NovelToon NovelToon
AKU PENGANTIN PENGGANTIMU

AKU PENGANTIN PENGGANTIMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Lucinda de Vries mengira acara wisudanya akan menjadi hari kebahagiaannya sebagai sarjana kedokteran akan tetapi semua berakhir bencana karena dia harus menggantikan kakak kandungnya sendiri yang melarikan diri dari acara pernikahannya.
Dan Lucinda harus mau menggantikan posisi kakak perempuannya itu sebagai pengantin pengganti.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Lucinda de Vries nantinya, bahagiakah dia ataukah dia harus menderita ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7 CURIGA

Lucinda segera mematikan mesin uap yang menopang pernafasan Kevin.

Hal itu dia lakukan lantaran Lucinda menaruh curiga pada cairan yang dimasukkan ke dalam mesin medis itu.

Setelah dia mendengar keluhan serta omelan suster perawat yang tadi bekerja disini, Lucinda mulai curiga terhadap kata-kata yang diucapkan oleh sang suster.

"Kenapa cara bicara suster perawat itu demikian, terdengar sangat membenci Kevin padahal dia hanyalah perawat disini ?"

Lucinda berpikir serius dengan setiap kalimat yang diucapkan oleh sang suster yang merawat Kevin Jansen.

"Bagaimana bisa seorang suster perawat bersikap kurang ajar seperti itu ?"

Lucinda mulai mencurigai mesin uap dikamar ini, dia membuka penutup mesin tersebut.

"Sepertinya bau aneh menyengat berasal dari mesin uap ini, aku akan memeriksanya".

Lucinda mengeluarkan wadah penampung cairan kimia dari mesin uap ini, dia mengambil pipet medisnya dari kotak kecil miliknya.

Dengan penuh cekatan Lucinda memindahkan cairan tersebut kemudian memeriksanya cermat.

Tiba-tiba asap tebal muncul dari cairan itu setelah Lucinda menelitinya bahkan asap menyengat itu disertai bau yang tidak enak hingga dirinya sesak nafas.

"Uhk, bau apa ini, begitu menyengatnya ???"

Lucinda mendadak mual dan hampir saja muntah saat mencium bau sangit dari cairan medis itu.

Lekas-lekas Lucinda membereskannya dan menyimpan cairan itu pada tabung gelas lainnya kemudian dia letakkan di dalam kotak kecil yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi.

"Cairan ini beracun, apa maksud suster perawat itu memasukkan cairan mengandung zat racun pada mesin uap milik Kevin".

Lucinda tidak punya banyak waktu sekarang, dia bergegas membersihkan sisa cairan racun yang masih membekas pada wadah cairan medis.

"Aku harus segera mengganti cairan ini, semoga saja aku masih punya cairan itu".

Lucinda segera membuka tasnya, dikeluarkannya dua kotak alumunium medis miliknya lalu membukanya cepat.

"Semoga saja aku masih punya cadangan Oxycan serta cairan obat untuk bantu pernafasan".

Lucinda mencari-cari tabung gelas miliknya yang dia simpan dalam kotak obat.

"Nah, ini dia, aku menemukannya !"

Lucinda segera mendekat kembali ke meja dimana mesin itu diletakkan, dia menuangkan cairan obat serta oxycan pada wadah mesin alat bantu uap pernafasan yang telah dirancang modern serta canggih.

"Tunggu, dia menderita gangguan pernafasan atau tidak, jika dia tidak mengalami masalah itu lalu untuk apa alat ini dipakaikan padanya..."

Gerakan tangan Lucinda terhenti cepat, dia mulai berpikir serius mengenai masalah medis ini.

"Pasti ada laporan medis terkait kesehatan pasien, tentunya dokter tidak akan bertindak gegabah pada pasien jika pasien tidak mengalami masalah pernafasan akut".

Lucinda mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan kamar ini.

"Aku akan mencoba mencarinya, pasti rekam medis itu disimpan disini, tidak mungkin mereka memindahkannya ke tempat lain jika mereka merasa aman".

Namun Lucinda teringat pada pesan Sugeng bahwa diruangan ini terdapat kamera pengawas yang bekerja selama dua puluh empat jam nonstop.

"Aku tidak bisa menunggu lama karena terlambat sedikit saja, kondisi Kevin tidak dapat tertangani lagi..."

Lucinda memperhatikan kembali seisi ruangan kamar ini, dia berpikir bagaimana gerak-geriknya tidak sampai tertangkap kamera disini.

"Jika aku bergerak sekarang maka aku akan segera ketahuan..."

Lucinda berpikir keras sembari mencari cara lain agar bisa leluasa bergerak diruangan ini.

"Apa aku sebaiknya menunggu malam hari ?"

Lucinda terpaku diam seraya mendongak ke atas.

Diamatinya setiap langit-langit ruangan kamar tidur mewah ini dengan cermat serta berancang-ancang bertindak sesuai pikirannya.

"Aku akan mematikan lampu diruangan ini sehingga kamera tidak mudah merekam jejak langkahku disini".

Ujung bibirnya membentuk lengkungan tipis seperti senyuman.

"Tapi..., apa bisa kamera pengawas menangkap gerak sesorang dalam situasi gelap, ya ?"

Lucinda menggeleng-geleng cepat lalu berseru keras.

"Fuaaahhh ! Merepotkan sekali ! Aku kesal harus menghadapi situasi mencekam ini !"

Lucinda menghentak-hentakkan kakinya ke arah lantai kamar ini.

"Parah ! Parah ! Parah !"

Keluhnya dengan berteriak lalu menatap kembali ke arah Kevin Jansen yang terbaring kaku di atas pembaringan itu.

"Masa bodoh, yang terpenting aku harus menyelamatkan dia, bagaimanapun juga kau harus bangun, Kevin".

Lucinda yang mengenakan sarung tangan medis itu tampak berlari ke arah saklar lampu lalu mematikan seluruh lampu yang ada dikamar ini.

Dalam kegelapan ruangan kamar ini, dia mulai melancarkan aksinya.

Lucinda mulai mencari-cari pada lemari yang ada dikamar mewah ini, dia mulai membuka isi tiap laci di lemari ini.

Diacak-acaknya seisi lemari yang ada diruangan kamar ini bahkan dia mulai memeriksa kotak besi yang ditaruh dalam lemari.

"Kotak besi ini tidak terkunci, aneh sekali, mungkin saja mereka lupa menguncinya ?!"

Lucinda berhati-hati saat tangannya mulai terulur ke arah kotak besi di depannya.

Sejenak dia menahan nafasnya lalu membaca doa sembari berucap pelan.

"Lindungi aku, Tuhan di surga !"

Lucinda memutar tombol pada lemari besi itu dan sedetik saja, pintu kotak besi terbuka mudah.

"Rupanya benar, mereka menyimpan berkas rekam medis dalam kotak besi ini, tapi anehnya kenapa kotak ini tidak terkunci".

Lucinda segera mengambil map kuning dari dalam kotak besi lalu diperiksanya isi map tersebut.

"Benar seperti dugaanku bahwa map ini berisi catatan rekam medis milik Kevin Jansen, aku harus membacanya cepat..."

Lucinda menoleh ke arah belakang, diamatinya sekali lagi seisi ruangan kamar ini.

Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah samping dinding kamar mewah ini.

"Oh, tidak mereka datang... !"

Hening...

Suasana diruangan ini mendadak hening, tampak berdiri seorang laki-laki berkumis tipis didekat saklar lampu.

Lampu diseluruh ruangan kamar ini kembali menyala terang.

Laki-laki itu menoleh ke arah Lucinda de Vries yang sudah berbaring di kasur kecil dekat dinding ruangan.

"Sepertinya lampu disini konslet..."

Laki-laki itu berjalan pelan memeriksa pembaringan Kevin Jansen lalu menoleh kembali ke arah Lucinda.

"Dia tidur..."

Laki-laki berkumis tipis tampak heran karena lampu dikamar ini mendadak mati padahal seluruh lampu di rumah ini masih menyala terang benderang.

Tidak lah mungkin tiba-tiba konslet terjadi pada lampu dikamar ini sebab seluruh listrik tersambung secara otomatis pada kontak saklar utama kecuali ada yang sengaja mematikan lampu diruangan ini.

"Mungkin aku terlalu waspada, bisa saja lampu dikamar mati secara tiba-tiba, hal ini bisa juga terjadi di ruangan-ruangan lainnya".

Laki-laki berkumis kembali memperhatikan ke arah tempat pembaringan milik Kevin, memastikan sekali lagi jika tidak ada yang terjadi sesuatu mencurigakan di sana.

"Aku akan pergi karena kondisi disini sangat aman terkendali, hanya mati lampu sebentar..."

Laki-laki berkumis segera pergi, dia melewati pintu rahasia yang menempel di dinding ruangan kamar ini, tidak terlihat jelas kalau ada pintu rahasia di dinding samping.

"Sret... !"

Lucinda mengintip dari balik selimut tebal, dia memastikan orang itu pergi dari kamar ini.

"Pintu rahasia, ya..."

Pikir Lucinda, kali ini dia mempunyai suatu misi rahasia disini selain menyelidiki masalah kondisi Kevin, dia mulai curiga pada pintu rahasia itu.

Ruangan rahasia apakah yang ada dibalik dinding kamar ini.

"Apa yang dikatakan oleh suster perawat itu benar bahwa sebenarnya seluruh anggota keluarga ini hanya menginginkan semua harta kerajaan Klinting kuning ?"

Lucinda menengok dari balik selimut yang menyelimuti seluruh badannya ke arah tempat pembaringan Raden Mas Ningrat Kevin Jansen yang tampak sunyi.

Diam-diam Lucinda menaruh iba kepada Kevin Jansen yang tak lain suaminya kini, pangeran dari kesultanan Jawa yang malang nasibnya.

"Kalau itu benar berarti keberadaanku disini hanya dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab di rumah ini..."

1
Zeed
kayak triller gak sih
Zeed
misteri secret nih
Zeed
waduh konspirasi nih di kerajaan klinting kuning
Zeed
kakak rasa candu pa gimana nih kau chatarina 🤭
Zeed
dia dokter ya
Zeed
jadi bingung nih sama sikap lucinda kayak gak biasanya agak berubah nih
Zeed
lebih keji nih ibu tiri
Zeed
wah... wah... wah... bener ada ya ibu tiri kayak nenek sihir itu
Zeed
semangat thor 💪
Zeed
🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Zeed
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ghaltara
seram...
Reny Rizky Aryati, SE.: thriller...
total 1 replies
horse win
misteri nih semakin seru saja thor 💪
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍🎂👍👍👍
total 2 replies
horse win
wah wah wah pecundang datang nih
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
rupanya wasiat kakek ya, napa gak judulnya wasiat maut kakek saja tor 👍
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
sulit dibayangkan nih nikah ma pria sekaratul maut 😄
Reny Rizky Aryati, SE.: 🎂🎂🎂🎂🎂🎂
total 2 replies
horse win
versi beda nih ma novel yang satunya ya thor, tapi mirip temanya pengantin pengganti
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
lanjut...
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
baru nih thor
Reny Rizky Aryati, SE.: dont worry, i am here 🎂
total 2 replies
Soraya
lanjut
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!