NovelToon NovelToon
Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Berondong / Office Romance
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: itsclairbae

Nadira Elvarani yakin hidup pahitnya akan berakhir setelah menerima lamaran Galendra, lelaki mapan yang memberinya harapan baru.
Tapi segalanya berubah ketika ia terlibat skandal dengan Rakha Mahendra—anak bos yang diam-diam menginginkannya—menghancurkan semua rencana indah itu.
Di antara cinta, obsesi, dan rahasia, Nadira harus memilih: hati atau masa depan yang sudah dirancang rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsclairbae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 — Air Mata di Balik Janji

Kadang yang terjadi berbeda dengan yang diharapkan.

Seperti yang Nadira alami—ia berharap pernikahannya dengan Galendra berjalan mulus sampai hari H. Tapi ternyata, ada hal besar yang terjadi sebelum hari itu datang.

Ia berniat pergi ke apartemen Galendra untuk memasakkan makanan, sekalian makan malam bersama. Namun sebelum ia benar-benar masuk, matanya sudah disuguhi pemandangan Galendra yang sedang berciuman dengan perempuan lain di dalam apartemennya.

Refleks, tangannya menutup mulut saat menyaksikan itu—antara terkejut dan tidak ingin suara isaknya terdengar oleh dua manusia yang sedang berciuman mesra di hadapannya.

Nadira dengan cepat membalikkan tubuh saat merasa tidak sanggup lagi menahan isakannya. Ia berusaha pergi tanpa mengeluarkan suara, membiarkan calon suaminya berciuman dengan perempuan yang entah siapa.

"Jangan menangis, Nadira. Tahan air mata kamu," bisiknya pada diri sendiri.

Namun, bukannya berhenti, air matanya justru mengalir semakin deras.

Apa yang dilakukan Galendra mungkin belum sebanding dengan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Rakha. Tapi nyatanya, menyaksikan itu tetap saja terasa menyakitkan.

Ia berlari, terlihat kehilangan arah, menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya menuju lift—satu-satunya tempat yang cukup tertutup agar tidak ada seorang pun melihatnya menangis seperti ini.

Beruntung, lift sedang kosong. Maka begitu pintunya menutup, tangis Nadira pecah tanpa bisa ditahan.

Isaknya memenuhi ruang sempit itu, menyayat, seolah semua beban tumpah pada momen Yang sama.

"Apa ini karma?" pikirnya, mengingat jelas pemandangan Galendra yang berciuman mesra dengan perempuan lain.

Di waktu bersamaan, bayangan tentang dosa yang telah ia lakukan bersama Rakha ikut muncul.

Ia tahu, tidak ada orang yang benar-benar bisa menerima kesalahan pasangannya, apalagi jika kesalahan itu begitu fatal.

Mungkin... itu sebabnya Galendra mencium perempuan lain—karena ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Nadira, calon istrinya, pernah disentuh oleh lelaki lain.

Nadira merasa bersalah telah menyerahkan dirinya pada Rakha. Tapi di saat yang sama, ia juga merasa tidak pantas disakiti dengan cara seperti ini. Terlebih lagi, ia tak pernah benar-benar menginginkan kejadian itu terjadi.

Perasaan hancur dan bersalah saling bertabrakan, menghantamnya dari segala arah. Dan bayangan itu belum berhenti di situ.

Nadira juga teringat pada sosok ayahnya—pada kekerasan yang pernah ia lakukan, pada perselingkuhan yang pernah menghancurkan keluarga mereka, meski kini tampak utuh dari luar.

Rasa percaya yang perlahan mulai tumbuh, bahwa masih ada kemungkinan lelaki baik di dunia ini, seakan sirna bersamaan dengan bayangan itu.

Ayahnya, Rakha, bahkan Galendra. Semuanya masuk ke dalam daftar lelaki yang menyakiti perempuan. Lelaki yang tidak menghargai perasaan perempuan. Dan itu membuat hatinya semakin sakit.

Nadira menghapus air matanya berkali-kali, tapi air mata itu seolah tak habis-habis, terus saja mengalir dari kedua matanya.

“Sakit…” lirihnya, sambil memukuli dadanya yang terasa sesak.

Tepat saat pintu lift terbuka, Nadira menghapus air matanya dengan gerakan kasar. Ia tidak ingin ada yang melihatnya menangis—meski percuma, karena pipinya tetap basah, dan orang-orang di lobi apartemen Galendra langsung menatapnya, seolah sedang menonton pertunjukan yang menggelikan.

"Aku benci terlihat lemah seperti ini, tapi aku juga tidak bisa terlihat kuat. Aku juga tidak mengerti kenapa air mataku terus keluar dari tadi," gumamnya dalam hati.

Langkahnya untuk meninggalkan area apartemen itu terasa berat. Rasanya ia sudah melangkah jauh, sudah berusaha secepat mungkin menuju pintu keluar, tapi entah mengapa, ia seperti tidak kunjung sampai.

"Kenapa? Kenapa kamu tidak berhenti menangis? Orang-orang tidak akan ada yang peduli padamu! Bahkan, orang tuamu, keluargamu saja tidak pernah peduli," Nadira memarahi dirinya sendiri dalam hati, karena air matanya terus saja menetes.

Akhirnya, Nadira bisa menggapai pintu apartemen dan keluar dari area apartemen Galendra. Ia ingin segera pulang, ingin berada di tempat yang tidak ada seorang pun yang melihatnya dalam kondisi seperti ini.

Langit malam terasa begitu muram, seakan ikut mengiringi kepedihannya. Udara dingin menusuk kulit, tapi yang paling membekukan tetap luka yang merambat di dadanya. Satu per satu langkahnya menjauh dari gedung itu, seakan meninggalkan seluruh harapan yang tadi ia bawa ke sana.

***

Nadira melihat ke arah mobilnya yang terparkir. Dengan langkah terburu-buru, ia bergegas menuju mobil itu, berharap bisa melampiaskan segalanya di sana. Saat tangannya meraih gagang pintu dan hendak membukanya, sebuah tangan menahannya, membuat pintu itu kembali tertutup.

"Nadira, kamu baik-baik saja?" Suara yang sangat familiar itu terdengar.

Dengan ragu, Nadira menoleh ke arah lelaki yang berdiri tepat di belakangnya—Rakha. Entah apa yang sedang dilakukan lelaki itu di sana, Nadira tidak sanggup menebaknya. Kepalanya sudah terlalu penuh dengan bayangan-bayangan buruk yang terus berputar dalam pikirannya.

"Nadira, hey!" Rakha menepuk lembut wajah Nadira, cemas dan panik melihat tatapan kosong di mata perempuan itu, seolah kehilangan kesadaran.

"Kamu dengar saya? Kamu baik-baik saja?" tanyanya lagi, berusaha mengembalikan kesadaran Nadira.

Perempuan itu masih membuka mata—sadar secara fisik—tetapi pikirannya tampak melayang entah ke mana. Hal itu membuat Rakha semakin khawatir.

“Ck!” Rakha yang sudah kehabisan cara menyadarkan Nadira akhirnya merebut kunci mobil dari tangannya, lalu menarik pelan tubuh perempuan itu masuk lewat pintu penumpang. Setelah memastikan Nadira Duduk dengan aman, ia bergegas masuk dari pintu kemudi dan mengambil alih setir.

Rakha tidak tahu apa yang terjadi pada Nadira. Ia hanya kebetulan berada di sana dan tanpa sengaja melihat Nadira menangis. Melihat perempuan itu dalam keadaan sehancur itu membuatnya terdorong untuk menghampiri dan memastikan keadaannya, tetapi tampaknya kondisi Nadira jauh lebih buruk dari yang ia bayangkan.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” Pertanyaan itu hanya bisa ia simpan sendiri, karena ia tahu Nadira tidak akan menjawabnya.

Rakha sesekali melirik Nadira, memastikan kondisinya. Sejak tadi, satu tangannya menggenggam tangan perempuan itu—sebagai isyarat bahwa Nadira tidak sendiri, bahwa ada dirinya di sana, siap menjadi teman sekaligus pendengar jika Nadira ingin menceritakan apa pun yang sedang ia pendam.

“Aku yakin, ini pasti ada hubungannya dengan Galen,” gumamnya lirih, sambil kembali menatap jalan di depannya, meski pandangannya masih sesekali mencuri ke arah Nadira.

***

Rakha menghentikan mobilnya di area parkir apartemen Nadira. Ia tidak tahu bagaimana cara membuat Nadira yang hancur ini kembali baik-baik saja, tetapi ia tahu, perempuan itu membutuhkan tempat untuk melampiaskan semua yang dirasakannya saat ini.

Ketika Rakha hendak turun dari mobil, genggaman tangannya yang tadi sudah terlepas dari tangan Nadira tiba-tiba kembali digenggam oleh perempuan itu, membuat pergerakannya terhenti.

“Rakha...” panggil Nadira lirih. Matanya masih menyimpan luka yang belum sempat Rakha ketahui asal muasalnya.

“Iya, ini saya,” ucap Rakha sambil membalas genggaman itu. Satu tangannya terulur, mengusap air mata di pipi Nadira.

“Saya di sini. Kamu akan baik-baik saja.”

Kali ini Rakha tidak lagi bertanya tentang keadaan Nadira. Ia berjanji akan membuat perempuan itu baik-baik saja—bersamanya.

1
Syaira Liana
lanjutt kak
Rian Moontero
mampiiir🖐🤩🤸
Syaira Liana
awas aja keira 😡😡😡😡
Syaira Liana
sebel banget sama keira 😡😡😡
ALRININGSIH ALRININGSIH
awal cerita yang bikin penasaran 😊
Clair Bae: Makasih udah mampir ❤
total 1 replies
Asphia fia
mampir
Clair Bae: Terimakasiu sudah mampir, semoga suka sama ceritanya 🙏
total 1 replies
Syaira Liana
lanjuttt kaka
Syaira Liana
Luar biasa
Clair Bae: Terimakasih sudah memberi ulasan ❤
total 1 replies
Susanti
semangat
Clair Bae: Terimakasih banyak ❤
total 1 replies
Trà sữa Lemon Little Angel
Jangan sampai ketinggalan!
Diva Rusydianti
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Beerus
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!