Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Dua rekan kerja di samping Clara terlihat mundur hingga ke dinding sambil melirik Vanessa.
Vanessa juga menetap ke arah Clara.
Namun kemudian, dia mengalihkan pandangannya dengan dingin.
Dia menganggap Clara hanya sebagai angin lalu.
Dia pun memasuki lift dengan masih ditemani para eksekutif.
Begitu pintu lift tertutup, dua rekan kerja Clara menghela nafas lega.
Mereka mulai bergosip dengan penuh semangat.
"Harusnya cewek barusan itu pacar Pak Erwin, 'kan? Astaga, cantik sekali, yang dipakai barang bermerek semua, pasti mahal, tuh! Wajar sih anak orang kaya. auranya berbeda sama kita-kita, sikapnya juga tenang dan percaya diri.
"Ya, Aku juga merasa seperti itu!"
Sambil berbincang-bincang, Mereka bertanya lembut pada Clara, "Clara, bagaimana menurutmu?"
"Ya" Ucapnya singkat dan datar sembari menundukkan pandangannya.
Vanessa sebenarnya adalah anak haram dari ayah Clara.
Menyebut Vanessa sebagai anak haram mungkin kurang pas.
Bagaimanapun, saat Clara berusia 8 tahun, ayahnya bersikeras menceraikan ibunya dan menikahi Ibu Vanessa.
Itu dilakukan ayahnya agar ibu Vanessa tidak menderita lagi.
Setelah orang tuanya bercerai, dia bersama ibunya yang depresi tinggal bersama nenek dan pamannya dari pihak ibu.
Selama bertahun-tahun, bisnis pamannya semakin terpuruk, sedangkan bisnis keluarga Gori berkembang pesat tiap harinya.
Dengar-dengar, ayahnya selalu memberikan yang terbaik untuk Vanessa.
Entah berapa banyak uang yang dihabiskan untuk merawat Vanessa.
Semua itu Ayah lakukan untuk menebus penderitaan yang Vanessa alami sewaktu kecil.
Vanessa sendiri bisa memenuhi harapan.
Berdasarkan kabar yang beredar, dia menjadi sosok wanita yang luar biasa.
Vanessa yang mulanya adalah anak haram, kini menjadi putri sah keluarga kaya.
Setelah lebih dari 10 tahun berlalu, aura yang dimiliki Vanessa sebagai putri dari keluarga kaya semakin kuat, bahkan lebih kuat dari dirinya yang dulu adalah Putri asli keluarga kaya.
Clara awalnya mengira mereka tidak akan pernah berhubungan lagi satu sama lain.
Namun takdir berkata lain.
Tuhan seperti lebih sayang pada Vanessa.
Hubungan antara Klara dan Erwin bagaikan pungguk merindukan bulan.
Tidak peduli saya berapa keras dia berusaha, Erwin tidak pernah memperhatikannya.
Namun, saat pertama kali melihat Vanessa, Erwin langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Clara, kamu tidak apa-apa?" Tanya rekan kerja dengan khawatir saat melihat wajah Clara memucat.
Clara pun segera tersadar, lalu berkata, "Tidak apa-apa kok."
Dia dan Erwin akan segera bercerai.
Entah siapa yang nanti akan Erwin cintai, dia tak lagi memperdulikannya.
Sejak hari itu, Clara tidak lagi memperhatikan apa yang terjadi antara Erwin dan Vanessa.
Clara bekerja lembur hingga waktu mendekati pukul 09.00 malam.
Saat pekerjaannya hampir selesai, ponselnya berdering.
Layar ponselnya memunculkan nama Raisa, sahabatnya.
Clara mau angkat telepon dan diberitahu kalau Raisa sedang mabuk.
Clara lantas diminta untuk menjemputnya di restoran dan membawanya pulang.
Clara buru-buru menyelesaikan dokumen terakhir lalu mengambil kunci mobil dan bergegas meninggalkan perusahaan.
20 menit kemudian, Clara tiba di restoran.
Begitu turun dari mobil dan hendak berjalan menuju pintu, terlihat seorang gadis kecil berjalan keluar dari tempat parkir di seberang.
Clara terdiam sejenak saat melihat wajah gadis kecil itu.
'Elsa?'
'Bukankah seharusnya Elsa sedang sekolah di Lavin? Kenapa malah... apa mungkin dia ikut pulang bersama Erwin?'
Status dan jabatan clara di perusahaan memang terbilang rendah.
Dia tidak memiliki akses untuk mengecek dokumen penting dan rahasia perusahaan.
Meski begitu, dia tahu Erwin masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan pengembangan pasar bisnisnya di Lavin.
Dia mengira kepulangan Erwin hanya untuk sementara karena harus menangani beberapa urusan.
Dia tidak menyangka Putri semata wayangnya juga ikut kembali ke Maro.
Clara tidak tahu pasti kapan mereka.
Namun, karena pagi tadi dirinya melihat Erwin, besar kemungkinan kalau mereka sudah kembali sehari lalu.
Meski begitu, sampai detik ini Elsa masih belum menghubunginya sekedar untuk memberitahu kepulangan mereka.
Setelah memikirkannya, Clara mencengkeram erat tasnya.
Dia memperhatikan gadis kecil yang melompat kegirangan di depannya.
Dia diam-diam mengikutinya.
Setibanya di lobby restoran, terlihat Vanessa dan beberapa teman mereka muncul di ujung koridor.
Clara pun segera menghindari ke sisi lain.
Kemudian, dia mendengar putrinya memanggil Vanessa dengan gembira.
"Tante Vanessa!!" Panggil gadis kecil itu sambil berlari ke arah Vanessa dan memeluknya.
Clara duduk di sofa membelakangi mereka memanfaatkan tanaman hias dan sandaran kursi untuk menutupi tubuhnya.
"Loh, Elsa juga ikut pulang?" Tanya Vanessa.
"Tante'kan pulang ke Maro, aku sama ayah tidak rela ditinggal begitu saja. Ayah langsung menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan membawaku pulang. Lagian, kami juga sengaja pulang sehari sebelum ulang tahun Tante, supaya tidak melewatkan ulang tahun Tante!" Celoteh Elsa riang.
"Ini hadiah dariku dan juga Ayah. Kalung ini ku buat sendiri bersama ayah. Selamat ulang tahun Tante Vanessa,"imbuh Elsa.
"Wah, ini buatan kalian sendiri? Pasti butuh waktu dan usaha membuatnya. Elsa memang hebat, tante suka sekali sama hadiahnya. Makasih Elsa!"Jawab Vanessa.
"Syukurlah kalau Tante suka,"timpal Elsa.
Elsa kemudian memeluk Vanessa sembari bersikap manja, berkata, "Seminggu tidak bertemu tante rasanya kangen banget. Untung saja masih bisa telepon tante, kalau tidak, mana mungkin aku bisa bertahan di Lavin."
"Aku juga kangen sama Elsa."
Pada saat itu, terdengar suara langkah kaki datang mendekat.
Clara terdiam mematung.
Yap, suara langkah kaki itu berasal dari Erwin.
Meski tidak melihat sosok pria itu, Clara hafal betul dengan irama suara langkah kakinya.
Alasan kenapa Clara begitu yakin, karena selama 7 tahun pernikahan, dia selalu menunggu kedatangan Erwin setiap hari.
Irama langkah kaki Erwin sama persis dengan wataknya, konsisten, mantap dan tenang.
Bahkan ketika berhadapan dengan anggota keluarga yang dekat dengannya, dia tetap tenang dan tampak acuh, seolah-olah dia akan tetap seperti itu meski langit runtuh sekalipun.
Awalnya Clara mengira tidak ada seorangpun atau tidak ada apapun di dunia ini yang akan mengubah pikiran pria itu.
Namun dia salah.
Semenjak kemunculan Vanessa, semua berubah...
Belum sempat memikirkannya lebih jauh, enggak mau nanti lara pun harus pecah saat mendengar suara Elsa.
"Ayah!"teriak Elsa.
Teman-teman yang ada di sana juga ikut menyapanya.
Erwin hanya mengangguk, lalu berkata pada Vanessa, "Selamat ulang tahun."
"Ya"Jawab Vanessa sambil tersenyum.
"Ayah, bukannya Ayah sudah menyiapkan hadiah lain buat tante Vanessa? Cepat kasih sekarang! timpal Elsa.
Suasana tiba-tiba menjadi hening.
Selanjutnya, salah satu teman Erwin terkekeh seraya menundukkan kepala.
Dia mencubit gemas pipi Elsa, dan berkata,"Itu hadiah yang ayahmu siapkan khusus untuk tante Vanessa. Mungkin, ayahmu ingin memberikannya secara langsung pada tante. Kita tidak usah ikut campur ya, hahaha."
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....