Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Bab 1 — Satu Malam yang Mengubah Segalanya

Pagi ini sama seperti biasanya, Nadira Elvarani terbangun sepuluh menit sebelum alarm di kamarnya berbunyi. Tubuhnya seolah memiliki alarm bawaan yang selalu membangunkannya pada waktu yang sama setiap hari.

Namun, ada yang berbeda saat ia membuka mata. Seorang lelaki terbaring di sampingnya—Rakha Mahendra, anak bos sekaligus CEO Mahendra Digital, salah satu anak perusahaan Mahendra Grup.

Nadira dan Rakha tidak memiliki hubungan apa pun selain sebagai karyawan dan anak bos. Tapi entah bagaimana, lelaki itu kini berada di kamarnya.

Ia buru-buru memeriksa pakaiannya sendiri. Semuanya masih lengkap. Ia mengenakan setelan baju tidur panjang bermotif beruang. Namun, kehadiran Rakha di sisinya tetap saja membuatnya waswas.

"Apa yang terjadi tadi malam? Kenapa Rakha ada di sini?" gumamnya pelan, menatap lelaki itu yang masih terlelap di sisi kanan ranjangnya.

Saat Nadira masih larut dalam kebingungan dan kewaspadaan atas kehadiran Rakha di kamarnya, detik berikutnya lelaki itu membuka mata dan tersenyum manis ke arahnya.

“Selamat pagi,” ucap Rakha ringan, seolah tidak memedulikan ekspresi terkejut Nadira.

Nadira langsung tersentak dari lamunannya. Ia tidak membalas sapaan itu, melainkan langsung bertanya dengan nada datar.

“Apa yang Anda lakukan di kamar saya?” tanyanya to the point.

Ia adalah wanita yang akan menikah sebulan lagi. Sangat tidak etis jika saat ini ada lelaki lain di kamarnya—terlebih lagi, lelaki itu malah tersenyum santai seolah kehadirannya bukan masalah besar.

Rakha kembali tersenyum. “Apa yang saya lakukan?” Ia mengulang pertanyaan itu sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

“Coba ingat-ingat apa yang sudah kita lakukan sampai saya bisa ada di sini sekarang,” katanya enteng, masih dengan nada santai yang membuat jantung Nadira makin tidak karuan.

“Apa maksud Anda?” Nadira refleks menutupi bagian depan tubuhnya dengan kedua tangan ketika mata Rakha menatapnya dengan nakal.

“Kita tidak melakukan apa-apa, kan?” tanyanya memastikan, nada suaranya penuh kecemasan.

Ia tidak ingat apa yang terjadi tadi malam. Yang ia ingat hanyalah mereka bertemu klien dan sempat minum bersama.

Rakha tertawa pelan. “Kenapa ditutupi? Saya sudah melihat semuanya tadi malam.”

Mata Nadira membelalak. Ia tidak ingat apa pun—dan tidak percaya jika sampai melakukan hal yang tidak seharusnya. Ia tidak mungkin tidur dengan berondong—anak bosnya sendiri.

“Jangan bercanda, Rakha!” ucap Nadira dengan nada tinggi, marah karena merasa diperdaya.

“Saya tidak bercanda.” Rakha menatap Nadira dengan ekspresi serius, seolah ingin meyakinkan bahwa apa yang ia katakan benar adanya.

Namun, Nadira tetap tidak percaya. Ia masih mengenakan pakaian lengkap, begitu pula Rakha. Tidak ada bukti bahwa sesuatu telah terjadi di antara mereka—selain fakta bahwa Rakha ada di kamarnya.

“Apa kamu tidak ingat? Tadi malam, kamu duduk di pangkuan saya… dan mencium saya dengan penuh nafsu,” ujar Rakha datar, tanpa sedikit pun nada bercanda di wajahnya.

Nadira terdiam. Sebuah ingatan yang terasa asing, namun nyata, melintas begitu saja—bibir mereka bersentuhan, tangan Rakha mengelus punggungnya, dan sesekali menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka. Yang lebih mengejutkan, dalam bayangan itu, ia memang duduk di pangkuan Rakha.

“Tidak mungkin...” bisiknya tidak percaya. Ia menggeleng keras, lalu memukuli kepalanya sendiri, berusaha menepis ingatan itu. Ia tidak mungkin mengkhianati Galendra, calon suaminya. Tidak mungkin.

Rakha dengan sigap menangkap kedua tangan Nadira yang hendak kembali memukul kepalanya sendiri.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya tajam, nada suaranya menunjukkan ketidaksukaan karena melihat Nadira menyakiti dirinya sendiri.

"Kamu sebegitu menyesalnya sampai harus melukai dirimu sendiri hanya karena melakukannya dengan saya?" ucap Rakha, matanya memancarkan amarah yang ditahan.

Nadira mengangkat wajahnya, menatap Rakha tepat di mata. Ia tidak menyangka Rakha akan melontarkan pertanyaan seperti itu. Tentu saja ia menyesal—apa pun yang terjadi di antara mereka semalam, itu tidak seharusnya terjadi. Yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan.

“Bapak masih bertanya?” tanyanya dengan nada penuh ketidakpercayaan.

Nadira memang memanggil Rakha dengan sebutan “Bapak”, meskipun lelaki itu lima tahun lebih muda darinya. Sebutan itu digunakan demi menjaga formalitas hubungan kerja mereka.

“Bulan depan saya akan menikah! Apa yang akan suami saya pikirkan tentang saya nanti?” teriaknya, emosinya meledak tepat di depan wajah Rakha.

Rakha memejamkan matanya sejenak—bukan karena menyesali apa yang telah terjadi di antara mereka, melainkan karena amarah yang mengendap. Ia kesal saat Nadira kembali membicarakan pernikahannya.

Ia tahu, semua ini salah. Ia tahu, ia telah melampaui batas—menaruh sesuatu dalam minuman Nadira, menciptakan malam yang seharusnya tidak pernah terjadi. Tapi itulah caranya… caranya agar Nadira tidak jadi menikah.

“Jangan bahas itu di depan saya,” ucap Rakha dengan suara yang dalam, memperingatkan. Ada nyeri yang menyesak di dadanya setiap kali mengingat bahwa perempuan di hadapannya akan bersanding dengan lelaki lain bulan depan.

Nadira tidak menggubris peringatan itu. Ia menepis tangan Rakha yang masih menggenggamnya.

“Saya mohon, pergi dari apartemen saya,” pintanya pelan namun tegas.

Ia ingin mendorong tubuh Rakha, menyuruhnya keluar dari tempatnya, tapi keberaniannya belum cukup. Bagaimanapun juga, Rakha adalah anak bosnya, calon pewaris Mahendra Grup. Ia tidak bisa sembarangan bersikap, meskipun kenyataannya—Rakha yang lebih dulu bertindak kurang ajar padanya.

“Nadira—” Rakha tampak keberatan, ingin menyanggah, namun Nadira menyelanya lebih dulu.

“Saya mohon, Pak,” ucapnya lagi, kali ini dengan suara yang nyaris berbisik.

Rakha menghela napas panjang. Ia ingin menolak pergi, tapi jika ia memaksakan kehendaknya sekarang, Nadira pasti akan semakin marah—mungkin bahkan akan membencinya. Maka, untuk saat ini, ia memilih mengalah.

Lagipula, dalam pikirannya, Nadira sudah menjadi miliknya sepenuhnya. Malam tadi, mereka telah melewati batas. Nadira mungkin belum mengingatnya sepenuhnya, tapi Rakha tahu persis—mereka tidak hanya saling mencium. Ia telah merenggut keperawanannya.

“Oke, saya pergi,” ucap Rakha dengan nada berat.

Namun, ia belum langsung melangkah pergi. Tangan kanannya perlahan menyentuh pipi Nadira, menyapu perlahan seolah ingin menenangkan perempuan itu.

“Tapi kamu harus janji, jangan sakiti diri kamu sendiri setelah saya pergi,” pintanya pelan, nyaris seperti bisikan.

Nadira menepis tangannya tanpa berkata apa-apa. Bahkan ia tidak menatap wajah Rakha barang sedikit pun.

“Tolong pergi sekarang,” pinta Nadira sekali lagi. Suaranya pelan namun tegas, tanpa sedikit pun keberanian untuk menatap wajah Rakha—wajah yang kini terasa begitu asing dan menyakitkan. Lelaki itu telah menghancurkan masa depan yang dengan susah payah coba ia bangun.

Rakha akhirnya bangkit dari ranjang, meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu atas apa yang telah terjadi antara mereka malam itu.

Begitu langkah Rakha benar-benar menjauh dan pintu tertutup rapat, Nadira memeluk lututnya di atas ranjang. Tangisnya pecah, air matanya jatuh tanpa suara.

Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan isak.

“Aku seharusnya bisa menjaga diri sampai hari pernikahanku dengan Galendra...” bisiknya getir. Tapi kini, semuanya telah berubah. Ia merasa kotor. Rusak.

“Bodoh, Nadira!” hardiknya pada diri sendiri, lalu memukuli kepalanya berulang kali sebagai bentuk pelampiasan atas penyesalan yang menggerogoti dirinya.

Terpopuler

Comments

ALRININGSIH ALRININGSIH

ALRININGSIH ALRININGSIH

awal cerita yang bikin penasaran 😊

2025-05-20

2

Rian Moontero

Rian Moontero

mampiiir🖐🤩🤸

2025-05-23

0

Asphia fia

Asphia fia

mampir

2025-05-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Satu Malam yang Mengubah Segalanya
2 Bab 2 — Tanggung Jawab yang Tak Diinginkan
3 Bab 3 — Kontrasepsi dan Konsekuensi
4 Bab 4 — Bayang-Bayang di Waktu Makan Siang
5 Bab 5 — Dalam Pelukan yang Salah
6 Bab 6 — Korban yang Meminta Maaf
7 Bab 7 — Antara Doa dan Rencana
8 Bab 8 — Air Mata di Balik Janji
9 Bab 9 — Dalam Pelukan yang Salah
10 Bab 10 — Bukan Tentang Cinta Saja
11 Bab 11 — Antara Dua Tangan
12 Bab 12 — Jeda di Antara Rasa
13 Bab 13 — Cinta yang Tak Terucap
14 Bab 14 — Menyambung yang Retak
15 Bab 15 — Skandal di Ambang Pintu
16 Bab 16 — Keputusan yang Membakar Jembatan
17 Bab 17 — Tempat untuk Hancur dengan Tenang
18 Bab 18 — Aku Masih Di Sini
19 Bab 19 — Dalam Diam yang Paling Nyaring
20 Bab 20 — Ketika Dunia Tidak Adil untuk Perempuan
21 Bab 21 — Kecemburuan yang Manja
22 Bab 22 — Sebelum Semua Terlambat
23 Bab 23 — Di Antara Dua Tangan yang Terulur
24 Bab 24 — Ciuman yang Menentukan Arah Pulang
25 Bab 25 — Yang Sah dan Yang Salah
26 Bab 26 — Harga Diri yang Hilang, dan yang Takut Kehilangan
27 Bab 27 — Antara Tatap dan Peluk yang Menenangkan
28 Bab 28 — Di Antara Ranjang dan Rahasia
29 Bab 29 — Jejak yang Tertinggal
30 Bab 30 — Ruang untuk Bicara, Bukan Menahan
31 Bab 31 — Pilihanku, Untuk Kita
32 Bab 32 — Ketuk Pintu, Bukan Rahasia
33 Bab 33 — Ciuman yang Tertunda
34 Bab 34 — Dalam Pelukan yang Menenangkan
35 Bab 35 — Rahasia yang Dibagikan, Hangat yang Dijaga
36 Bab 36 — Jejak Cemburu di Antara Keramaian
37 Bab 37 — Suara Tangis di Apartemen Sunyi
38 Bab 38 — Bukan Tentang Galen, Tapi Tentang Kita
39 Bab 39 — Cinta yang Dipertahankan, Harapan yang Dipadamkan
40 Bab 40 — Yang Telah Memiliki dan Yang Kehilangan
41 Bab 41 — Cinta, Ranjang, dan Rasa Aman
42 Bab 42 — Perempuan yang Tak Mau Kalah
43 Bab 43 — Harga Sebuah Kebenaran
44 Bab 44 — Yang Terluka, Yang Menghilang, dan Yang Masih Menunggu
45 Bab 45 — Penebusan yang Berdarah
46 Bab 46 — Seratus Cambukan, Satu Pelukan
47 Bab 47 — Ketakutan yang Tak Terucap, Cinta yang Tak Terbantahkan
48 Bab 48 — Dalam Diam yang Telah Lama Mencinta
49 Bab 49 — Bukan Cinta yang Salah, Tapi Standar Mereka
50 Bab 50 — Bahagia yang Tidak Bisa Dijatuhkan
51 Bab 51 — Langkah Gila demi Cinta yang Tak Berbalas
52 Bab 52 — Di Ambang Harapan
53 Bab 53 — Di Antara Hidup dan Luka
54 Bab 54 — Kasih Sayang yang Terselip di Antara Luka
55 Bab 55 — Titik Balik Rasa Sakit
56 Bab 56 — Separuh Hidup yang Terluka
57 Bab 57 — Dalam Peluk dan Penyesalan
58 Bab 58 — Yang Sah dan yang Tertinggal
59 Bab 59 — Saat Hasrat Tak Sanggup Menyingkirkan Masa Lalu
60 Bab 60 — Suara yang Tak Seharusnya Didengar
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 — Satu Malam yang Mengubah Segalanya
2
Bab 2 — Tanggung Jawab yang Tak Diinginkan
3
Bab 3 — Kontrasepsi dan Konsekuensi
4
Bab 4 — Bayang-Bayang di Waktu Makan Siang
5
Bab 5 — Dalam Pelukan yang Salah
6
Bab 6 — Korban yang Meminta Maaf
7
Bab 7 — Antara Doa dan Rencana
8
Bab 8 — Air Mata di Balik Janji
9
Bab 9 — Dalam Pelukan yang Salah
10
Bab 10 — Bukan Tentang Cinta Saja
11
Bab 11 — Antara Dua Tangan
12
Bab 12 — Jeda di Antara Rasa
13
Bab 13 — Cinta yang Tak Terucap
14
Bab 14 — Menyambung yang Retak
15
Bab 15 — Skandal di Ambang Pintu
16
Bab 16 — Keputusan yang Membakar Jembatan
17
Bab 17 — Tempat untuk Hancur dengan Tenang
18
Bab 18 — Aku Masih Di Sini
19
Bab 19 — Dalam Diam yang Paling Nyaring
20
Bab 20 — Ketika Dunia Tidak Adil untuk Perempuan
21
Bab 21 — Kecemburuan yang Manja
22
Bab 22 — Sebelum Semua Terlambat
23
Bab 23 — Di Antara Dua Tangan yang Terulur
24
Bab 24 — Ciuman yang Menentukan Arah Pulang
25
Bab 25 — Yang Sah dan Yang Salah
26
Bab 26 — Harga Diri yang Hilang, dan yang Takut Kehilangan
27
Bab 27 — Antara Tatap dan Peluk yang Menenangkan
28
Bab 28 — Di Antara Ranjang dan Rahasia
29
Bab 29 — Jejak yang Tertinggal
30
Bab 30 — Ruang untuk Bicara, Bukan Menahan
31
Bab 31 — Pilihanku, Untuk Kita
32
Bab 32 — Ketuk Pintu, Bukan Rahasia
33
Bab 33 — Ciuman yang Tertunda
34
Bab 34 — Dalam Pelukan yang Menenangkan
35
Bab 35 — Rahasia yang Dibagikan, Hangat yang Dijaga
36
Bab 36 — Jejak Cemburu di Antara Keramaian
37
Bab 37 — Suara Tangis di Apartemen Sunyi
38
Bab 38 — Bukan Tentang Galen, Tapi Tentang Kita
39
Bab 39 — Cinta yang Dipertahankan, Harapan yang Dipadamkan
40
Bab 40 — Yang Telah Memiliki dan Yang Kehilangan
41
Bab 41 — Cinta, Ranjang, dan Rasa Aman
42
Bab 42 — Perempuan yang Tak Mau Kalah
43
Bab 43 — Harga Sebuah Kebenaran
44
Bab 44 — Yang Terluka, Yang Menghilang, dan Yang Masih Menunggu
45
Bab 45 — Penebusan yang Berdarah
46
Bab 46 — Seratus Cambukan, Satu Pelukan
47
Bab 47 — Ketakutan yang Tak Terucap, Cinta yang Tak Terbantahkan
48
Bab 48 — Dalam Diam yang Telah Lama Mencinta
49
Bab 49 — Bukan Cinta yang Salah, Tapi Standar Mereka
50
Bab 50 — Bahagia yang Tidak Bisa Dijatuhkan
51
Bab 51 — Langkah Gila demi Cinta yang Tak Berbalas
52
Bab 52 — Di Ambang Harapan
53
Bab 53 — Di Antara Hidup dan Luka
54
Bab 54 — Kasih Sayang yang Terselip di Antara Luka
55
Bab 55 — Titik Balik Rasa Sakit
56
Bab 56 — Separuh Hidup yang Terluka
57
Bab 57 — Dalam Peluk dan Penyesalan
58
Bab 58 — Yang Sah dan yang Tertinggal
59
Bab 59 — Saat Hasrat Tak Sanggup Menyingkirkan Masa Lalu
60
Bab 60 — Suara yang Tak Seharusnya Didengar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!