NovelToon NovelToon
Gadis Cupu Mengandung Benih Dosen Duda

Gadis Cupu Mengandung Benih Dosen Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Erchapram

"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.

Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.

Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nasib Buruk Azura

"Abang, apa yang sedang kamu lakukan. Tolong lepaskan, kita bukan muhrim." Ucap Zura ketakutan.

"Jangan munafik Zura, aku tahu kamu sudah tidak perawan. Kamu terbiasa bukan melayani pria hidung belang di kota." Bisik Daffa.

"Apa maksud abang, jangan fitnah."

"Kalau bukan jual diri, bagaimana kamu bisa hidup di kota?"

"Aku kuliah dari uang beasiswa bang, dan aku juga bekerja paruh waktu sebagai pelayan di restoran. Tolong jangan berkata yang bisa membuat ayah marah." Lirihnya.

Srek

Dengan kurang ajarnya, Daffa merobek kancing kemeja yang dipakai Zura lalu meremas kuat payu dara Zura yang berukuran besar, jauh berbeda dengan milik Lestari.

"Besar sekali milikmu Zura, membuat aku tidak sabar ingin mencicipinya."

"Tolong, jangan kurang aja bang. Lepaskan sebelum ada yang melihat."

"ZURA, SUDAH MATANG BELUM MASAKANNYA?" Teriak ibu Yuliana, membuat Daffa mau tidak mau melepaskan pelukannya.

"Ma..masih saya masak bu." Ucap Zura terbata menahan tangis. Bahkan dia tidak berani menoleh.

"Kamu ngapain disini Daffa?" Tanya ibu menatap curiga pada putranya.

"Lagi nemeni adik kesayangan memasak."

"Kurang kerjaan sekali kamu, mending kamu rapikan meja kursi di depan. Karena sore ini juragan Kadir akan datang melamar Zura."

Glek

"APA?" Teriak Daffa terkejut.

"Apaan sih kaget begitu, sebentar lagi hidup kita berubah enak."

"Maksud ibu menjual Zura begitu?"

"Bukan menjual Daffa, tapi memberikan Zura jodoh terbaiknya. Dengan begitu, kehidupan kita juga akan ikutan enak kalau Zura menikah dengan juragan Kadir yang kaya raya."

"Bukannya juragan Kadir sudah punya istri ya?" Tanya Daffa heran.

"Benar, dan Zura akan menjadi istri yang kelima. Istri kesayangan."

"Aku ke depan dulu bu." Ucap Daffa melarikan diri, bukan ingin menghindari pembicaraan. Tapi ingin menyembunyikan wajah marahnya. Dia tidak rela jika Zura dinikahi orang lain. Karena Daffa sudah lama menaruh hati pada adik tirinya.

"Kurang ajar juragan Kadir, sudah punya banyak istri masih kurang saja. Aku harus bisa menggagalkannya."

Karena lamaran datang mendadak, Daffa tidak bisa berbuat apa lagi. Tapi dia berencana akan menggagalkan pernikahan Zura dengan juragan Kadir.

"Aku harus mendapatkan keperawanan Zura, apa pun caranya. Aku harus menjadi yang pertama, lebih bagus kalau dia bisa hamil anakku."

Dengan wajah dongkol, Daffa merapikan meja dan kursi sambil mengomel.

Sore pun tiba, ibu Yuliana sibuk mendandani Zura supaya terlihat lebih cantik tidak cupu lagi. Dengan dress miliknya yang dipinjamkan pada anak tirinya. Zura terlihat sexy dan begitu menggoda. Dress panjang dengan belahan sebatas paha dan juga leher berbentuk V memperlihatkan payu dara besar itu menyembul keluar. Siapapun pasti terpikat.

"Lihatlah dada kamu, masih perawan tapi seperti wanita yang sedang menyusui. Jangan-jangan kamu suka menyusui pria kota?" Tuduh ibu Yuliana.

"Ibu jangan fitnah." Ucap Zura.

"Awas saja jika ketahuan kamu tidak perawan, bisa-bisa juragan Kadir marah besar. Merasa rugi telah menikahi kamu." Sarkas ibu Yuliana, membuat Zura terdiam merasa takut.

Karena sejujurnya Zura sangat takut, dia yang kini sudah hilang kegadisannya ditangan dosennya sendiri. Merasa takut, jika akhirnya dia hamil.

Setelah memastikan jika penampilan Zura telah sempurna, ibu Yuliana pun keluar dari kamar anak tirinya menuju ke ruang tamu. Disana terlihat sang suami sedang duduk tenang menanti kehadiran calon menantunya.

Daffa mengendap-endap masuk ke kamar Zura, lalu segera mengunci pintu. Dengan sekali tarikan, Daffa merengkuh tubuh adik tirinya yang sedang berdiri termenung menatap keluar jendela.

"Kamu sangat sexy Zura, rasanya aku tidak rela melihat kamu dipersunting juragan Kadir." Ucap Daffa.

"Abang, kenapa bisa masuk ke kamarku. Tolong cepat keluar bang."

"Aku ingin mencicipi sedikit milikmu yang sangat menggoda, membuatku berdesir."

Tangan Daffa menelusup ke dalam baju bagian dada yang terbuka.

"Tidak pakai B*H ternyata."

Pluk... Daffa dengan leluasa mengemut puting berwarna pink yang mengeras seolah menantang untuk segera dinikmati.

"Ahhhh..." Tanpa diduga justru terdengar suara Zura mendesah seolah menikmati.

"Kamu menikmatinya Zura? Jadi benar kamu sudah terbiasa melakukan ini?"

Zura terdiam, jujur saat Daffa melahap su su nya yang terbayang di otak Zura adalah sang dosen yang sedang bermain dengan miliknya seperti tempo hari.

"Abang, tolong hentikan jangan diteruskan." Lirih Zura kini menangis tersedu-sedu. Dia merasa telah mengkhianati Garvin.

"Kenapa menangis, bukankah kamu sudah terbiasa dengan semua ini." Ucap sinis Daffa yang merasa adik tirinya tidak sepolos yang terlihat.

Dengan berani, kini tangan Daffa meraba kearah bawah. Dia ingin merasakan kehangatan lembah sang adik.

"ZURA CEPAT KELUAR." Teriak Ibu.

"Sial, kamu jangan senang dulu. Karena aku pasti menjadikanmu milikku."

Zura menghapus kasar air matanya, menatap sedih pada Daffa yang keluar lewat jendela. Daffa tidak ingin aksinya diketahui oleh ibunya.

"Kenapa nasibku harus seperti ini."

Zura keluar kamar dengan wajah sembab, dia tidak peduli jika ibu tirinya akan memarahi dia. Dengan terus menundukkan kepala, Zura melangkah menuju ke ruang tamu.

"Langsung saja ya pak Ruslan, bu Yuliana. Saya Kadir, melamar Azura untuk menjadi istri saya yang ke empat. Mahar sebidang kebun karet dan juga satu set perhiasan emas 24 karat."

"Saya menerimanya juragan Kadir." Ucap ibu Yuliana dengan penuh semangat.

"Yang akan saya nikahi Zura, bukan ibu." Sarkas juragan Kadir.

"Tentu saja, saya hanya mewakili menjawab. Karena sepertinya Zura malu."

"Bagaimana Zura?" Tanya juragan Kadir.

"Sa... Saya..." Zura menatap ayahnya. Sementara ayah Ruslan mengangguk, meminta Zura menerima pinangan pria ini.

"Saya terserah ayah dan ibu." Akhirnya jawaban itu yang keluar dari mulut Zura. Karena memang pernikahan ini bukan keinginan hatinya.

"Karena semua sudah setuju, jadi pernikahan ini akan saya lakukan satu bulan dari sekarang. Kalian tidak perlu repot apapun. Karena semua saya yang akan mengaturnya."

"Satu bulan lagi saya sidang skripsi juragan Kadir. Bolehkah ditunda seminggu setelah sidang." Pinta Zura.

"Boleh, tapi saya ikut menemani kamu sidang." Putus juragan Kadir.

Bibir ibu Yuliana tidak henti-hentinya tersenyum, membuat ayah Ruslan tertular. Kebahagiaan istrinya adalah segalanya, tidak peduli jika hati putrinya terluka.

"Aku bahagia mas, terima kasih karena terus mendukungku. Aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintai kamu Yuliana, dari dulu hingga sekarang nama kamu tetap bertahta di hatiku."

Zura yang mendengar semakin sedih.

"Jadi, ibu kandungku bukan istri yang dicintai ayah." Gumam Zura.

"Apakah semua pernikahan karena perjodohan berakhir dengan kesedihan? Lalu kenapa ayah masih tetap menjodohkan aku. Mengikuti semua kemauan dan keputusan ibu tanpa memikirkan bagaimana perasaanku."

"Pak Garvin, andai bapak bisa menolong aku. Tapi aku tidak mau melibatkan bapak dalam permasalahanku."

1
Patri Behel
Kecewa
Patri Behel
Buruk
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus dan sangat menarik
Erchapram: Terima kasih kakak.
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
kalo lu cerita ma garvin pasti dia bakalan nolong lu zura
𝐈𝐬𝐭𝐲
kok Zura bego bgt ya mau² saja, bukanya nolak atau pergi dri rumah🤦‍♀️
Erchapram
Terima kasih buat yang sudah support karya Othor, dengan memberikan like. Kalau boleh bantu subscribe dan beri ulasan bintang limanya. Terima kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!