Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 23
Kepala Sugeng merasa pusing tujuh keliling, karena masalah Inah saja belum selesai, tetapi kini sudah ditambah masalah putri kecilnya, Ayu yang dalam keadaan kritis.
Entah kenapa Sugeng merasa hidupnya begitu kacau setelah dirinya membunuh Romlah, dia tidak menyangka kalau ternyata akan ada akibat dari perbuatan yang dia lakukan.
Sugeng semakin pusing saja karena Inah selalu saja menggila, dia terkadang memaki, memukul dan bahkan menyakiti dirinya sendiri. Seperti malam ini, Sugeng benar-benar merasa hampir mati.
Bagaimana dia bisa hidup tenang kalau Inah tiba-tiba saja bangun dan mencoba untuk menyayat pergelangan tangannya dengan pisau buah, ketika dia ingin menghentikan aksi wanita itu, Inah malah menodongkan pisau itu ke arahnya.
Beruntung dia dengan sigap memukul tangan Inah dengan tiang infus, sehingga pisau yang ada di tangan wanita itu langsung terpental jauh.
"Sialan! Kenapa hidupku jadi seperti ini?"
Sugeng mengusap wajahnya dengan kasar, dia tatap wajah Inah yang begitu mengenaskan ketika terlelap. Kasihan juga jika melihat wajah pucat cinta pertamanya itu, tetapi kesal dan juga marah ketika mengingat bagaimana Inah memperlakukan dirinya sekarang.
"Lebih baik aku liat kondisi Ayu dulu," ujar Sugeng.
Sugeng melangkahkan kakinya dengan hati yang bingung, pikiran yang kusut dan juga hati yang kalut. Ketika dia tiba di depan ruangan putrinya, dia bisa melihat ada Romlah yang sedang duduk di sana.
Wanita itu menyelimuti tubuhnya dengan kain jarik, kepalanya juga ditutupi agar tidak dingin. Sampai wajahnya pun ditutupi sebagiannya dengan kain jarik itu, mata wanita itu tertutup. Sugeng bisa menebak kalau wanita itu sedang tidur.
Sugeng berpikir kalau wanita itu sengaja menutupi wajahnya karena wajahnya yang buruk rupa, agar orang lain yang melihatnya tidak takut terhadap dirinya.
Setelah memperhatikan Romlah, dia berdiri di depan kaca di mana dia bisa melihat putrinya yang berada di sana. Kemarin begitu banyak alat yang menempel di tubuh putrinya.
Sekarang hanya ada selang oksigen yang ada di hidungnya, ada selang yang masuk ke mulutnya dan selang infus di tangannya. Kasihan sekali kondisi bayi itu.
"Kenapa bisa begini sih Sayang? Kenapa kondisi kamu bisa seperti ini? Padahal, hanya karena dimandikan oleh nenek kamu itu. Bapak jadi pusing," ujar Sugeng berkeluh kesah.
Cukup lama Sugeng menatap putrinya, setelah beberapa saat kakinya terasa pegal, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di samping Romlah.
"Sebenarnya apa salahku? Kenapa kehidupanku sekarang begitu rumit? Ayu sakit, aku juga sakit." Sugeng berkata dengan tidak tahu diri, dia seakan lupa dengan apa yang sudah pria itu lakukan.
"Mungkin ada hal yang harus Tuan tebus."
Sugeng yang sedang duduk sambil bertanya-tanya kepada dirinya itu merasa kaget, karena tiba-tiba saja ada yang mengajak dirinya berbicara. Sugeng menolehkan wajahnya ke arah Romlah, ternyata wanita itu sudah bangun dan kini sedang menatap dirinya.
"Maaf, tadi kamu berbicara apa? Ada yang harus saya tebus? Maksudnya anak saya harus meminum obat dan saya harus menembus obatnya gitu?"
"Bukan masalah obat, tadi bukannya Tuan bertanya apa salah saya. Mungkin Tuan punya kesalahan di masa lalu yang harus ditebus, begitu maksud saya."
"Oh, kesalahan di masa lalu ya?_
Sugeng terdiam cukup lama mendengar apa yang dikatakan oleh Romlah, pria itu duduk tegak dengan kedua tangannya yang saling meremas. Dia tiba-tiba saja merasa cemas, karena mengingat apa yang sudah dia lakukan terhadap Romlah.
"Saya memang punya kesalahan di masa lalu, menurut kamu... bagaimana cara saya menebus kesalahan itu?"
"Kalau misalkan kesalahannya dengan menyakiti hati orang lain, maka bahagiakan hati orang itu. Tapi, kalau Tuan melakukan kesalahan dengan menghilangkan nyawa orang lain, maka Tuan harus mengganti nyawa orang itu."
"Hussh! Jangan sembarangan kamu kalau ngomong, pakai bawa bawa nyawa segala. Masa iya saya harus bunuh diri untuk menggantikan nyawa orang yang hilang?"
"Lah! Tadi Tuan minta pendapat saya, saya hanya memberikan pendapat saya. Memangnya Tuan beneran pernah menghilangkan nyawa orang lain gitu?!"
"Enggaklah! Saya bukan pembunuh," ujar Sugeng dengan cepat karena dia takut kalau Romlah akan menyadari kalau dirinya pernah membunuh istrinya.
Romlah lalu mendekatkan wajahnya ke arah Sugeng, dia menatap wajah pria itu dengan lekat. Sugeng sampai memundurkan tubuhnya, dia bukan takut oleh wajah Romlah, tetapi takut akan sorot mata wanita itu.
"Kalau misalkan Tuan tidak pernah menghilangkan nyawa, ekspresinya biasa saja. Jangan kayak orang yang pernah membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain, gugup dan nampak cemas."
"Kamu itu terlalu banyak bicara, mana ada saya kelihatan gugup dan juga cemas. Yang ada saya merasa kesal terhadap kamu," ujar Sugeng.
"Oh!" ujar Romlah dengan wajah datarnya.
Berbicara dengan romlah malah membuat dia ketakutan, akhirnya pria itu menitipkan putrinya kepada Romlah dan memutuskan untuk tidur di dalam ruangan perawatan Inah.
Pria itu Malam ini bisa tidur dengan pulas, walaupun sempat merasa tegang dan kepikiran dengan Romlah. Wajah wanita itu yang berteriak kesakitan saat tubuhnya terbakar terbayang-bayang dibenaknya.
Pada pagi harinya dia terbangun karena ada dokter yang datang, dia dibangunkan karena dokter ingin berbicara dengan Sugeng.
"Ada apa ya, Dok?"
"Istri anda masih bisa disembuhkan, jika anda setuju, saya akan melakukan operasi pengangkatan payu dara istri anda. Agar kanker yang bersarang pada kedua dada istri anda bisa terangkat semua, apa anda setuju?"
Sugeng terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, dia membayangkan kalau kedua dada istrinya diangkat, itu artinya dada istrinya itu akan rata dan seperti layaknya laki-laki.
"Bagaimana, Pak? Apa anda setuju kalau istri anda melakukan operasi pengangkatan payu dara?"
"Nggak bisa sel kankernya aja yang diangkat ya, Dok?"
"Nggak bisa, itu beresiko. Nanti sel kankernya bisa tumbuh kembali kalau tidak diangkat sampai habis," jawab Dokter.
"Rata dong, Dok? Mana enak," ujar Sugeng yang langsung membuat dokter geleng-geleng kepala.
Dokter tidak menyangka kalau Sugeng masih bisa membahas hal seperti itu, padahal keadaan istrinya itu sangat genting. Hal satu-satunya yang bisa dilakukan saat ini adalah melakukan operasi, agar Inah bisa sembuh total.
Itu pun dokter tidak bisa menjamin seratus persen Inah akan sembuh, karena kesembuhan itu tetap saja milik Allah. Jika Allah berkehendak, maka penyakit yang ada pada tubuh Inah akan diangkat.
"Bagaimana? Anda setuju atau tidak?" Tanya Dokter memastikan.
GI ambil duit dulu baru indehoy enak betul maunya gratisan emang Inah wekkkkk