IG : Srt_tika92
Giska, gadis yatim piatu yang tinggal dengan keluarga mantan majikan kedua orang tuanya.
Aurel adalah salah satu anak dari keluarga dimana Giska tinggal.
Aurel dan Giska selalu bersekolah di tempat yang sama, karena memang usia mereka sebaya.
Mereka pun terjebak mencintai pria yang sama. Hingga Giska merelakan pria itu untuk menikah dengan Aurel.
Hingga suatu saat, Aurel datang tiba tiba menemui Giska untuk menikah dengan suaminya.
Ikuti kisah cinta mere hanya disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 8
Davon menarik tubuh Giska ke dalam pelukannya setelah pintu apartemen telah tertutup dengan sempurna.
Kesempatan untuk berdua dengan Giska akhirnya Davon dapatkan tanpa ada pengganggu. Davon membelai sayang wajah Giska yang sangat ia rindukan. memberi kecupan di kening, lalu di kedua matanya, pipi dan tidak lupa pada bibir yang sedari tadi menggodanya.
Giska menikmati perlakuan Davon yang begitu hangat. Membiarkan Davon melupakan rasa rindunya.
Davon perlahan menyessap bibir Giska, melummatnya dengan lembut. Dengan langkah yang santai dan menggiring tubuh mereka masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan pagutan mereka.
Ciuman Davon begitu memabukkan bagi Giska, ciuman yang sangat Giska rindukan selama dua tahun ini.
Tanpa sadar mereka terjatuh ke atas ranjang, terlihat jelas kabut gairah di mata Davon. Ciuman yang lembut menjadi lebih kasar dan menuntut.
Tangannya tak tinggal diam menyusuri tubuh Giska yang begitu menggoda bagi siapapun yang melihatnya. Davon merasa beruntung bisa mendapatkan Giska kembali, wanita cantik dengan tubuh yang sangat ideal itu sudah resmi menjadi miliknya, hanya miliknya.
Satu persatu pakaian yang di kenakan Giska sudah terjuntai di atas lantai, hingga tubuh polos Giska yang menyisakan celana dalamnya, terpangpang di depan mata Davon yang terlihat berbinar mendapati pemandangan luar biasa.
" Sama sekali gak berubah. " batin Davon yang telah merengkuh kedua benda kenyal dengan tangannya.
Tidak lupa Davon memberikan stempel merahnya yang berceceran di area itu.
" Von. " lenguh Giska yang merasakan kenikmatan.
Davon semakin bersemangat menyusuri tubuh Giska, hasrat yang menggelora melupakan bahwa Giska belum bisa disentuh saat ini.
" Von, " panggil Giska.
" Hem, " jawab Davon tanpa berhenti dari kegiatannya.
" Von, berhenti. " Giska menepuk pundak Davon. " Berhenti Von, jangan di teruskan. aku lagi haid. "
Davon yang mendengarnya, segera menghentikan aktivitas nya dan menjatuhkan diri di samping Giska. terlihat jelas kekecewaan di raut wajahnya.
" Sampai berapa hari? " tanya Davon dengan wajah yang lesu.
" Seminggu. " ucap Giska.
" Hah! " pekik Davon. " lama amat! "
Giska tersenyum melihat wajah Davon yang begitu menggemaskan baginya. tidak lupa meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang hampir polos.
" Sabar, orang sabar di sayang Tuhan. " Giska mengelus dada bidang Davon.
Davon mendengus kesal. " Tapi udah di ujung banget nih. " ucapnya.
" Yaudah langsung pulang, kamu kan bisa sama Aurel. " ucap Giska dengan santai nya.
" Ck, bisa bisanya kamu ngomong gitu! kamu rela aku berhubungan dengan wanita lain. " Davon.
Giska sejenak terdiam. " Dia juga berhak atas kamu. dia istri pertama kamu. jangan gara gara aku, kamu jadi lupa sama dia. " Giska mengingatkan Davon.
Sebenernya Davon juga sangat jarang menyentuh Aurel, dia lebih memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan agar hasrat kelelakiannya tidak muncul.
" Sudahlah, jangan ngomongin orang lain disaat kita lagi berduaan. " ucap Davon.
Giska pun menganggukkan kepalanya.
Dan malam itu pun mereka tidur dengan nyenyak saling berpelukan.
*
Keesokan harinya Giska hanya bisa menghabiskan waktunya di apartemen. Keinginannya untuk bekerja tidak dapat dilakukan karena Davon tidak memberi ijin.
Davon memang tidak ingin Giska bekerja, karena akan membuat Davon sulit untuk bertemu dengan Giska. Belum lagi waktunya yang akan di bagi untuk Aurel.
Jangankan berkerja, keluar dari apartemen pun harus seijinnya. Davon benar - benar overprotective pada Giska.
" Hallo Von, " Giska menghubungi Davon lewat ponsel nya.
" Ada apa yank? " jawab Davon dari sebrang sana.
" Von, aku keluar bentar ya, bete nih. " Giska meminta ijin untuk keluar apartemen.
" Yaudah, tapi jangan lama - lama ya, dan pake pakaian yang tertutup, kalo perlu yang longgar. " ucap Davon.
" Iihh.. gak sekali nyuruh aku pake karung! " ketusnya.
" Haahaha.. itu lebih bagus biar gak ada yang liatin kamu. "
" Nyebelin deh... udah ah aku mau jalan. " Giska memutuskan panggilannya secara sepihak.
*
Giska sudah sampai di cafe milik Laura, hanya tempat itu yang bisa di kunjungi, karena cuma Laura lah teman terdekat nya setelah Aurel.
Giska dan Laura berbincang cukup lama. Giska pun menceritakan kehidupannya pada Laura.
" Ya ampun Giska, jadi lo udah nikah sama Davon? " Laura cukup terkejut mendengar pengakuan Giska.
" Iya Ra, dan cuma nikah sementara. " tegasnya mengingatkan.
" Gue yakin sih, si Davon gak bakalan nglepasin lo! " ujar Laura sangat yakin.
" Justru itu yang gue takuti. dan pada akhirnya gue nyakitin Aurel. Lebih baik gue yang sakit dari pada liat Aurel tersakiti. " ucap Giska sembari mengaduk - aduk minumannya.
" Gis, sabar ya! " Laura mengelus punggung tangan Giska. " Semoga semuanya baik - baik aja dan lo dapet kebahagiaan. "
" Tengkyu Ra, "
" Terus lo mau kerja dimana? " tanya Laura.
" Gak tau, gue si pengennya cepet - cepet kerja, tapi Davon gak ngijinin gue. "
" Emang kenapa dia gak ngijinin lo kerja? "
" Ck, kaya lo gak tau Davon aja! dari dulu dia posesif baget ama gue. " Giska.
" Iya.. iya.. gue tau kok, saking cintanya ama lo, lo gak boleh punya temen cowok selain dia. haha. " Laura mengingat kembali kenangan masa lalu saat masih kuliah.
Laura adalah salah satu teman Davon dan satu angkatan dengannya. Giska bisa berteman dengan Laura karena sering bertemu dengan Laura jika Giska di ajak berkumpul dengan teman Davon.
Dering ponsel Giska berbunyi sangat nyaring..
" Baru di omongin orang nya udah telpon aja. " gerutu Giska sembari menjawab telpon dari Davon.
" Hallo. " Giska.
" Kamu dimana? masih di luar? " tanya Davon.
" Iya masih diluar, ketemuan ama temen. "
" Temen siapa? cewek apa cowok? "
Laura yang mendengar pertanyaan Davon memutar bola matanya malas.
" Cewek kok tenang aja! "
" Yaudah cepetan pulang, jangan lama lama. aku pulang agak malem, ada meeting penting di luar kantor. "
" Iya.. iya.. bentar lagi pulang. " Giska.
" Yaudah. sampai ketemu ntar malem.. bye.. muach.. " Davon.
" Bye. " Giska memutuskan panggilan tanpa membalas kecupan jauh dari Davon.
" Hahaha... " Laura tergelak mendengar tingkah Davon yang belum berubah. " Udah tua masih aja gak berubah. "
Giska tersenyum malas, " Ya begitulah Davon, kadang nyebelin, kadang ngangenin. "
" Cinta.. cinta.. cuma cinta yang bisa begitu. " Laura menggeleng - gelengkan kepalanya. " Si Davon posesif banget ama lo. beda banget kalo sama Aurel, cueknya minta ampun. "
" Ngomong - ngomong lo udah punya gandengan belom? " Giska.
Laura menggeleng, " Gue belum nemu gantinya Tomi, gue terlalu sayang ama dia. "
" Iya.. iya.. gue ngerti kok. " ucap Giska. " Ehh bukannya si Tomi kerja sama Davon ya! "
" Masa sih? "
" Kalo gue gak salah denger sih. coba ntar gue tanyain ke Davon. "
" Semoga aja dia masih di sekitar sini. " Laura.
" Iya semoga, dan lo harus nyatain cinta lo sebelum lo terlambat dan nyesel. "
Laura hanya tersenyum menanggapi ucapan Giska.
*
*
*
Bye.. bye..
👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻