Kayla Ayana, seorang karyawan di sebuah perusahaan besar terpaksa menerima tawaran untuk menikah kontrak dengan imbalan sejumlah uang.
Ia terpaksa melakukan ini karena ia harus bertanggung jawab atas biaya rumah sakit seorang wanita yang mengalami kelumpuhan akibat tertabrak sepeda motor yang ia kendarai.
Tapi siapa sangka, ia yang dinikahi dengan alasan untuk menepis isu negatif tentang pria bernama Kalandra Rajaswa malah masuk terlalu jauh dalam kerumitan keluarga yang saling berebut warisan dan saling menjatuhkan.
Pernikahan kontrak diantara keduanya bahkan sempat dicurigai oleh anggota keluarga Kalandra.
Akankah Kayla dan Kalandra mampu menyembunyikan fakta tentang pernikahan kontrak mereka?
Akankah cinta tumbuh diantara konflik-konflik yang terjadi?
Ikuti kisah Kayla dan Kalandra di Istri Bar-Bar Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fie F.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Hati-Hati
"Karena Bapak ingin, perusahaan dipimpin oleh Mas Kalandra, sehingga beliau diberi saham paling banyak, Bu!"
"Dan selama ini, hanya Mas Kalandra yang membantu Bapak mengurus perusahaan."
"Lalu rumah ini? Saya istrinya, Pak! Saya yang seharusnya mewarisi rumah ini."
"Bapak ingin agar anda tidak perlu memikirkan perekonomian keluarga, sehingga Bapak menyerahkan tanggung jawab ini pada Mas Kalandra yang juga memegang kuasa di perusahaan, Bu."
Riana menghelan nafas. Ia harus mengalah sejenak untuk bisa membicarakan ini baik-baik dengan Kalandra.
"Terima kasih, Pak!" Ucap Kalandra saat pengacara itu pamit pulang.
Gia merasa kesal karena suaminya hanya mendapatkan 20 persen saham dan rumah yang menurutnya terlalu sederhana. Padahal Reyga dan Kalandra sama-sama anak laki-laki dari Pak Bagas.
"Andra, mama mau bicara!" ucap Riana saat Kalandra dan Kayla akan pergi.
Kalandra mengalah. Ia merasa harus menyelesaikan semua ini. Ia sendiri menyadari pembagian warisan ini jelas tidak adil.
"Silahkan, Ma. Katakan apa yang ingin mama bicarakan. Kita selesaikan semuanya sekarang karena Andra tidak ingin ada masalah lagi ke depannya!"
"Kalian juga tetap disini!" perintahnya pada Reyga dan Gia.
"Mama merasa pembagian saham ini tidak adil."
"Bagaimana bisa perbedaan jumlah yang di dapat antara kamu dan Reyga begitu jauh."
"Dan mama? Hanya 10 persen?"
"Benar, Ma! Mas Rey cuma mendapatkan 20 persen sementara kak Andra mendapatkan 50 persen," sambung Gia.
"Mereka kan sama-sama anak laki-laki!"
"Diamlah Gia!" Potong Riana karena menantunya itu terlalu ikut campur.
"Kamu lihat mama! Mama yang selama ini menjadi istri papa tidak mendapatkan apapun!"
"Ma... jangan membesar-besarkan masalah!" Kalandra membuat Riana menatapnya.
"Membesarkan masalah bagaimana?" Tanya Riana. "Mama bicara kenyataannya, Andra!"
"Mama melahirkan kalian berdua, dan hal itu tidak dihargai sama sekali oleh papa kamu."
Kalandra menghela nafas. Karena satu kesalahan mama, Ma. Mengapa aku dan papa bersikap seperti ini pada mama. Mama berkhianat, Ma.
"Ma, perhiasan yang mama koleksi selama ini, nilainya bisa melebihi harga rumah ini, Ma!"
"Villa di puncak juga atas nama mama, kan?"
"Salon juga atas nama mama, kan?"
"Apa lagi yang kurang Ma?" tanya Kalandra.
"Tapi semua itu memang milik mama, Andra!"
Kalandra menghelan nafas. Tapi, bukankah semua itu di dapat dari papanya?
"Jadi mama ingin apa?"
"Mama ingin 10 persen lagi saham dari perusahaan."
"Lalu bagaimana dengan kamu, Mas!" Gia mengguncang lengan Reyga agar suaminya itu juga berontak.
"Terima saja!" Ucap Reyga acuh. Ia sudah tidak peduli dengan perusahaan karena memang sejak awal ia tidak tertarik sama sekali.
Gia memberengut kesal. Ia merasa apa yang di dapat suaminya masih kurang.
"Permintaan mama tidak bisa ku kabulkan, Ma."
"Sebagai gantinya, mama akan menerima uang saku 50 juta perbulan dariku. Bagaimana?"
Riana bersorak dalam hatinya. Itu lebih baik dari pada 10 persen saham yang belum tentu menghasilkan uang sebanyak itu, terlebih jika perusahaan dalam kondisi sulit.
"Sebenarnya, masih kurang Ndra! Tapi tidak mengapa jika itu keputusan kamu!"
"Itu diluar penghasilan dari 10 persen saham milik mama, kan?"
Kalandra mengangguk. "Tentu."
Gia melirik sinis kearah mertuanya. Dasar ibu-ibu mata duitan!
"Lalu bagaimana dengan Reyga, Kak?" Tanya Gia membuat Reyga menatapnya tajam.
Kalandra menyandarkan dirinya di sofa. "Begini Gia! Ku rasa itu lebih dari cukup."
Gia membulatkan matanya. Apanya yang lebih dari cukup. 50 persen dan 20 persen itu angka yang berbeda.
"Dulu, papa tetap membantu Reyga memulai bisnis dengan memberikan modal yang lumayan besar."
"Lahan dan pembangunan restoran juga dari papa, kan Rey?"
"Meski papa tidak setuju, tapi papa tetap menghargai keputusan Reyga."
"Bukan begitu, Rey?" Tanya Kalandra.
Reyga mengangguk. "Iya kak!" Reyga tak ingin berdebat.
"Dan Reyga sama sekali tidak pernah ikut andil dalam perusahaan. Seharusnya kamu bersyukur Gia, suami kamu masih mendapatkan bagian 20 persen."
Gia terdiam.
"Aku bisa saja memberikan 30 persen sahamku pada Reyga dengan syarat dia harus menjadi CEO di perusahaan."
"Aku tidak tertarik!" Jawab Reyga cepat.
Kalandra tersenyum sinis. "See!"
"Suami kamu belum apa-apa sudah menolak."
"Bekerjalah! Jika uang belanja yang suamimu berikan dirasa kurang!"
"Andra benar! Mengapa kamu tidak cari kerja saja, Gia! Toh kamu juga belum hamil!" Riana menatap sinis pada Gia.
Rekan kerja sama yang ia fikir hanya mencintai Kalandra, tapi bukan hartanya. Ternyata semakin kesini, ia semakin faham kalau ternyata Gia yang seorang mantan model itu ternyata juga gil* harta.
***
"Mama anda seperti ibu tiri, Pak," ucap Kayla saat mereka berada di dalam mobil. Kalandra akan mengantar Kayla pulang ke rumahnya.
Kalandra diam tanpa ekspresi. Bukan seperti ibu tiri, tapi memang hubungan keduanya yang tidak baik-baik saja sejak lama. Karena tidak sedikit ibu tiri yang jauh lebih baik dan penyayang dibanding dengan ibu kandung.
"Dan keluarga anda sungguh membingungkan. Sudah mendapat bagian masing-masing, tapi masih saja ribut."
"Untung saja saya tidak punya siapapun. Ayah meninggal pun tidak meninggalkan apapun selain hutang."
Kayla tersenyum miring. Ia merasa miris dengan kehidupannya selama ini yang jauh dari kata mapan.
Sekilas Kalandra menatap gadis itu. Ia bisa melihat kesedihan di wajah gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Ada satu alasan yang mengubah hubungan diantara kami," ucap Kalandra membuat Kayla tersenyum kecil.
"Dan apapun itu, saya tidak ingin ikut campur."
"Kenapa?"
"Karena saya tidak dibayar untuk itu." Kayla tertawa. Sengaja untuk melupakan kesedihannya. Ia sudah terbiasa menyembunyikan kesedihannya dari orang lain.
Kalandra menggeleng pelan. "Mengapa yang ada di fikiran kamu hanya uang?"
"Tidak ada bedanya dengan mereka." Maksud Kalandra adalah Riana dan Gia.
Kayla menyandarkan kepalanya di kursi mobil. "Karena anda belum pernah merasakan menangis di sudut rumah sakit, berhenti berjuang untuk kesembuhan orang yang anda sayang hanya karena anda tidak punya uang," lirih Kayla menutup matanya.
Kalandra tertegun.
"Semalaman saya berfikir, mengapa Tuhan baru menempatkan saya pada situsi ini sekarang."
"Jika saja setahun lalu, situasinya sama. Mungkin saya bisa membuat ayah hidup lebih lama."
Kalandra kembali tertegun.
Keduanya saling diam. Kayla masih tetap menutup matanya. Membayangkan wajah ayah terkadang membuatnya tersiksa dengan rasa rindu, tapi entah mengapa ia merasa aman karena sosok pelindung itu terasa seperti ada di dekatnya.
"Kenapa anda berhenti, Pak?" Tanya Kayla karena mobil sudah tidak melaju lagi.
"Kita sudah sampai."
Kayla kaget. Ia membuka mata dan melihat kearah luar mobil. Benar saja. Ia sudah berada di depan rumahnya.
Kayla membuka sabuk pengamannya. "Anda ingin mampir?" Tanya Kayla.
Kalandra menggeleng. "Aku harus ke kantor."
"Hubungi saja jika kamu ingin kembali ke rumah. Aku akan menjemputmu."
Kayla mengangguk. "Baik pak."
"Hati-hati..." Ia sedikit ragu mengatakan hal itu meskipun adalah hal wajar jika mengatakan hati-hati pada orang yang akan berkendara. Namun, yang jadi masalahnya adalah hubungan mereka yang tak biasa.
mlhan marH dia