekerja di kantornya.

Ia duduk di kursi eksekutifnya, dan kembali pada rutinitas hariannya. Sarah mengetuk pintu, lalu masuk dan meletakkan kopi di sisi kanan mejanya. Ia kemudian mulai membacakan agenda hari itu.

"Pukul sepuluh nanti ada pemilihan lima model untuk pekan mode di Milan," kata Sarah.

Axel bahkan tak ingat bahwa hari ini ia harus memilih model. Padahal dulu, itu adalah momen favoritnya. Ia dan sepupunya, Oscar, sering "bermain" dengan para model itu. Tapi kini gairahnya telah padam. Meski begitu, pemilihan tetap harus dilakukan karena minggu depan ia akan terbang ke Italia dan semua harus siap.

"Hubungi Marisolio. Dia yang akan bantu aku memilih modelnya," perintah Axel.

Sarah tampak heran dan tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kenapa tidak memilih bersama Tuan Óscar, seperti biasanya?"

Axel menatapnya tajam.

"Jalankan saja perintah! Sepertinya semua orang di sini mulai lupa siapa bosnya!" bentaknya.

Sarah ketakutan dan langsung berlari untuk memanggil Marisolio.

"Marisolio! Marisolio!" panggilnya sambil menerobos ruang kerja Marisolio tanpa memperhatikan kain-kain yang berserakan di lantai.

"Aduh, aku jatuh!" teriak Sarah.

"Brengsek! Penyihir! Binatang!" teriak Marisolio begitu melihat Sarah terguling-guling di lantai, terjerat kain guipure, tafeta, dan sutra Tiongkok. "Kamu ini datang buat ngeluarin emosi aku, ya? Suatu hari nanti kamu bisa bikin aku mati mendadak karena kesal, dasar kurus tak berguna!"

Begitu Sarah berhasil berdiri, ia langsung menyampaikan pesannya, "Tuan Darko butuh bantuanmu untuk memilih model untuk pekan mode."

Marisolio memandangnya tak percaya.

"Aku? Kamu yakin kamu nggak salah dengar? Biasanya Oscar yang urus urusan ini. Bukan aku!"

Sarah mengangguk meyakinkan.

"Aku juga heran. Sejak Tuan Carlo menyerahkan kendali kepada Axel dua tahun lalu, biasanya dia selalu memilih model bareng sepupunya."

Marisolio tampak cemas.

"Aku harus segera cek Axelito. Jangan-jangan dia sakit? Atau bertengkar sama primis-nya?"

Ia pun langsung berlari ke ruang kerja Axel tanpa mengetuk pintu, seperti biasa.

"Axelito, bener kamu yang nyuruh aku pilih model? Bukan Oscar?"

Axel mengangguk.

"Lho, kok bisa? Kenapa nggak sama Oscar kayak biasanya? Kalian lagi berantem, ya?"

"Enggak, jangan sok kepo. Aku cuma mau cepat selesai, dan kalau sama Oscar biasanya kelamaan," jawab Axel, padahal biasanya ia tak pernah menjelaskan hal seperti ini kepada siapa pun.

"Aah, aku paham. Kalau sama Oscar, modelnya dites dulu di ranjang. Kalau sama aku, langsung beres karena bagian itu di-skip. Oke deh, walaupun aku nggak doyan liat cewek kurus-kurus itu, aku bantuin kamu."

Pukul sepuluh tepat, para model berdatangan. Tapi setiap kali mereka berjalan di catwalk, Axel hanya membayangkan wajah Angélica dalam balutan pakaian-pakaian itu.

Sementara itu, Marisolio tak puas pada satu pun model yang datang:

"Terlalu tinggi."

"Terlalu kurus."

"Terlalu gemuk."

"Terlalu bengkok."

"Terlalu kaki O."

Axel sudah hampir kehilangan kesabaran. Dan saat itulah, datanglah tamu tak diundang yang memperparah suasana: ibunya, Maria, bersama sang ayah, Carlo, dan Patricia Ortega yang baru pulang dari Kanada.

Ia tahu maksud kedatangan mereka: ingin menjodohkannya dengan Patricia. Tapi ia tidak ingin komitmen, apalagi dengan gadis manja yang menyebalkan seperti itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!