tok.. tok.. tok..
"Aris bangun" teriak Qiara sambil mengetok pintu kamar lelaki berusia 7 tahun.
tak lama pintu terbuka
"panggil kakak, aku lebih besar dari mu 2 tahun" katanya sambil melengos tak suka.
ia selalu merasa risih karena di ikuti anak kecil itu, Qiara seperti anak Ayam yang mengikuti induk nya.
"cuma beda dua tahun"
Qiara senyum-senyum tidak jelas
Qiara gadis kecil yang manis ceria, energik dan penuh semangat.
namun kejadian naas merenggut nyawa keluarga nya.
membuat ia hidup sebatang kara.
waktu semakin berlalu hari selalu berganti sampai remaja menanti entah sadar atu tidak perasaan tumbuh makin besar dalam hati Qiara untuk Aris.
Namun entah bagai mana dengan Aris, bagai mana jika arismerasa risih ,tidak suka, menjauh, menghindar, atau mengusir dengan kasar.
Dan bagaimana jika Qiara memiliki rahasia besar yang hanya ia simpan sendirian
"Aris tunggu" teriak Qiara remaja mengejar Aris.
"sial" Guam Aris, mempercepat langkah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @d.midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka yang Menyakitkan
"gimana". Tanya Adnan.
"masih belum sadar". Jawab Rina.
"Biar Aris yang jaga Qia, selama mama sama papa urus kepulangan jenazah".
Setelah melihat keadaan Qiara yang tidak sadarkan diri dokter menjelaskan "selain syok berat tidak ada luka yang serius selain luka-luka tidak ada yang harus di kawatir kan". meski begitu mereka tetap khawatir.
"Rima kamu berhasil melindungi putrimu dengan baik di tengah kecelakaan itu". Rina kembali menetes kan air mata tanpa di minta.
"tapi gimana dengan Qiara, kalo dia gak liat untuk terakhir kali keluarganya, mama takut Qiara justru makin sedih".
"mau bagai mana lagi".
setelah perdebatan panjang dan pertimbangan antara menunggu Qiara bangun dan menyaksikan orang tuanya di kuburkan atau lebih baik jika Qiara tidak melihat.
"gimana kata dokter". Tanya Rina.
Akhirnya di putuskan "lebih baik secepatnya saja, dokter pun menyarankan demikian karna di khawatirkan meninggalkan trauma berat pada psikis Qiara yang masih rentan". Adnan memeluk istinya yang kembali menangis.
"Bagai mana mungkin itu bisa terjadi". Tangisan di sebrang sana makin kencang.
"lalu bagai mana dengan keponakan ku". Tanya Fiora.
"Dia baik-baik saja untuk saat ini, dia masih belum sadar". Rina pun sangat khawatir.
"Aku serahkan semuanya pada kalian".
setelah menghubungi fiora satu-satunya keluarga Rima yaitu adik nya yang kini tengah mengejar cita-citanya, bekerja di luar negri dia pun tidak bisa pulang karna banyak kendala yang harus ia tangani dan tidak bisa di tinggalkan.
'maafkan aku kakak'
Terlihat sekali rasa sedih karna kehilangan dan rasa bersalah karna tidak bisa hadir padahal ini waktu terakhir kakak nya di alam dunya.
Batu nisan sudah terpasang.
"kamu jangan khawatir mulai sekarang kami akan melimpahkan kasih sayang untuk Qiara kalian yang tenang di sana". Rina berusaha memaksakan senyumannya namun yang hadir kembali malah tangisan yang terasa pedih.
"Meraka sudah tenang".
Adnan menarik Rina masuk dalam pelukan nya.
Rina pun memeluk adnan
'jika aku saja sangat kehilangan lalu bagai mana anak kalian, dia pasti lebih kehilangan'. jerit nya dalam hati namun sekuat tenaga ia tidak ingin mengucapkan.
"kita kembali ke rumah sakit".
Setelah pemakaman selesai mereka kembali ke rumah sakit melihat Qiara yang masih terbaring tidak sadarkan diri.
'Qiara'
Aris mengusap kepala Qiara mencium nya lalu menggenggam tangan kecil Qiara berdoa semoga Qiara cepat sadar.
"Nauval, bagaimana nanti". Gumam nya.
namun hatinya pun ragu bagaimana nanti setelah sadar apa yang akan terjadi bagai mana jika Qiara menanyakan orang tua dan kakak nya, bagai mana jika Qiara menangis tanpa henti ia khawatir, bagaimana cara menenangkan nya, genggaman tangan Aris makin mengerat dengan rasa khawatir.
'Qiara'. Aris berusaha mengutkan.
Meski biasanya jika Qiara menangis Aris selalu punya cara untuk membuat Qiara berhenti tapi bagai mana sekarang.
Rina mengusap pundak putranya.
"Tidur gih, papa juga mau tidur Qiara biar mama yang jaga". Aris mengangguk mengikuti perintah ibunya karna tubuh nya pun merasa lelah.
'Ayah...., Bunda..., kak Al...' hatinya slalu berbisik.
Di malam hari yang sepi Qiara membuka matanya merasakan genggaman tangan yang hangat namun ia tidak bisa berucap.
'mama'
ia melihat Rina yang menggema tangan nya terlihat sisa airmata di wajah cantik itu.
Lalu Melihat Aris dan Adnan yang tertidur di sofa di ruangan itu.
'papa, Aris'.
Sepertinya ia tau apa yang terjadi tanpa di jelaskan, masih Ter ingat jelas dalam ingatannya.
'Ayah..., Bunda..., kak Al...'.
Setelah kecelakaan itu Qiara tersadar lalu menjerit meminta pertolongan dengan sekuat tenaga melihat bunda nya yang mengeluarkan banyak darah entah dari mana asal nya pelukan nya pun masih sangat erat.
airmata nya bercucuran.
'Bunda... Bunda.. Bunda bangun Bun'
'Ayah.. Hiks... 'Ayaaah'.
Begitupun ayah nya, begitu banyak kaca yang tertusuk di tubuh pria gagah dan tampan itu seluruh wajahnya bersimbah darah.
Beralih dengan sang kakak Nauval yang mencium keningnya dengan keadaan tidak sadar tangan nya pun memeluk Qiara dan bundanya dengan erat.
'kak Al bangun kak, kak Alll..'.
Air memasuki mobil lewat sela-sela, semakin lama air semakin penuh, Qiara semakin ketakutan.
'Tolong... Tolong.. Siapa pun tolong'.
Qiara kembali menjerit meminta pertolongan siapa saja tolong, tolong selamatkan ayah bunda dan kakak nya.
Namun ia tidak sadar ia hanya berteriak dalam hati.
Qiara sangat takut melihat banyak luka yang dialami mereka
'Tolong.. ayah, bunda, kakak bangun buka mata kalian jangan tinggalin Qia.
Qia janji gak nakal, Qia jnji gak cengeng, Qia janji gak rewel, Qia janji akan nurut, Qia janji akan jadi anak baik, Qia janji akan jadi anak yang pintar seperti kata kak Al yang selalu manjain Qia tolong usap lagi kepala Qia, tapi Qia mohon bangun.. bangun..'. perkataan itu entah terucap atau kah dalam hati terambang antara sadar dan tidak.
"Akhhhhh". Kesadaran seperti ditarik paksa.
Teriak Qiara menjerit tiba-tiba, membuat Rina, Adnan dan Aris terbangun dari tidur nya.
"sayang tenang na, mama disini".
Rina memeluk Qiara menenangkan namun tidak berhasil setelah memencet tombol emergency beberapa kali, dokter dan beberapa perawat datang lalu menyuntikkan obat penenang membuat Qiara kembali terlelap.
Setelah dokter menjelaskan penyebabnya "Qiara mengalami syok berat karna kecelakaan, kita harus memeriksanya kembali secara menyeluruh untuk pasti nya".
Pagi harinya Qiara kembali terbangun namun ia hanya memandang langit lewat jendela tanpa mengucapkan apa-apa.
setelah terbangun Qiara tidak mengenali siapa-siapa lalu hanya melamun menatap langit tanpa minat.
Setelah pemeriksaan menyeluruh dokter menyatakan "syok berat menyebabkan Qiara mengalami kehilangan ingatan".
Setelah Qiara beberapa hari dirawat dan dinyatakan sehat mereka kembali ke rumah namun bukan rumah Qiara tapi rumah Aris.
Terlihat kelegaan dari semua orang mengetahui Qiara kehilangan ingatan mungkin itu lebih baik daripada Qiara mengingat kejadian menyedihkan itu namun juga rasa khawatir menghantui mereka mana kala Qiara mengingat semuanya.
Namun mereka sepakat untuk saat ini jalani saja lakukan yang terbaik dan buat kenangan baru yang lebih indah untuk Qiara.
"Ini makam Ayah, Bunda dan kakak kamu".
mereka membawa Qiara melihat makam keluarga nya.
tidak ingin merahasiakan apapun dan ingin selalu terbuka dengan Qiara meski itu sangat pahit dan berat
"Ayah Bima, Bunda Rima, kakak Nauval". gumam Qiara yang mampu terdengar.
Meski dokter mewanti-wanti agar mereka tidak boleh membuat pemicu ingatan Qiara Ter guncang, mereka siap dengan konsentrasi yang akan di terima.
"Mereka keluargaku". Pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan.
di luar dugaan Qiara hanya mengangguk dan mengusap nisan-nisan itu.