NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:236
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Garis Hitam di Bawah Kulit

Aris melihat garis hitam di bawah kulitnya mulai bergerak-gerak seperti ada parasit hidup yang sedang mencoba keluar dari dagingnya sendiri. Rasa gatal yang membakar menjalar dari pergelangan tangan hingga ke tulang belikat, menciptakan sensasi seolah-olah ribuan semut api sedang mengunyah saraf-sarafnya. Kulit lengan Aris Mardian tampak menggelembung dan menyusut mengikuti irama gerakan makhluk misterius yang terjebak di dalam pembuluh darahnya.

"Gunakan pisau perak ini untuk menyayat ujung garis itu sebelum ia mencapai jantungmu!" teriak Sekar Wangi sambil menyodorkan bilah tajam yang berkilau dingin.

Aris memandang lengannya dengan tatapan ngeri, melihat sebuah tonjolan panjang menyerupai jarum yang terus merayap di bawah jaringan ototnya. Keringat dingin bercucuran membasahi wajahnya yang pucat, sementara giginya bergemeletuk menahan gelombang rasa sakit yang datang bertubi-tubi. Ia menyadari bahwa parasit itu bukan sekadar hewan, melainkan jalinan benang hitam yang ditenun dari kutukan masa lalu keluarganya.

"Aku tidak bisa melakukannya, Sekar! Rasanya seperti ingin memotong bagian dari nyawaku sendiri!" jerit Aris sambil memegangi lengannya yang kini membiru gelap.

"Jika kamu ragu, maka benang itu akan menjahit hatimu menjadi segumpal daging mati yang tidak berjiwa!" balas Sekar dengan suara yang tegas namun penuh kecemasan.

Sekar Wangi segera mengambil alih pisau tersebut karena melihat Aris yang sudah hampir kehilangan kesadaran akibat tekanan batin yang luar biasa. Sebagai seorang bidan, ia terbiasa melihat darah, namun melihat benang hitam yang berdenyut di dalam tubuh manusia adalah kengerian baru baginya. Ia menekan titik saraf di lengan Aris untuk mengurangi pendarahan sebelum mulai menyentuhkan ujung perak ke kulit yang menegang.

"Tahan napasmu, ini akan terasa seperti kulitmu sedang ditarik paksa dari dagingnya!" ucap Sekar sambil membuat sayatan kecil yang sangat presisi.

"Lakukan saja secepatnya sebelum aku benar-benar kehilangan akal sehat karena bau busuk ini!" perintah Aris dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Saat mata pisau itu merobek lapisan epidermis, bukan darah merah yang keluar, melainkan asap hitam pekat yang berbau seperti belerang dan kapur barus. Ujung benang hitam itu melesat keluar dari luka sayatan, mencoba membelit jari-jari Sekar seolah-olah memiliki kehendak untuk mencari inang baru. Aris mengerang keras saat merasakan tarikan pada urat nadinya, sebuah perasaan duka yang mendalam tiba-tiba menyerang pikirannya tanpa alasan yang jelas.

Melalui pandangan merahnya yang masih tersisa, Aris melihat bayangan ribuan orang yang pernah menjadi korban jahitan para leluhurnya di dalam asap tersebut. Wajah-wajah pucat dengan bibir terjahit tampak menatapnya dengan penuh dendam, menuntut keadilan atas nyawa yang dirampas secara paksa. Aris menyadari bahwa garis hitam itu adalah rantai dosa yang harus ia putus jika ingin keluar dari siklus kematian di desa ini.

"Pegang ujung benang itu dengan kain sutra ini, jangan biarkan ia menyentuh lantai bumi!" seru Sekar sambil memberikan secarik kain kuning ke tangan Aris.

"Kenapa ia terus melawan? Tenaganya terasa seperti tarikan seekor kerbau yang sedang mengamuk!" tanya Aris sambil berjuang menjepit ujung benang yang licin itu.

Sekar terus menuangkan cairan sari pati bunga melati ke atas luka Aris untuk melemahkan daya cengkeram parasit gaib tersebut. Suara desisan terdengar setiap kali cairan herbal itu bersentuhan dengan benang hitam, memicu keluarnya lendir bening yang sangat kental dan lengket. Aris bisa merasakan beban di pundaknya mulai berkurang seiring dengan keluarnya helai demi helai benang dari dalam lubang pori-pori kulitnya.

Namun, kegembiraan mereka hanya berlangsung sekejap karena tanah di bawah kaki mereka tiba-tiba bergetar dengan sangat hebat secara tidak wajar. Suara tawa kakek buyut Aris kembali menggema dari lorong gelap, diiringi oleh deru ribuan mesin jahit yang seolah sedang mengepung posisi mereka. Benang hitam yang sedang mereka tarik tiba-tiba berhenti bergerak dan justru mulai menarik tubuh Aris masuk kembali ke arah pintu besi.

"Dia menarikku kembali! Kakek buyutku tidak ingin benang ini lepas dari darahku!" teriak Aris yang kini terseret di atas tumpukan tengkorak yang hancur.

Sekar berusaha menahan tubuh Aris dengan memeluk pinggangnya, namun kekuatan tarikan dari balik pintu besi itu jauh melampaui kemampuan fisik mereka. Aris melihat garis hitam yang tersisa di kulitnya mulai bercabang, merambat cepat menuju leher dan rahang bawahnya dengan pola yang sangat rapi. Ia merasakan rahangnya mulai kaku, seolah-olah ada tangan-tangan gaib yang sedang bersiap untuk menjahit mulutnya agar tidak bisa bersuara lagi.

"Potong saja lenganku, Sekar! Cepat lakukan sebelum mulutku tertutup selamanya oleh benang ini!" jerit Aris dengan suara yang mulai serak dan terpatah-patah.

Sekar mengangkat pisau peraknya dengan tangan yang bergetar hebat, menimbang keputusan antara menyelamatkan nyawa atau membiarkan Aris menjadi cacat selamanya. Di tengah keraguan itu, sebuah bayangan besar tiba-tiba muncul dari kegelapan di belakang Sekar dan mengayunkan sebuah galah bambu yang runcing. Aris melihat sebuah parasit baru yang jauh lebih besar mulai keluar dari lubang telinga kakek buyutnya yang kini sudah berdiri tepat di depan mereka.

Aris melihat sebuah parasit baru yang jauh lebih besar mulai keluar dari lubang telinga kakek buyutnya yang kini sudah berdiri tepat di depan mereka.

 

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!