Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
" Sudah sabar aku Rin,belum berani aku Pisah Rin, karena aku belum ada pegangan.Mau mintak siapa aku kalau tiba-tiba menjanda "ujar Tami sambil memandang lurus kearah luar.
"Apa lagi yang mau ku ucapkan Mala,aku pun sudah tak tau mau bicara apa.kalau cerita dengan ku bisa meringankan beban mu,cerita lah.."ujar Ririn,merasa iba.
" Trimakasih ya Rin"ujarnya Tami sambil menghapus sudut matanya.
"Kemarin aku ajak Rizal ke dokter,dia tak mau.dia bilang tumor itu cuma seperti jerawat yang keluar nanah dan darah tandanya sudah sembuh.dia juga bilang aku kurang bersyukur dan kamu tau aku dibilang sangat manja"ujarnya Tami sambil beberapa kali menelan salivanya.
" Sabar Mala,sabar ya,ada ya lakik kayak lakik mu, yang sifatnya kayak binatang"Ririn geram
" Ada!.itu sirizal suami ku.kamu tau Rin dia malah bilang begini sakitnya kamu tidak ada apa-apanya sama sakit ku,karena jatuh dari motor.penyakit ku di sama-samakan dia sama sakit yang sepele Rin,hanya lecet doang dia!.kadang aku sangat lelah"Tami menghembuskan nafasnya kasar.
" Jadi selama ini kamu jualan online,uang kamu kemana mal?maaf agak sedikit lancang aku ikut campur urusan kamu"
" Uangnya di pakek bang Rizal,untuk modip motor,sama bayar utang judi online dia. katanya nanti kalau sudah gajian di gantinya"ujar Tami jujur
" Kamu percaya?"tanyak Ririn,sedikit heran
" Ya,mau gimana lagi Rin,nanti tak ku beri dianya marah dan seperti biasa menghancurkan seisi rumah"
"Astaga,dasar Rizal gak ada otaknya"umpat Ririn
"..."
"Kamu yang sabar ya Mala, semoga nanti ada jalan yang terbaik buat kamu"ucapan Ririn sembari menepuk-nepuk pelan lengan Tami
" Iya makasih ya Rin, kamu emang sahabat ku yang paling baik.makasih sudah mau dengarkan curhat ku"Tami lalu memeluk sahabatnya
Tami dan Ririn sangat asik berbincang,namanya emak-emak kalau jumpa pasti ngerumpi aja,semua jadi bahan Rumpin.
sangkin asiknya bercerita mereka berdua terkejut dengan suara deringan hp Tami di atas meja itu.
Mereka berdua sepontan menoleh melihat siapa yang sudah menggangu itu.
Ririn penasaran,dan terlihat panggilan itu dari kak Yan.
"Kak Yan"ucap Ririn.
"Hehe... kenalan ku ini"ujar Tami sembari kekeh
mata Ririn melihat Tami pemuh arti.
"Hallo"Tami mengangkat panggilan itu
"Iya hallo,Aku menggangu tak?"
"Aku lagi di luar,sebentar lagi aku hubungi kamu,tak apa kan"ujar Tami
"Oh,ok,maaf aku menggangu"setelah itu panggil itu terputus.
Ririn masih dengan raut wajah bertanya-tanya.
"Hehehe,apa sih kamu Rin ngeliatin aku seperti itu,itu tadi temen"ujarnya masih cengengesan
"Jangan cengengesan kamu Mala,aku gak nanyak dia siapa,aku cuma bingung nmanya kakak,tapi suaranya abang-abang?"kalimat Ririn yang menyentil Tami
"Iya sih...kalau siang abang-abang,tapi kalau malam dia jadi kakak-kakak,haha"mereka tertawa bersama sebab itu sangat konyol.
"Serius aku"ujar Ririn serius
"Dia itu temen sekolah"
Ririn menatap Tami dengan selidik,mata Ririn sangat tajam melihat ke arah Tami.
"Iisss...Iya,Iya...dia itu adik kelas ku,dan aku baru tau dan baru berkomunikasi beberapa hari dengan dia.Lagian mana mau bujang sama bini orang"Tami menjelaskan semuanya sedikit nyolot sebab tatapan Ririn sangat mengintimidasi dirinya.
"Oh..kamu tak takut ketauan Rizal?"
"Kenapa takut?aku sama Yan cuma teman,lagi Yan baik"
"Mala,jangan terjebak nyaman,kita ini perempuan yang berpikir bukan pakai logika untuk membedakan nyaman sama sayang.Jadi semoga kamu jangan terjebak di permainan mu sendiri"ujar Ririn memperingati dengan nada serius.
"Iya Rin"
"Iya,iya aja lu,kalau dah jatuh cinta begonya amit...amit..parah!.beneran ini!"ucap Ririn sambil menoyor kepala Tami.
"Jangan buka kartu aahh"kesal Tami
"Kamu itu,kayak buku yang tampa di baca sudah tau isinya"
"Hehehe"kekek Tami
"Kekeh aja terus"ucap Ririn kesal
udah muncul bibit² pembinor😆