Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Aku Tidak Ada Artinya di Matamu?
Sepanjang jalan Jenaka memikirkan percakapan Kinara dengan orang di telepon. Siapa orang itu? Kenapa Kinara mau menggantikan posisinya sebagai istri sah? Bukannya Mandala akan memperistrinya juga nanti? Apalagi yang Kinara rencanakan?
Lamunannya terhenti kala ojek yang ditumpanginya melewati taman. Ia teringat dengan Ibu-ibu yang mendengarkan curahan hatinya dan memberi saran untuk memperjuangkan cintanya.
Jenaka memang setuju dengan ide tersebut. Tapi bagaimana caranya? Mungkin Jenaka harus menemui Ibu-ibu itu lagi untuk menanyakan bagaimana caranya.
Jenaka sampai ke rumah Mandala. Tak ada mobil Mandala yang terparkir disana. Pertanda Mandala belum pulang.
"Huft... Pernikahan macam apa ini? Rumah seperti tempat kost! Hanya datang, singgah lalu pergi!" keluh Jenaka setelah ojek yang ditumpanginya pergi.
"Memang rumah yang semestinya itu yang seperti apa?" Jenaka melonjak kaget saat ada yang menyahuti keluhannya.
Ternyata suara tersebut berasal dari seorang cowok yang memakai hoodie hitam yang berdiri di dekat mobil yang diparkirkan di depan rumah Mandala.
"Siapa ya?" tanya Jenaka.
"Tamu terhormat. Lo istri barunya Mandala?" cowok tersebut membuang rokok yang tadi dipegangnya.
"Dia kenal Kak Mandala? Pantas saja bisa masuk ke dalam komplek ini! Tapi siapa?" batin Jenaka.
"Iya." jawab Jenaka. "Kakak siapa?" Jenaka menghormati pria tersebut karena lebih tua darinya dan memanggilnya dengan sebutan Kakak.
"Kenalin, gue Genta! Sepupunya Mandala!" Genta mengulurkan tangannya dan Jenaka menyambut uluran tangannya.
"Udah bilang sama Kak Mandala mau kesini?" tanya Jenaka lagi.
"Belum. Enggak niat kesini."
"Kalo begitu mohon maaf, aku enggak bisa ngajak orang asing ke dalam rumah." ujar Jenaka.
Genta tersenyum. "No problemo! Gue lagi nikmatin udara malam. Sejam lagi Mandala belum balik, gue cabut!"
"Kak Mandala enggak pulang kesini." beritahu Jenaka.
"Oh... Ke rumah Kinara? Biar gue telepon dia!"
"Jadi dia juga kenal Kinara? Pasti tau juga dong siapa Kinara?" batin Jenaka.
"Kalau gitu aku masuk ke dalam dulu. Permisi!" pamit Jenaka.
"Oke!" Genta lalu mengambil Hp miliknya dan terlihat sedang menghubungi seseorang. Mandala mungkin?
Jenaka merasa tak enak hati meninggalkan tamu menunggu di depan rumah, membuat batin Jenaka tidak tenang. Tak sopan rasanya membiarkan tamu menunggu di luar tanpa disuruh masuk atau disuguhkan sesuatu. Mau mengajak masuk ke dalam pun Jenaka merasa tak punya hak.
Bunda bilang, jika sudah menikah tak baik mengajak laki-laki lain masuk ke dalam rumah. Takut timbul fitnah. Jenaka memegang teguh nasehat Bunda. Selain menjaga diri juga menjaga nama baik Mandala suaminya.
Karenanya, selesai mandi dan sholat maghrib Jenaka lalu keluar sambil membawakan air minum dan cemilan untuk Genta. Setidaknya Ia sudah bersikap sopan pada tamu. Toh berbuat baik pada tamu besar pahalanya.
"Silahkan Mas diminum!" ujar Jenaka dengan sopan.
"Gila baik banget lo jadi orang! Kalo gue punya niat jahat gimana?" tanya Genta sambil meminum Teh Kotak dingin yang disediakan Jenaka.
"Enggak mungkinlah! Pasti security enggak akan ijinin Kakak masuk! Kalau security ijinin, artinya Kakak udah sering kesini." jawab Jenaka.
"Pinter! Tadi lo belum jawab pertanyaan gue, rumah yang semestinya itu seperti apa?" Genta mengungkit pertanyaannya yang belum Jenaka jawab.
"Hmm... Rumah yang penuh cinta dan kehangatan keluarga. Bukan hanya bangunan mewah dan megah namun miskin kasih sayang di dalamnya."
"Wuidih sadis! Menderita banget kayaknya lo! Iya sih, baru nikah udah punya madu. Siapa yang enggak bakalan sakit hati!"
Jenaka menatap Genta dengan tajam.
"Heran ya gue tau? Apa yang gue enggak tau dari Mandala? Bahkan gue dateng ke pernikahan sirinya dan jadi saksi pula." Genta mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menyalakannya. Menghisap dalam lalu menghembuskan asapnya ke udara.
Jenaka mundur selangkah. Ia alergi asap rokok. Bisa batuk nanti kalau menghirup asap nikotin tersebut.
"Sorry! Gue enggak enak kalau ngobrol enggak sambil ngerokok. Lo kenapa mau nikah sama Mandala? Salah satu fansnya?" tanya Genta lagi. Setiap Genta menghisap rokok, Ia akan membuang asapnya menjauhi Jenaka.
Dengan polosnya Jenaka mengangguk. Genta lalu menyunggingkan seulas senyumnya. "Pantes saja! Cinta kok rela dibagi-bagi! Kayak iklan aja ha...ha...ha..."
"Kalau tau aku bakalan dimadu juga aku enggak akan mau, Kak. Aku memang sudah ngefans sama Kak Mandala sejak sekolah dulu. Namun aku masih waras, Kak. Aku juga enggak mau merebut milik orang lain. Apa daya, saat aku tau semua sudah terlambat. Aku kayak dijebak dalam situasi dimana aku enggak bisa maju dan enggak bisa mundur. Hanya menerima suratan takdir yang digariskan." Jenaka tak mengerti kenapa Ia bisa mencurahkan isi hatinya pada orang yang baru saja Ia kenal. Bukan hanya sekali, kemarin dengan Bu Sri juga begitu. Apa segitu tertekan dirinya hingga butuh tempat mencurahkan isi hati?
"Bener. Lo tuh ibarat wrong people in a wrong place. Maju salah. Mundur juga salah. Sekarang apa rencana lo selanjutnya?"
Jenaka mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Aku juga masih belum tau harus berbuat apa."
Obrolan mereka terputus kala suara klakson dari mobil Mandala berbunyi.
"Ngapain kalian berdua di luar? Bukannya masuk ke dalam!" Mandala yang duduk di kursi belakang membuka jendelanya dan berbicara pada Jenaka dan Genta.
"Bini lo tau norma sopan santun cuy! Enggak boleh bawa sembarangan cowok ke dalam rumah!" jawab Genta dengan santainya.
"Tau norma tapi malah ngobrol di luar! Yaudah sekarang kalian berdua masuk ke dalam! Jangan sampai timbul fitnah!" perintah Mandala.
Jenaka menurut dan mengikuti Mandala masuk ke dalam rumah. "Hmm... Kak, boleh aku bawain tasnya?"
Mandala menatap Jenaka. "Nih!" Diberikan tas berisi laptop miliknya. "Taruh di meja kerja yang ada di kamar. Jangan turun ke bawah lagi, gue mau ngobrol sama Genta!"
"Iya, Kak!" dengan patuh Jenaka mengikuti perintah Mandala.
"Galak banget lo! Masih ori tuh anak! Jangan galak gitulah!" tegur Genta yang sudah duduk di sofa ruang tamu.
"Kenapa? Lo mau? Ambil aja!" jawab Mandala seenaknya.
"Oke! Gue ambil! Jangan nyesel lo kalo gue ambil! Gue mah daripada yang cantik tapi minim akhlak lebih baik yang ori tapi akhlaknya jempolan!"
"Berisik lo ah! Mau ngapain lo kesini?"
Mereka lalu mendiskusikan sesuatu, entah apa. Jenaka tak peduli lagi. Jenaka menghapus air matanya dan masuk ke dalam kamar Mandala. Menaruh tas miliknya lalu kembali ke dalam kamarnya.
Dikuncinya pintu kamar lalu menangis sesegukan.
Apa salahku?
Kenapa Kak Mandala seenaknya saja memberikanku pada orang lain?
Apa aku setidak-berharga itu?
Setelah puas menangis, Jenaka memantapkan hatinya. Keputusannya sudah bulat. Ya, Ibu-ibu itu benar. Ia tak boleh menyerah segampang itu!
Jika Jenaka menyerah, baik Mandala dan Kinara akan sangat senang. Jenaka hanya akan membuat malu kedua orang tuanya jika perceraian sampai terjadi dalam rumah tangganya.
"Tidak, Ayah Bunda tak boleh menanggung malu atas rencana jahat dua orang itu! Akan kulakukan apa saja agar Kak Mandala mencintaiku dan menerimaku sebagai istrinya! Engga salah kan kalo genit sama suami sendiri? Aku akan lakukan apapun agar Kak Mandala mencintaiku! Lihat saja nanti!" tekad Jenaka.
****
Hi semua! Udah senin nih! Yuks vote Jenaka ya jangan lupa, supaya aku makin semangat nulisnya. Maacih 😍😍🥰🥰🥰
Drmn Jenaka tau klo bacaan sholat Mandala benar???
salam buat neng Maya dan neng Adel yaaa😍😍
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak