Bukan novel Plagiat! Kalau ditemukan isi(Alur, nama tokoh, seting tempat, waktu, sudut pandang) cerita sama dengan yang lain, silahkan report karya ini, namun kalau tuduhan itu tidak terbukti, saya yang akan balik mereport anda, seperti itu😊
Berdasarkan kisah seorang teman ditambah dengan bumbu-bumbu halu. Nama dan profesi disamarkan. Sebut saja namanya Lia, dia datang ke kota untuk mencari kerja, sampailah dia bertemu dengan Sera, yang menawarkannya untuk bekerja menjadi pengasuh anaknya, dan inilah kisahnya.
Awalnya kupikir rumah tangga yang aku jalani dengan Mas Haris selama tiga tahun ini baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah, saat itu aku tidak sengaja membuka pesan mesra yang dikirimkan suamiku untuk wanita lain, aku bertanya-tanya, siapa wanita itu? Mungkinkah Mas Haris cuma bercanda dengan rekan kerjanya?
Tapi ternyata orang ketiga itu adalah orang terdekatku, orang yang tinggal satu atap denganku, orang yang aku perlakukan dengan baik, ternyata dia orang ketiga di dalam rumah tanggaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon violla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Kusiapkan mental untuk menghadapi mereka, perlahan aku masuk ke dalam rumah,hatiku menjadi teduh saat melihat mas Haris sedang bermain dengan Bima, dia memangku anakku yang masih kecil itu, wajah keduanya sangat mirip, Bima mewarisi wajah mas Haris, andai saja kamu tidak berkhianat mas, aku yakin keluarga kita akan dipenuhi kebahagiaan mas. Kita besarkan Bima bersama-sama, dengan penuh kasih sayang tanpa harus berbagi dengan orang lain.
"Dek ... kamu sudah pulang?"
Mas Haris membuyarkan lamunanku, dengan tangan yang tadi menjamah Lia, mas Haris menepuk sofa menyuruhku duduk di sampingnya, sebenarnya aku merasa jijik tapi aku harus bersabar sedikt lagi, aku tersenyum padahal hatiku menangis, aku berjalan dan duduk di sampingnya, sekilas kami terlihat seperti keluarga yang bahagia.
"Katanya kamu pulang malam, Mas," tanyaku. Aku menghindari Mas Bima yang hendak mencium pipiku, Mas Bima menatapku curiga.
"Kamu kenapa, Dek? Kok kelihatannya murung gitu?"
"Mas ... sebenarnya ini tentang Lia," aku sengaja memancingnya, aku lihat kening Mas Haris mengkerut, jelas saja dia tertarik membahas simpanannya itu, aku mengambil Bima dari pangkuannya.
"Ekkhm kenapa sama, Lia?" tuhkan dia sudah penasaran.
"Mas. Aku khawatir sama Lia, Mas. Dia sudah tidak bisa fokus mengasuh Bima," aku ingin tau seperti apa jawaban Mas Haris.
"Memangnya kenapa sama Lia? Bukannya selama ini tidak ada masalah?"
Cih masalah besar, Mas. Bisanya kamu bilang gak ada masalah, ternyata kamu gak ada niat sedikitpun untuk jujur sama aku, Mas.
"Aku curiga, selama aku gak ada di rumah. Lia suka main belakang Mas, dia gak sepolos dulu lagi Mas."
"Main belakang gimana? Jangan bicara sembarangan," Mas Haris ketakutan dan masih saja membela Lia, ternyata aku memang sudah tidak ada di dalam hatinya.
"Lia pacaran sama Eko satpam sebelah rumah, Mas. Karena itu juga dia sudah gak fokus menjaga Bima."
"Maksud kamu Lia punya hubungan istimewa sama Eko...? Gak mungkin!" Mas Haris kelihatan terkejut dan tidak percaya.
"Apa yang gak mungkin, Mas? Lia masih gadis dan jomblo, eko juga begitu, kenapa kamu terkejut? Eko sendiri yang bilang sama aku, Mas."
Mata Mas Haris tampak merah seperti sedang marah, apa yang kamu rasakan ini tidak sebanding dengan apa yang aku rasakan Mas. Kebetulan Lia sedang membawa pakaian Bima yang sudah disetrika ke dalam kamar, rambutnya masih basah.
"Lia ke sini sebentar," sengaja aku memanggilnya. Kulirik Mas Haris yang tidak mau melihat Lia.
"Ada apa, Bu?" sok polos sekali dia ini, aku ingin menarik rambutnya.
"Ibu mau tanya, kamu ada hubungan apa sama Eko? Jawab jujur kalau tidak Ibu pecat, kamu."
Lia tampak terkejut, sekilas melirik mas Haris yang ada disampingku, kalian memang serasi karena sama-sama doyan selingkuh.
"Ka-kami cu-cuma teman, Bu," Lia memang pandai bersandiwara.
"Tapi kata Eko hubungan kalian lebih dari teman, gimana Mas kita cari saja pengganti Lia ya, dia sudah tidak jujur," sengaja aku menekan Mas Haris.
"Jawab Lia, ada hubungan apa kamu sama Eko itu?" suara Mas Haris terdengar mengintimidasi, sampai Lia ketakutan.
"I-itu sudah lama, Pak. Hubungan kami sudah berakhir, tolong jangan pecat saya, Bu."
Lia memelas, sementara Mas Haris sudah masuk ke dalam kamar, mungkin dia marah merasa dibohongi Lia. Aku berdiri di depannya dengan masih menggendong Bima.
"Aku sudah bilang, kamu harus hati-hati dan pintar-pintar main belakang, supaya rahasiamu tetap aman," bisikku ditelinga Lia, lalu aku menyusul Mas Haris ke dalam kamar.
"Sera, sial*n."
Aku masih dengar pelakor itu mengumpatku. Mas Haris duduk di atas ranjang yang sudah rapi, pintar sekali mereka menutupi semua ini dariku, aku merasa jijik mendekati ranjangku sendiri, aku hanya duduk di meja riasku.
"Mas, aku yakin sekarang Lia sedang hamil."
"Kamu tau dari mana?"
Mas Haris masih marah, sampai membentakku.
"Kenapa kamu marah, Mas? Aku cuma cerita sama kamu," Mas Haris tampak gusar.
"Maaf, sayang. Aku cuma kangen sama kamu, kenapa duduk di situ? Sini sudah lama gak dipeluk sama kamu."
"Aku lagi datang bulan, itu gimana sama Lia? Aku curiga dia hamil anak Eko, Mas."
"Jangan sembarangan bicara, kamu!" Mas Haris marah lagi, rasakan itu Mas, aku juga marah setelah mengetahui perselingkuhan kalian, tapi aku masih mencoba sabar sampai kamu bicara jujur, tapi kamu tidak bisa dibiarkan, Mas.
"Ya sudah, ya. Aku mau pergi sebentar. Mau ajak Bima jalan-jalan."
Aku keluar kamar, meninggalkan mas Haris yang masih di selimuti emosi, ntah apa yang dipikirkannya, aku masuk ke dalam mobil dan pergi dari rumah, aku berhenti di rumah Pak RT yang jarak rumahnya hanya 6 rumah dari rumahku. Aku aktifkan lagi CCTV yang terhubung di rumahku.
"Sejak kapan kamu punya hubungan sama Eko?" Mas Haris marah, beruntung suara mereka terdengar jelas di ponselku ini.
"Sudah lama, Mas. Sebelum kita menjalin kasih, percayalah Mas ... cuma Mas Haris yang aku cintai." Lia memang pandai bicara dia tau kelemahan Mas Haris.
"Jawab aku, anak siapa yang ada di dalam rahimmu ini!"
"Ini anak kamu, Mas. Kamu jangan percaya sama apa yang dikatakan Sera, dia gak suka sama aku Mas, dia sengaja buat kamu benci sama aku, pokoknya aku gak mau keluar dari rumah ini, aku gak pernah melakukannitu dengan Eko, dan aku hamil anak kamu, Mas!
Mas Haris memang tidak punya pendirian, dia diam saja saat Lia duduk dipangkuannya, sepertinya masalah mereka selesai sampai di sini, pesona Lia memang luar biasa, baiklah kamu menolak keluar dari rumah itu, silahkan kuasai rumah itu beserta orang yang saat ini kau manja, Lia. Aku sudah tidak sudi berada satu atap dengan pengkhianat seperti kalian.
Mereka semakin panas karena Mas Haris sudah mulai tergoda, mereka masuk ke dalam kamarku lagi, tanganku gemetar saat melihat aktifitas mereka diatas ranjangku, aku menangis dengan Bima yang masih ada dipangkuanku. Sabar sayang, masih ada Mama yang tulus sayang dan mencintai kamu, Nak!
Setelah puas mencium wajah Bima, aku keluar dari mobil dan berjalan menemui Pak Rt yang saat itu duduk dengan beberapa orang diteras rumahnya, mereka heran melihatku.
"Bu, Sera kenapa menangis...?" Bu Rt mengambil anakku, mungkin dia takut Bima jatuh, aku tidak mampu bicara.
"Minumlah, Bu Sera," dengan gemetaran aku memegang gelas, setelah merasa tenang aku mencoba untuk bicara, tapi aku masih belum mampu, aku hanya menangis dan menunjukan ponselku kepada Pak Rt dan beberapa orang yang ada di sana.
"Astagfirullah...!"
Semua orang terkejut melihat adegan itu.
"Ini tidak bisa dibiarkan, kita gerebek saja mereka!" teriak seorang warga.
"Tenang, tolong jangan main hakim sendiri. Bagaimanapun juga ini negara hukum."
"Sudah, Pak Rt jangan buang waktu, kasian Mbak Sera, gak nyangka suami yang kelihatan baik dan setia selingkuh dengan pengasuhnya, sudah ayo kita gerebek saja mereka."
Aku hanya bisa menangis, menyaksikan mereka berbondong menuju rumahku, inilah akhir kisah cinta kita Mas, ini lah akhir dari rumah tangga kita, kamu yang menginginkannya Mas.
sukses
semangat
mksh