Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali ke Jakarta
“Suroto bin Sunoto Atmojo, saya kembalikan mahar mu dalam bentuk Kandang Sapi beserta isi didalamnya, di bayar kredit!’’ ucap Dea lantang.
Para warga tentu saja sangat terkejut mendengar ucapan yang tidak bisa mau di filter ini. Bisa-bisanya Dea masih sempatnya bercanda. Ndoro Ajeng menatap Dea sengit, tapi gadis ini santai saja.
“Dasar wanita tidak berpendidikan! Jangan sombong kamu. Baguslah jika kamu tahu diri mengembalikan semua mahar, setidaknya kamu masih punya urat malu.’’ sentak Ndoro Ajeng.
“Yups! Memang benar. Saya memang bukan wanita berpendidikan seperti anak dan calon menantu baru sampeyan, tapi saya masih punya malu. Tidak merebut suami orang seperti situ. Sudah merebut, mana makan uang hasil dari istri pertama lagi. Upss,, sengaja keceplosan’’ balas Dea telak lalu menutup mulutnya.
“Kau!’’ tuding Ndoro Ajeng.
“Jangan sok menudingku begitu. Aku nggak takut sama sekali’’ Dea menatap sinis Ajeng.
“Wah, wah.. Tinggal di kota ternyata membuat Kowe (kamu) semakin menjadi saja ya Dea! Saat di kampung saja kelakuan kowe kurang ajar, apa lagi di kota. Untung saja Kang Suroto Ndak jadi menikah Karo kowe, jika tidak bisa malu keluarga Juragan. Jangan sampai pria lain terkena sial juga.’’ timpal Sukartini.
Dia sengaja mencari muka di depan keluarga Juragan. Dari dulu Sukartini sudah mengincar putra juragan itu, tapi belum bisa karena Suroto tergila-gila pada Dea. Dan inilah kesempatan untuk nya mencari muka.
“Kau diam! Urus saja ayang beb Kardi mu itu. Buat tangga yang bagus, supaya bisa memanjat kamarnya. Jangan seperti waktu itu kau hampir jatuh ku lihat.’’ Dea berkacak pinggang dengan gaya tengilnya. Wanita ini memang tidak ada takut-takutnya sama sekali.
Sukartini langsung terpaku dengan wajah merah menahan malu. Semua mata tertuju padanya. Tatapan para warga menatap curiga, lalu mereka beralih menatap Kardi. Pria itu terlihat santai sekali, sesekali nyengir seperti tidak merasa bersalah. Terlalu malu Sukartini memutuskan untuk pulang di sambut oleh sorakan warga.
“Ingat! satu Minggu lagi sertifikat asli kebun Teh harus sudah ada di tangan ku. Jika tidak, bukti kejahatan kalian yang memalsukan sertifikat akan di serahkan pada pihak berwajib!’’ ujar Biyu menyeringai jahat.
Dea saja sampai merinding melihatnya. Biasa Dea hanya melihat wajah tengil dan kaku pria vampir itu. Ternyata jika begini wajahnya lebih menyeramkan, pikir Dea.
sedangkan Juragan dan Ndoro Ajeng ketar-ketir juga mendengarnya. Dalam hati, Sunoto masih berharap anaknya itu hanya mengancamnya, tapi tetaplah harus waspada dan mempersiapkan segala kemungkinan.
Setelahnya Biyu dan Dea meninggalkan kediaman Juragan Sunoto. Keduanya saat ini di jalan menuju ke Jakarta.
Sepanjang perjalanan Dea hanya diam saja. Sejenak pikirannya melayang, apa mungkin kehadiran Abiyu hanya untuk mengambil hak nya? Tapi kenapa Dirinya juga ikut terseret juga. Sampai mau di bawa ke Jakarta segala. Memikirkannya membuat Dea mengantuk, akhirnya wanita itu tertidur.
.
🩵
Setelah menempuh jarak 13 jam, akhirnya Dea dan Abiyu tiba di Jakarta. Dea sudah bangun sedari tadi. Setelah makan malam sebentar di restoran, Biyu membawa Dea ke rumah mama Dian. Dea yang melihat arah jalan yang familiar sekali, merasa heran. Tapi tak mau bertanya.
Memasuki komplek elite Dea semakin penasaran, Dirinya pikir kediaman Biyu berdekatan dengan mama angkatnya. Hingga mobil yang membawa keduanya masuk halaman luas itu. Ya, pelataran kediaman Mahendra. Jelas Dea sangat tau. Dea menatap Biyu, tapi pria itu diam saja seolah tidak sadar sedang di lihat secara intens.
Dengan diam Dea mengikut melangkah Abiyu masuk rumah. Mulutnya bungkam seperti baru memasuki rumah itu pertama kalinya, padahal setiap Minggu Dirinya akan main atau menginap disini. Melihat Abiyu yang santai saja sudah seperti rumah sendiri, Dea jadi ingat mama Dian sering sekali menjodohkan nya dengan anak lelakinya yang selalu di sebutnya Biyu.
Seketika ingatan Dea mengingat pria yang memesan seragam untuk karyawan Hotel Mahendra, Tuan Abiyu Husein Mahendra, Dea mengetahui nama pemilik hotel itu saat di beri kartu nama. Lalu pria vampir yang selalu mengganggunya di bajunya ada lambang hotel 🏨 Mahendra seperti di kartu nama pria itu. Dan di desanya, para bodyguard juga mengatakan nama panjang Abiyu. Mata Dea melotot sempurna. Dia menutup mulut karena terlalu shock.
“Mama! Bu Ratmi?’’ Biyu langsung menyalami mama Dian dan Bu Ratmi. Ucapan Biyu membuyarkan keterkejutan Dea.
“Sayang, mama kangen nak’’ Dian merentangkan kedua tangannya.
Dea dengan ragu mendekati dan memeluk mama angkatnya itu, meski dalam hati bergejolak sekali ingin menanyakan semua. Tapi waktu belum tepat. Sedangkan Bu Ratmi terharu karena ternyata anaknya tidak sendirian di Kota besar ini. Ada sahabat lama yang menjaga sang anak.
Dea beralih ke Bu Ratmi, menyalami dan memeluk wanita yang melahirkannya itu.
“Kalian pasti lelah sekali, segera bebersih setelah itu langsung istirahat. Jika lapar makanan di kulkas tinggal di panaskan’’ ujar mama Dian pada anaknya dan Dea.
“Ayo Rat, sudah lama kita tidak bergosip. Siapa tahu nanti kita bisa menemukan berondong yang ada roti sobek nya’’ ucap mama Dian lagi membuat Dea dan Biyu melongo mendengarnya. Kalimat yang sangat sakral itu biasanya di ucap oleh gen Z, ini bisa-bisanya kedua wanita paruh baya malah mau mencari berondong, ada roti sobek lagi.
.
Kedua nya saat ini sedang di dapur, di tengah malam Biyu mengganggu Dea minta di buatkan coklat panas. Memang kebiasaan pria itu minum coklat panas saat terjaga di malam hari. Semenjak mengecewakan Dea saat masa sekolah, Biyu jadi suka terbangun saat tengah malam. Mungkin yang awalnya karena rasa penyesalan, lama-kelamaan membuatnya jadi kebiasaan setiap malam.
“Kamu itu bisa nggak sih, sehari aja nggak ganggu aku?! pacar bukan, suami apa lagi tapi hobby sekali gangguin aku! Dasar sinting’’ ucap Dea kesal sekali. sedang tidur dengan nyenyak malah di ganggu. Dea meletakkan coklat panas di meja dengan wajah cemberut.
“Oh jadi jika sudah jadi pacar atau suami baru boleh gangguin kamu, gitu? Aku sih yes aja. Mau pacar atau suami aku jabanin asal pasangannya kamu.’’ Biyu mulai sudah kumatnya.
“Dasar gila!’’ Dea meninggalkan Biyu sendiri di dapur. Pria itu terus terbahak melihat kekesalannya.
“Apa kamu masih mau berbicara begitu saat mengetahui aku adalah pria yang menyakitimu?’’ Biyu bermonolog, di temani kesunyian.
.
Dea yang kembali ke kamar, tak sengaja melihat ponselnya menyala. Terlihat puluhan panggilan dari Naura sejak dirinya pertama kali pulang solo masuk. Ada satu pesan baru.
Niko memintanya jadi model busanan m yang di desain oleh Naura. Dea langsung menyetujui nya. Lalu wanita ini berbaring dan melanjutkan tidurnya.
.
.
“Apa?! ternyata kau?’’