Anto adalah pemuda malas. yang bermimpi untuk menjadi seorang penakluk di dunia ini.
tetapi Anto hanyalah pemuda miskin yang sangat malas.
Anto juga bukan pemuda yang kaya.
pekerjaan nya hanyalah melamun dan berkhayal.
tetapi Anto adalah pemuda pemberani dan baik hati.
mampukah Anto mewujudkan mimpi Nya yng muluk muluk.
ikuti kisah perjalanan Anto yang pemalas dan cabul. dan ini adalah cerita untuk umur ***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suryo Widodo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31. barda
Malam hampir menjelang pagi.
suasana gelap gulita, mendung menggantung di angkasa. Sesekali terdengar suara petir menggelegar. Tetapi di tengah rintik nya gerimis dan pekat nya malam, nampak seorang wanita yang berkulit bersinar bagai rembulan dan berwajah sangat cantik berjalan melenggang tanpa rasa takut sedikitpun. Tentu saja, dia adalah Maya sang selebritis kita. Maya melenggang dengan tenang menghampiri Anto yang sedang bersembunyi.berbeda dengan Maya, tubuh Anto menggigil ke dingin an. Tentu saja, Anto hanyalah manusia biasa, apa lagi Anto sedang menjalani laku. sangat jarang makan nasi. Hanya dedaunan yang jatuh dari pohon yang menjadi makanan nya sehari hari. Andai tidak di suplai energi oleh Maya. Anto tentu sudah tidak akan bertahan dari laku nya. Anto melihat Maya dari ke jauhan. mendatangi nya.
dalam ke dingin an nya, Anto tersenyum senang.
tubuh Maya yang bersinar bagai rembulan, itu yang membuat nya terlihat walau dalam jarak masih jauh. walau sinar nya tidak menyilaukan. Tetapi sinar redup itu sudah cukup di tempat yang sangat gelap .
" uluh..uluh... Sayang... Kamu ke dingin an ya sayang...kasihan..."
Maya mendekati Anto yang menggigil ke dingin an.
" iya sayang...heeh.. Dingin sekali sayang... Kalau begini terus, aku bisa sakit sakit sayang.."
Maya tersenyum sambil membelai wajah Anto yang kucel tidak terawat.
" oh... Dingin. Ya sayang , mau di anget in sayang...?"
Anto menjadi sedikit kesal mendengar Maya yang terus menggoda nya.
dengan gemas,, Anto menubruk Maya. Tubuh nya sudah tidak kuat lagi menahan dingin. Dengan senang hati Maya menerima tubuh Anto. di sela sela ke kesibukan nya melayani Anto, jari tangan Maya menunjuk ke atas. Menuliskan diagram pelindung.
dan terbentuklah pelindung berbentuk kubah menahan dari hujan gerimis dan dingin nya angin malam. Anto yang mencari ke hangat an, tangan nya menyelusup ke sana kemari. Membuat Maya semakin lama semakin terangsang. Maya pun melepas seluruh pakaian nya, dan juga pakaian Anto. Kini Anto dan Maya bagai Adam dan hawa.
suasana yang masih gelap membuat Anto dan Maya semakin terhanyut dalam buai ke inginan. Maya dan Anto saling berbagi ke hangatkan, walau Anto yang lebih banyak mendatangkan ke hangatkan dari tubuh Maya. Kini wajah Anto sudah di depan sawah milik Maya. Dengan lembut, lidah Anto membelai belahan sawah yang terdapat sungai kecil dan goa hangat. Mulut Maya merintih menahan rasa yang sangat di gemari nya. Sama seperti Anto. Wajah Maya juga sudah di depan tongkat Anto yang tinggi tegak menjulang bagai tugu Monas.
ingin sekali Maya memasukan tugu nya Anto ke dalam diri nya.
tetapi, Anto selalu. Menolak nya. Dengan berbagai alasan.
Anto dan Maya hanya saling memuaskan dengan servis luar saja. Itu bagi Maya sudah cukup. Dari pada Maya dengan tuan tuan nya yang terdahulu.
setelah satu jam saling mengulum, tubuh Anto bergetar hebat. Wajah nya di benamkan ke sawah milik Maya semakin dalam. Begitu juga dengan Maya. Pinggul Maya bergetar meliuk liuk dan kejang kejang. Tak lama kemudian, Anto dan Maya mendesah kencang. Mereka sama sama menuju puncak. Tubuh ke dua nya terkulai lemas. Maya merangkak memutar mendekati wajah Anto yang penuh dengan cairan ke wanitaan nya. Dengan penuh kasih, Maya menjilati wajah Anto membersihkan dari cairan.
" masih dingin kah sayang..."
Tanya Maya lembut kepada Anto.
" sudah tidak lagi sayang.. Terimakasih ya sayang.. Kamu selalu ada untuk aku.."
Maya tersenyum dan memeluk tubuh Anto dengan erat.
" aku rela melakukan apapun untuk kamu sayang. Asal kamu tidak meninggalkan aku.
ijinkan aku mengabdi dan melayani mu setiap saat sayang."
Anto tersenyum hati nya terharu mendengar permintaan Maya yang sangat sederhana bagi nya. Dan Anto pun berjanji tidak akan meninggalkan Maya apapun yang terjadi.
Semburat merah telah mewarnai ufuk timur menandakan pagi telah menjelang. Anto dan Maya saling memakaikan baju di selingi candaan dan kecupan kecupan kecil. Mereka berdua melakukan itu di manapun, seakan akan dunia hanya ada Anto dan Maya saja.
"kangmas, mari kita hampiri orang yang berniat jahat kepada kita itu. Dia telah tunduk kepada kita kangmas."
Kata Maya sambil menarik tangan Anto. Anto sangat senang mendengar orang yang jahat itu telah di tundukan oleh Maya. Dari jauh, Anto melihat seorang laki laki meringkuk telanjang bulat.
" sayang, dia kah orang yang kamu maksud..?"
Anto penasaran, mengapa orang itu telanjang bulat
" iya kangmas,, pakaian nya telah habis di sambar petir kangmas, kita tanya dia kangmas, mungkin dia ada teman nya."
Setelah dekat dengan orang yang di maksud, Maya segera menanyai orang telanjang itu.
" hei kamu... siapa nama kamu..? Apakah kamu ada teman kamu.? Dari awal aku melihat lebih dari sepuluh orang di balik pohon bersembunyi selain kamu."
Dengan muka pucat sambil menahan malu, orang itu menjawab pertanyaan Maya.
" nama saya barda kanjeng nyai, saya sendirian tidak ada teman, dari awal yang nyai lihat adalah saya kanjeng nyai. Saya menggunakan ajian bolo Sewu. Tolong beri saya pakaian kanjeng nyai, saya kedinginan."
Maya mengambil satu setel pakaian di dalam tas Anto. Lalu di lemparkan kepada barda.
barda menerima pakaian yang di lemparkan nya. Dengan tergesa gesa, barda mengenakan pakaian pemberian Maya. Maya sempat melihat pusaka barda yang menggantung. Tetapi aneh, Maya tidak ada rasa sama sekali dengan pusaka milik barada malau masalah ukuran dan panjang tidak kalah dari ke punya an Anto bahkan bisa di bilang lebih malah, tetapi bila melihat ke punya an Anto, entah mengapa Maya menjadi bernafsu sekali.
barada telah selesai mengenakan pakaian, dia bersimpuh di hadapan Maya dan Anto.
" dengar barda, kamu juga harus mematuhi perintah suamiku ini.... Perintahnya adalah perintahku juga... Bila kamu tidak mematuhi nya,, kamu akan terbakar oleh api hitam ku barda,, camkan itu baik baik."
Barda melirik ke arah Anto, barda sangat iri kepada Anto. Penampilan Anto yang tidak lebih baik dari diri nya, mengapa kanjeng nyai nya begitu sangat sayang kepada Anto. Tubuh yang kurus kering, muka kucel tidak terawat, juga kumis dan brewok yang cenderung agak gimbal, di sertai pakaian nya yang compang camping. sungguh penampilan Anto persis seperti orang gila di pasar. Tetapi, kanjeng nyai nya terlihat begitu mencintai dan menyayangi Anto. Walau sekarang iri apapun hati nya. Barda haruslah tetap patuh. Karena jiwa nya sudah terikat perjanjian dengan kanjeng nyai nya.
" barda, ini tugas mu membawa perbekalan kita, sekarang antar kami ke pos mu..! Kamu pasti menyekap banyak wanita untuk jadi pemuas dan pelayan mu."
Barda tertunduk pasrah. Barda berjalan di di depan sebagai petunjuk jalan ke tempat persembunyian nya.
Ada apa di markas barda...
mari kita simak di bab selanjut nya.