Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~13
"Tidak apa-apa tuan Jovan sepertinya hanya kemasukan debu,"
Hanna nampak berpaling ketika Jovan menatapnya lalu di usapnya matanya dengan perlahan namun pria itu kembali menahan tangannya.
"Jangan di kucek nanti akan infeksi, hadap sini biar ku bantu tiup!"
Jovan mendekatkan wajahnya lalu di tiupnya pelan kedua mata Hanna bergantian, entah kenapa sejak mereka bertemu untuk pertama kalinya pria itu merasa ingin selalu melindunginya. Wajah Hanna yang polos dan sederhana membuat jiwa kelelakiannya tak bisa begitu saja mengabaikannya, apa di kehidupannya sebelumnya mereka memiliki sebuah hubungan?
"Ini tempat kerja bukan tempat kencan!"
Tiba-tiba sebuah suara bariton langsung mengagetkan mereka hingga membuat keduanya nampak saling menjauh, di lihatnya CEOnya yang baru keluar dari ruangannya bersama sang asisten menatap tajam kearah mereka.
"Kamu ikut saya meeting!" perintahnya kepada Hanna hingga membuat wanita itu segera bersiap-siap.
Sementara Jovan nampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan salah tingkah, kakak sepupunya itu memang terlalu serius menanggapi semua hal.
"Apa aku ikut juga?" tanyanya saat mengikuti langkah pria itu.
"Terserah," sahut Jiro yang terus melangkah panjang meninggalkan mereka.
Jovan hanya menghela napas panjangnya entah kenapa akhir-akhir ini kakaknya itu sering sekali uring-uringan dan semakin galak saja padahal perusahaan sedang baik-baik saja tak ada masalah serius dan hubungan pria itu dengan kekasihnya juga baik bahkan beberapa hari lagi mereka akan bertunangan.
"Apa itu semua yang di rasakan oleh calon pengantin?" gumamnya tak mengerti.
"Kamu mengatakan sesuatu?" Jiro menatap Jovan yang sedang berdiri di sebelahnya ketika mereka sedang menunggu lift terbuka.
"Tidak," pria itu langsung mengedikkan bahunya sepertinya pendengaran kakaknya sangat tajam.
Ting
Lift pun terbuka dan mereka semua segera masuk, Hanna langsung mengambil tempat paling belakang bersebelahan dengan tuan Hayes.
"Ngomong-ngomong bagaimana persiapan acara pertunangan kakak dengan Sofie?" Jovan menatapnya dengan serius.
"Ibu dan mama Lucy yang mengatur semuanya," sahut Jiro singkat.
Jovan mengangguk kecil, jika ibunya sudah ikut turun tangan pasti acara akan diadakan sangat mewah mengingat ibunya sangat menyukai kemewahan.
"Apa kakak bahagia?" tanya Jovan lagi, sebenarnya ia masih penasaran apa yang membuat pria itu sering uring-uringan dan pada akhirnya Hanna sebagai sekretarisnya menjadi pelampiasan amarahnya.
Jiro menatap pantulan bayangan Hanna dari dinding depannya meskipun tak begitu jelas namun kini pandangan mereka nampak bertemu.
"Tentu saja, Sofie adalah wanita yang ku cintai. Bisa menikah dengannya adalah tujuan hidupku," ucapnya seraya tak lepas menatap tajam mantan kekasihnya itu seakan ingin menunjukkan jika ia baik-baik saja bahkan sangat bahagia saat ini.
"Kau benar, Sofie wanita yang baik bahkan dia sudah menyukaimu sejak kecil sayangnya dia dan keluarganya pindah keluar kota waktu itu jika tidak mungkin kalian akan mendapatkan gelar pacaran terlama."
Jovan nampak terkekeh dengan pernyataannya sendiri, ya Sofie dan Jiro pernah bersekolah di tempat yang sama sayangnya wanita itu harus pindah keluar kota saat SMP dan kembali bertemu ketika mereka kuliah. Sayangnya saat itu Jiro menyamar menjadi orang biasa hanya demi mendapatkan cinta sejatinya dan itu yang membuat wanita itu merasa kesal apalagi ketika pria itu menjalin kasih dengan temannya sendiri.
Mendengar perbincangan mereka pun Hanna sedikit mengernyit, jadi sebenarnya Sofi dan mantan kekasihnya itu adalah teman lama? Lalu kenapa pria itu tak pernah bercerita padahal mereka pernah pacaran selama dua tahun begitu juga dengan Sofie, mereka seakan kompak menutupi semuanya darinya dengan rapat.
Apa ada sesuatu yang pria itu sembunyikan darinya? Pura-pura menjadi mahasiswa miskin hanya untuk mendekatinya? Banyak sekali pertanyaan di benak Hanna namun wanita itu langsung menghapusnya, semua sudah berlalu dan tak perlu ia ingat lagi. Berpisah dari pria itu sudah menjadi keputusannya dengan sadar jadi ia takkan menyesali semuanya meskipun saat itu ia tahu cinta pria itu tak main-main padanya. Cinta memang tak selamanya harus memiliki, terkadang kita harus rela melepaskan demi kebaikan bersama meskipun rasanya sangat menyakitkan.
"Kamu sendiri bagaimana Hanna bukankah kamu juga sudah memiliki kekasih? Kapan kamu mau menikah?" Jovan nampak beralih kearah Hanna yang sedang berdiri di belakangnya.
"Sepertinya masih lama tuan Jovan karena kekasih saya masih di luar negeri," sahut Hanna menanggapi.
"Oh benarkah? Apa kalian sudah lama pacaran?" tanya Jovan lagi ingin tahu.
Hanna nampak tak sengaja menatap pantulan bayangan CEOnya dari dinding depannya yang rupanya pria itu masih menatapnya dengan tajam.
"Sejak kuliah," sahut wanita itu singkat.
"Wow lumayan lama ya, sepertinya gelar pacaran terlama kamu pemenangnya Hanna." Jovan nampak histeris sendiri dan tanpa pria itu sadari Jiro yang sedang berdiri di sisinya terlihat mengepalkan tangannya.
Ting
Pintu lift kembali terbuka dan mereka segera melangkah keluar. "Oh ya aku lupa jika kerjaan ku belum selesai, jadi kalian bertiga saja yang pergi meeting." ucap Jovan kemudian lagipula tak penting juga jika dirinya tak ikut.
Hanna menatap kepergian pria itu dengan sedikit kecewa, semoga saja kali ini CEOnya tersebut tak kembali mengerjainya dan berakhir menurunkannya di pinggir jalan.
Beruntung tuan Hayes ikut serta meeting bahkan pria itu yang mengendarai mobilnya jadi Hanna merasa lebih tenang saat ini dan wanita itu pun duduk di samping pria tersebut.
"Terima kasih tuan Hayes," ucapnya ketika pria itu baru menutup pintu mobil untuknya. Pria dengan wajah sedingin es sama seperti bosnya tersebut rupanya lebih baik juga perhatian.
"Nona Hanna apa sudah kamu kirim dokumen yang tadi pagi aku suruh siapkan?" Tanya pria itu setelah mobil yang pria itu kendarai mulai melaju meninggalkan kantornya tersebut.
"Sudah tuan Hayes, tapi ada beberapa kekeliruan setelah ku periksa jadi aku revisi ulang." sahut wanita itu menanggapi.
"Terima kasih nona Hanna ku rasa sekretaris sebelumnya memang pantas di pecat karena selalu saja membuat kesalahan," tukas pria itu setengah menggerutu namun Hanna hanya mendengarkannya saja.
Tak berapa lama mobil yang membawanya nampak berhenti di sebuah rumah yang sangat besar dan juga mewah, apa mereka akan meeting di sini? Namun tiba-tiba seseorang keluar dari gerbang yang baru di buka dengan tersenyum manis menatap mobil mereka.
"Sofie?"
Rupanya rumah tersebut adalah kediaman Sofie, sejak dahulu wanita itu memang kaya raya dan sangat royal kepada teman-temannya termasuk dirinya. Dahulu ia sering di beri uang ketika membantu wanita itu mengerjakan tugas sekolah maupun kuliahnya.
Wanita itu memang lebih pantas bersanding dengan Jiro, mereka sederajat dan sama-sama kaya sedangkan dirinya hanya wanita problematik dengan segudang masalah.