Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cuma Teman?
Yori menghentikan motornya di sebuah rumah mewah dengan gaya minimalis. Rena turun dari motor melihat sekitarnya. Sejak masuk gerbang rumah itu tampak sepi hanya seorang satpam yang ada di pos jaga.
"Kenapa kesini? Ini rumah siapa?" Rena mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
"Rumah papaku, kita ambil baju dulu. Ayo masuk!" Yori membuka pintu, dan seketika tampak ruang tamu yang luas dengan sofa hitam dan beberapa lukisan di dindingnya.
"Di sini aja nunggunya!" Yori berbicara dari ruang tengah yang bersambung dengan ruang makan.
Dia menaiki tangga menuju lantai atas.
Rena menuju ruangan itu dan duduk di sofa.
Dari tempatnya duduk nampak sebuah kolam ikan dengan air terjun buatan.
Ia melangkahkan kakinya ke kolam dan berjongkok melihat-lihat ikan yang berwarna-warni di sana. Tak lama Yori pun turun menenteng ranselnya. Menuju dapur dan membuka kulkas.
"Mau minum apa?" tanya Yori dari depan kulkas. Rena menengok ke asal suara.
"Air putih aja." Dia kembali memperhatikan ikan di kolam itu sambil sekali-kali memainkan airnya.
"Kamu suka ikan?" Yori menyerahkan botol air mineral ke Rena dan menuju sofa.
"Gak juga! Cuma suka liat aja." Rena kembali duduk di sofa dan meminum air mineralnya.
"Udah?" tanya Rena kemudian.
"Kamu juga udah?" Yori malah balik bertanya.
"Udah apa?"
"Minumnyalah ... memang apa?" jawab Yori sambil menatap gadis itu. Rena hanya menaikkan pundaknya sebagai isyarat tidak tahu dan tidak mau tahu.
"Aku bisa numpang sholat gak?" Agak ragu Rena bertanya.
"Sholat apa?"
"Ashar, memang kamu udah sholat?"
"Belum"
"Ya udah sholat jamaah aja kalau gitu!" katanya enteng.
"Nggak, sendiri-sendiri aja!" Yori menolak
"Kenapa memangnya?" tanya Rena penasaran.
"Aku nggak pernah jadi imam."
"Makanya belajar! Udah ayo, dimana tempat sholatnya?" ajak Rena setengah memaksa.
"Di sana!" Yori menunjuk ruangan mushola tanpa pintu di sudut samping kolam ikan. Kemudian ia melanjutkan lagi, "tempat wudunya di situ ada toilet juga di dalamnya." Yori menjelaskan dengan detail sebelum ditanya.
Rena masuk ke dalam toilet sedangkan Yori berwudu di tempat wudu. Saat berada di musholla Yori ragu-ragu memulai sholat dan menoleh kebelakang.
Rena mengangguk meyakinkan Yori untuk memulai sholat. Akhirnya mereka pun melaksanakan sholat berjamaah. Setelah itu mereka kembali duduk di sofa.
"Ayo, ntar keburu malam!" Rena berdiri dan hendak beranjak pergi.
"Kamu tunggu di depan aja!" pesan Yori sambil mengambil tasnya.
Rena mengangguk mengerti. Gadis itu melangkah ke teras rumah dan menunggunya di sana. Tak lama muncul sebuah mobil dari arah garasi.
"Ayo, masuk!" Yori menampakkan wajahnya dari dalam mobil setelah jendela terbuka. Agak ragu Rena masuk ke dalam mobil dengan heran. Dia memasang safety belt dan kemudian mobil melaju meninggalkan rumah itu.
Selama perjalanan tidak ada satupun yang bersuara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanya suara musik yang memecah keheningan di antara mereka.
"Tadi di rumahmu kok gak ada keluargamu?" tanya Rena memecah kesunyian diantara mereka.
"Oh, mereka sibuk semua!" jawabnya singkat.
Rena terus menatap Yori yang masih fokus menyetir. Penasaran tentunya. Karena biasanya di hari libur, orang yang bekerja akan memamfaatkan liburannya untuk istirahat atau refreshing dan berkumpul dengan keluarganya.
Yori yang merasa diperhatikan, melihat Rena sekilas dan kembali fokus ke jalanan.
"Kenapa?" tanyanya datar.
"Jawabanmu nggak jelas." Rena membuang muka dengan sedikit kesal. Yori meliriknya dan membuang nafas pelan.
"Papaku keluar kota, Mamaku kurang tau kemana dan Adikku pergi latihan band!" Akhirnya Yori menjelaskan dengan gamblang.
"Kamu berapa bersaudara?" tanya Rena lagi.
"Dua." jawabnya singkat. Air wajahnya berubah murung. Sepertinya dia kurang suka jika membicarakan keluarganya.
Hening.
Mobil pun memasuki halaman parkir sebuah gedung olahraga. Nampak di sana banyak orang lalu-lalang di sekitar gedung. Mereka turun dari mobil. Menuju pintu masuk gedung. Di dalamnya terdapat dua lapangan yang terpisah.
"Woy di sini bro!" Seseorang melambaikan tangannya ke arah Yori. Ia mendekati teman-temannya yang sudah banyak berkumpul.
"Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana. Aku ganti baju dulu!" Yori menunjukkan sebuah bangku panjang untuk penonton. Tanpa menunggu jawaban gadis itu, ia berlalu menuju ruang ganti.
Tak butuh waktu lama, Yori keluar sudah mengenakan setelan jersey warna hitam lengkap dengan pelindung lutut, kaos kaki bola dan sepatunya. Beberapa gadis histeris dan bersorak melihat Yori.
"Sepertinya mereka fans beratnya." Rena menggeleng-gelengkan kepalanya sambil ber-ck ria.
"Aku main dulu ya!" ucap Yori sesaat sebelum ia bermain. Rena hanya mengangguk.
Permainan pun dimulai. Mereka asik mengejar bola dan mencoba memasukkan ke gawang lawannya.
Para penonton berteriak riuh saat bola masuk ke gawang. Apalagi bila Yori yang mencetak gol, para ABG pemuja 'Es batu' itupun histeris tidak karuan.
"Aku serasa nonton konser K-Pop aja." Rena membatin melihat tingkah mereka.
Peluit panjang di menit 40 mengakhiri pertandingan itu. Mereka bersorak dan saling merangkulkan tangan menyambut kemenangan. Mereka menuju tempat Rena berada. Mengambil minum dan duduk di sekitarnya. Ada yang duduk di lantai ada juga yang berbaring karena lelahnya.
"Sst, siapa tu," Seorang temannya menyenggol Yori.
"Tanya sendiri!" jawab Yori sewot. Ia pun melangkah ke ruang ganti tanpa mempedulikan temannya.
"Boleh kenalan? Aku Kevin!" Teman Yori yang bertanya tadi akhirnya menegur Rena sambil mengulurkan tangannya.
"Rena." Rena menyambutnya. Yang lain pun ikut berkenalan dengan Rena
"Siapanya Yori?" Kevin penasaran.
"Teman."
"Cuma teman?" Kevin makin penasaran. Rena mengangguk.
"Wey kepo aja lu Vin?" protes teman Kevin sambil memukul kepalanya. Kevin meringis mengelus kepalanya.
"Jelaslah ... tumben aja tuh anak bawa cewek. Biasanya dia yang paling alergi sama cewek!" sahut Kevin agak kesal. Mereka mengangguk-angguk membenarkan ucapan Kevin. Rena hanya diam sambil mendengarkan percakapan mereka.
"Pantesan tuh anak sekarang jarang gabung kalo malem!" Temannya yang lain ikut bersuara.
"Iya juga sih biasanya dia nginep di tempat gue, nah udah sebulan ni kagak pernah lagi," timpal temannya yang lain. Gibahan mereka sepertinya makin lancar
"Ternyata dia punya simpanan Bro." Yang satu pun ikut jg membumbui. Mereka tertawa renyah.
"Ngomongin gue lu pada?" Akhirnya orang yang dibicarakan muncul juga. Mereka menoleh ke arah Yori yang sudah berganti baju. Tiba-tiba segerombolan gadis ABG mendekati mereka.
"Kak Yori boleh minta foto bareng dong!" Ujar mereka serempak.
"Usaha aja teros!" ejek teman Yori pada gadis-gadis ABG itu.
"Yee ... biarin!" jawab salah satu gadis ABG itu sambil menjulurkan lidahnya mengejek. Yori masih tak acuh. Ia segera menarik tangan Rena agar bangkit dari duduknya.
"Ayok!" ajaknya sambil terus memegang lengan Rena.
"Tunggu!" Rena menghentikan Yori yang hendak melangkah pergi.
"Kenapa?" tanyanya heran. Rena memberi isyarat dengan dagunya mengarah ke para gadis ABG yang memperhatikan mereka sambil berbisik-bisik.
"Buruan! Kalo gak aku pulang sendiri!" ancam Rena setengah berbisik. Yori mengerti maksud gadis itu. Sudah pasti Rena memintanya menuruti kemauan pada gadis ABG. Ia menghela napas panjang, Dan mendekati rombongan gadis itu.
"Buruan kalo mau foto!" Akhirnya Yori menerima permintaan mereka dengan tidak ikhlas.
Para gadis ABG itu bersorak girang. Akhirnya usaha mereka membuahkan hasil, setelah sekian tahun mereka mengikuti Yori di setiap latihan futsal, tiba juga hari dimana mereka bisa berfoto dengan idola mereka.
Merekapun segera mengambil posisi untuk berfoto dengan pujaan hati mereka. Sementara teman-teman Yori terpana melihatnya. Mereka tidak percaya kalau "Pangeran Kutub"mereka sudah mencair.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut