NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

"Aaa! Singkirkan tangan loe, brengsek!" Mendengar suara teriakan Avellyne beberapa staff yang mendengarnya langsung berlari menuju ruang kerja wanita itu. Mereka berdiri di ambang pintu dan menyaksikan kelakuan kasar Marsha.

"Bu!" Siska tampak panik dan ingin melerai.

"Jangan ikut campur. Ini urusan saya dengannya." Perkataan Avellyne seketika menghentikan langkah Siska.

Avellyne memutar posisi tubuhnya yang tadi membelakangi Marsha kini mereka berhadapan. Avellyne tidak pernah mau kalah dalam hal apa pun. Perlakuan tidak pantas yang dia terima langsung dibalasnya.

Avellyne pun ikut menarik rambut Marsha. Dia menariknya dengan sekuat tenaga sambil berteriak.

"Lepasin!" Marsha meringis hebat, dia mencengkram tangan Avellyne guna menyingkirkan tangan itu dari rambutnya.

"Loe duluan yang memulai." Kedua mata Avellyne melotot dan dia tersenyum sinis karena berhasil membalas Marsha. Dia juga berhasil menghindar saat lawannya itu ingin menarik rambutnya kembali.

"Loe salah memilih lawan. Ryos bakal tahu apa yang sudah loe lakuin ke gue hari ini!" Avellyne berteriak dan masih menarik rambut Marsha, wanita itu merasa kulit kepalanya hendak terlepas.

"A-ampun, Vel. Aku minta maaf!" Suara Marsha tidak terdengar jelas sebab dia sambil meringis menahan rasa sakit.

"Loe bilang apa barusan?" Avellyne bertanya sambil menatap tajam wanita itu.

"Aku minta maaf!"

"Kalau ngomong yang jelas. Loe bilang apa?" Bentak Avellyne.

"Aku minta maaf. Tolong lepasin aku!" Kali ini suara Marsha terdengar jelas dan pada saat itu juga, Avellyne melepaskan Marsha sambil mendorongnya.

"Berani banget loe datang ke butik gue dan buat keributan seperti ini!" Lagi-lagi Avellyne berteriak sementara itu para staff masih melihat apa yang terjadi antara Avellyne dan Marsha. Untung saja tidak ada pelanggan yang datang saat ini.

"Ryos harus tahu perbuatan loe." Avellyne mengambil ponsel dari dalam tasnya dan dia ingin menghubungi pria itu.

"Jangan, Vel. Aku mohon. Jangan beritahu Ryos!" Marsha mengambil tangan Avellyne, mencegah wanita itu agar tidak menelepon Ryos. Dia menggelengkan kepalanya, menatap Avellyne dengan putus asa dan mengiba.

Melihat sikap Marsha yang menyedihkan membuat Avellyne mendecih dan tersenyum sinis.

"Kalau begitu bujuk gue. Yakinkan gue supaya tidak menelepon Ryos."

"Aku sudah minta maaf," ucap Marsha.

"Apa loe pikir minta maaf saja cukup."

"Avel...." Perkataan Marsha terhenti sebab mendengar suara ponsel Avellyne yang berdering.

"Waktunya pas banget." Avellyne menunjukkan layar ponselnya di depan Marsha, "Gue harus ngomong apa ke Ryos?" Ternyata panggilan telepon tersebut dari Ryos.

"Aku harus bagaimana supaya kamu memaafkan aku?" Marsha terlihat semakin putus asa. Dia harus memastikan masalah ini jangan sampai diketahui oleh Ryos. Jika tidak, maka dia dan Ryos tidak akan bisa bertemu lagi.

Meski sudah tahu pria itu akan segera menikah, Marsha belum bisa merelakan perasaannya.

Avellyne mengedikan bahu. Dia juga tidak tahu bagaimana tepatnya Marsha harus membujuknya.

Marsha menghela napas, perasaannya berkecamuk. Dia masih ingin marah, masih ingin mengamuk, namun harus menahannya. Sementara itu ponsel Avellyne masih terus berdering.

"Aku enggak bakal melakukan hal ini kalau kamu menepati janji, Vel. Aku gelap mata karena kamu mengingkarinya."

"Seingat gue enggak pernah berjanji apa pun. Waktu itu gue bilang enggak bakal menikah dengan Ryos. Lagian manusia itu makhluk lemah yang hatinya mudah terombang-ambing. Hari ini ngomong A, besok bisa berubah B. Salah loe sendiri kenapa dalam waktu setahun masih enggak bisa membuat Ryos jatuh cinta ke loe. Sekarang bukan waktunya membahas masalah itu. Ryos masih menunggu gue, jadi lakukan sesuatu agar loe bisa gue maafin." Avellyne menatap Marsha dengan lekat, dia juga menaikkan sedikit dagunya. Apa yang dilakukannya kini meniru sikap Marsha yang sebelumnya.

"Maafin aku!" Suara Marsha terdengar lembut dan bergetar, bukan hanya itu, dia sudah berlutut di depan Avellyne dan kepalanya menunduk.

Avellyne tersenyum lebar. Dia tidak menyangka sama sekali ada seseorang yang berlutut di bawah kakinya seperti ini. Dia juga tidak meminta hal seperti ini.

["Halo, Yos. Sorry gue ada urusan tadi."] Akhirnya Avellyne menjawab panggilan dari pria tersebut.

Marsha seketika mendongak dan menatap Avellyne seolah berkata jangan mengatakan apa pun kepada Ryos. Sementara itu Avellyne tersenyum licik. Perasaan bosan yang sempat melanda kini merasa terhibur dengan kedatangan tidak terduga dari Marsha.

["Enggak perlu masuk. Loe tunggu di mobil aja. Gue juga mau keluar."] Avellyne menunjukkan senyum penuh kemenangan ketika tatapan matanya bertemu dengan Marsha. Dia merasa begitu puas karena menang telak dalam pertarungan ini.

"Siska, tolong bersihin lantai saya. Saya enggak bakal datang ke butik lagi untuk hari ini, jadi langsung kunci ruangan saya."

Ada banyak helaian rambut dilantai. Rambut-rambut itu berserak karena ulah kedua wanita tersebut yang saling menjambak satu sama lain.

"Kamu enggak bakal cerita ke Ryos, kan?" tanya Marsha.

"Kita lihat saja nanti." Lagi-lagi Avellyne tersenyum. Lalu dia melangkah keluar dari sana dan menuruni anak tangga.

Ketika Avellyne tidak terlihat lagi, Mersha berteriak sejadi-jadinya untuk meluapkan amarahnya yang menggelegak.

"Apa! Apa yang kalian lihat?!" Marsha memekik melihat satu persatu staff Avellyne lalu dia melangkah tergesa untuk keluar dari tempat ini.

Dia mengumpat di dalam hati, mencaci maki Avellyne dan menyumpahi wanita itu. Bahkan setelah berlutut dan menjatuhkan harga dirinya, Avellyne masih mempermainkan dirinya.

"Kamu menang kali ini, tapi aku tidak akan membiarkan untuk yang selanjutnya. Kamu mungkin bisa menikah dengan Ryos dan aku pastikan pernikahan kalian tidak akan berlangsung lama." Dia bergumam di dalam hati dan masuk ke dalam mobilnya.

Marsha sudah menyusun rencana. Jika cara kekerasan tidak bisa memukul mundur seorang Avellyne, maka dia akan menggunakan cara halus. Di mana wanita itu tidak menyadari telah menerima pembalasannya.

...

Avellyne tidak sempat merapikan rambutnya saat keluar dari butik, sebab dia tidak mau Ryos menunggu terlalu lama atau pria itu masuk ke ruang kerjanya. Lebih tepatnya dia tidak ingin pria itu tahu pertengkaran yang terjadi dengan Marsha.

"Rambut loe kenapa bisa berantakan kayak gitu?" Ryos bertanya dan sempat memerhatikan wanitanya yang merapikan rambut di dalam mobil.

"Gue ketiduran."

"Oh, jadi yang loe maksud sibuk tadi karena ketiduran," ucap Ryos.

"Biasanya juga loe asal masuk ke ruangan gue."

"Gue pikir loe ngobrol di luar sama teman-teman. Jadi sebelum sampai butik, gue mau mastiin loe ada di butik atau enggak."

"Gue minta maaf, ya," ucap Ryos melanjutkan.

"Soal apa?" tanya Avellyne tanpa melihat lawan bicaranya. Dia sedang fokus merapikan rambutnya yang sangat berantakan karena ulah Marsha.

"Teman-teman kita jadi tahu. Padahal loe bilang perlu waktu untuk memberitahu mereka sendiri."

"Gue sudah duga kalau mereka bakal tahu lebih awal. Soalnya loe hampir enggak bisa jaga rahasia dengan Hanna. Apa-apa selalu cerita ke dia. Dan Hanna pun enggak mungkin merahasiakan kabar ini dari kak Reyiu–suaminya. Jadi... ya, sudahlah, gue enggak begitu terkejut dengan kedatangan mereka tadi."

"Terus sekarang kita mau ke mana?" Kali ini Avellyne melihat lawan bicaranya sebab rambutnya sudah kembali rapi.

"Mendatangi wedding organizer. Meski kita belum mengadakan acara lamaran secara resmi, gue harus booking lebih dulu untuk persiapan pernikahan atau cari jasa WO yang kosong untuk dua bulan ke depan. Gue enggak bisa menunggu lebih lama lagi. Gue takut loe berubah pikiran."

"Ryos...."

Setelah beberapa detik terlewati, Avellyne tidak kunjung melanjutkan ucapannya sehingga membuat Ryos gelisah. Apalagi suara wanita itu terdengar berbeda.

"Hmm, mau bicara apa? Ngomong aja, Vel."

"Gue tidak ingin menikah."

Mendengar ucapan Avellyne sontak membuat Ryos terkejut. Dia melihat spion, fokus pada jalanan dan kendaraan lain untuk mencari celah agar bisa menepi.

"Jangan bercanda, Avel." Raut wajah Ryos terlihat menegang, apa yang ditakutkannya terjadi. Avellyne tidak mungkin tiba-tiba ingin menikah dengannya.

"Gue serius," ucap Avellyne.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!