NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: tamat
Genre:Kisah cinta masa kecil / Tamat
Popularitas:747
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 10

Menjelang malam mereka pulang bersamaan, Juna sempat bersikeras ingin mengantar Aruna pulang---yang langsung ditolak dengan tegas. Akhirnya, lelaki itu meminta sopir keluarganya untuk mengantar Aruna pulang. Gadis itu mengangguk dengan setuju. Namun, Aruna meminta berhenti ketika di tepi jalan. Meskipun sopir Arjuna menolak, gadis itu mengatakan bahwa rumahnya masuk gang tersebut.

Aruna tidak berbohong untuk hal tersebut, karena dalam gang tersebut jalan menuju pemakaman umum yang terdapat makam sang mama. Aruna merindukan mamanya, sudah beberapa minggu dirinya tidak mengunjungi. Kakinya bersimpuh di depan makam sang mama. Matanya memanas dan berkacса- kaca. Angin malam tidak membuat tubuhnya kedinginan atau merasa takut.

Aruna pandangi nisan bertuliskan nama Arina Sasmita, nama yang begitu mirip dengannya. Air matanya luruh secara perlahan. Sepatu, kaos kaki dan rok sekolah yang kotor terkena tanah, tidak Aruna pedulikan. Tubuhnya memeluk nisan tersebut dengan erat.

Sejujurnya, Aruna itu penakut. Namun, entah mengapa semua ketakutannya menguap saat berada dekat dengan mamanya. Gadis itu jadi ingat sebuah kalimat, kira-kira begini:

Setelah kehilangan, kuburan tidak lagi menjadi tempat yang menakutkan--- karena orang yang kita cinta ada di sana.

"Ma," Panggilnya dengan suara serak.

"Sebentar lagi, Runa bakal punya toko kue. Aku udah bisa buat banyak kue," Matanya menerawang dan menghapus air mata yang menetes deras dengan. Meski begitu, Aruna masih ingin bercerita banyak pada mamanya.

"Sekarang Runa udah punya pacar, namanya Arjuna Ma--- dia pacar pertama aku. Dia baik banget sama Runa, tapi--" Aruna menarik nafasnya ketika merasa tersengal-sengal akibat dadanya yang bergemuruh hebat. "Runa takut, kalau Arjuna kayak papa gimana?"

Gadis itu bermonolog sendirian, meskipun tidak mendapat jawaban. Hatinya lega setelah banyak mencurahkan isi hatinya pada sang mama. Aruna bangkit setelah merasa lega, walau hatinya masih sedikit sesak. Pulang dengan berjalan kaki menjadi tujuannya, agar dapat menghirup udara malam dan merasa tenang.

Sampai apartemen, Aruna memutuskan untuk mandi dan segera tidur. Ponselnya tergeletak mati sejak tadi, tidak dirinya hiraukan. Memilih menonton televisi dan terlelap dengan nyenyak hingga pagi.

Pagi harinya, Aruna merasakan sebuah tepukan lembut di pipinya dan terdengar suara perempuan. Matanya mengerjap pelan, namun kepalanya terasa sakit dan pusing.

"Runa, lo bisa-bisanya sakit kaya gini diem aja!" Misel berkacak pinggang dengan kesal. Padahal mata gadis tersebut berkaca-kaca.

Karin membantu Aruna untuk bersandar di kepala ranjang. Gadis tersebut mengompres kepala Aruna. Kenapa akhir-akhir ini banyak orang sakit ya? Atau sedang musimnya atau tertular? Karin sempat bertanya-tanya mengingat kemarin Arjuna sempat sakit juga.

"Kalian nggak sekolah?" Aruna bertanya dengan mata memburam karena tubuhnya panas dan air matanya yang jatuh.

"Lo bisa-bisanya mikirin itu! Kalau ada apa-apa tuh hubungi gue atau Karin bisa kan? Punya ponsel susah banget dihubungi!" Meski mengomel, Misel tetap membantu mengisi daya baterai ponsel milik Aruna.

Kebiasaan Aruna yang sering membuatnya kesal dan sedih. Gadis itu sering memendam apa-apa sendirian. Misel sangat tidak suka, apalagi melihat Aruna jatuh sakit tanpa dirinya tahu.

Karin kembali memegang dahi Aruna, dirasa panasnya masih tinggi sejak tadi--- gadis itu segera menelfon Ethan. Lelaki itu sedang disuruh membelikan bubur di depan apartemen.

"Sel, siapin bajunya Aruna bawa masuk ke tas." Karin membantu memakaikan sweater hangat untuk Aruna.

"Mama," Mata Aruna terpejam erat, namun meloloskan air mata dan menggumamkan nama mamanya. Karin terdiam sejenak, mengusap sudut matanya yang berair.

Ethan datang beberapa menit kemudian, menenteng kresek berisi bubur. Lelaki itu sigap menggendong Aruna yang tubuhnya lemas. Misel berjalan lebih dulu dengan cepat, membantu membuka pintu mobil milik Ethan.

"Biar gue aja!" Di ujung lorong yang letaknya masih jauh dengan parkiran, Arjuna tiba dengan seragam berantakan dan wajah ngos-ngosan. Tanpa protes, Ethan langsung memberikan tubuh Aruna.

Ethan duduk di depan membawa mobil dengan Misel di sebelahnya. Di bangku belakang ada Arjuna yang memangku tubuh Aruna dan Karin yang duduk di sebelahnya.

Lelaki itu menatap khawatir wajah pucat Aruna yang matanya terpejam. Lelaki itu memeluknya erat dan mengusap punggungnya. Tubuh kecil Aruna begitu panas sekali.

"Lo tahu darimana Jun, kalau Aruna sakit?" Karin memulai percakapan yang terasa hening.

"Gue telfon Ethan, ponsel Aruna dimana?" Lelaki itu menatap Karin.

"Mati, tadi sempet Misel cas---Eh, udah lo cabut belum Sel?" Gadis itu menengok ke belakang dan mengangguk.

"Udah, ponselnya udah gue masukin tas. Siapa tahu papanya telfon nyari dia kan," Karin tersenyum miris menatap wajah Aruna yang pucat.

"Kemungkinan kecil dan persentasenya 0,1 persen Sel."

Arjuna menoleh pada Karin, lelaki itu ingin menanyakan hal tersebut. Sebenarnya kemana perginya orang tua Aruna, yang dia dengar hanya Mama Aruna saja yang sudah tidak ada.

"Papa dia dimana?"

"Ada disini, tapi dia hidup sama keluarga barunya." Sahut Karin lirih, mungkin Aruna tidak akan suka jika mereka membicarakan hal tersebut.

Gadis itu ingin terlihat kuat di depan siapapun. Namun, bagi Karin dan Misel, Aruna tetap gadis kecil rapuh yang harus mereka jaga.

"Aruna selama ini hidup sendiri?" Karin mengangguk seraya menyeka ujung matanya yang basah.

Arjuna terdiam setelah mendengarnya, lelaki itu tidak lagi bertanya. Hanya diam menatap wajah Aruna dengan tatapan sendu.

Mereka sampai di rumah sakit dengan Arjuna yang langsung mengurus biaya administrasi---setelah dokter selesai memeriksa keadaan Aruna. Gadis itu membuat semua orang khawatir. Dia menatap teman-teman Aruna yang begitu setia menunggunya. Pertemanan yang tulus, batin Arjuna menatap mereka.

Mungkin Aruna tidak mendapatkan kasih sayang dari sosok keluarga, tapi dia memiliki teman-teman yang begitu menyayanginya. Kali ini, Arjuna menambahkan diri sebagai sosok yang akan menjaga, melindungi dan menyayangi Aruna tanpa tapi.

"Sel, ayo beli makan siang!" Ethan mencolek lengan Misel yang kini menatapnya kesal.

"Malas gue,"

"Kalau kita nggak beli, mereka nggak akan makan." Bisik Ethan menunjuk Karin dan Arjuna yang masih setia menunggu Aruna sadar.

Gadis itu menghela nafas pelan dan menurut. Keduanya berjalan di lorong rumah sakit menuju kantin. Mungkin, Misel tidak sadar bahwa jemarinya tidak kosong---ada jemari Ethan yang menggenggamnya erat.

"Kalian udah berteman lama?" Arjuna membuka percakapan dengan Karin yang saat ini bersandar di sofa.

"Iya, sejak SMP. Dulu Runa sekelas sama gue, terus gue deket sama Misel jadi gitu deh." Gadis itu menerawang awal-awal perkenalan dirinya dengan Aruna. "Aruna itu, menyenangkan dan baik. Nggak bosen deh temenan sama dia,"

Arjuna mengangguk setuju. Menurutnya pun, Aruna itu sosok yang menyenangkan untuk hidupnya yang monoton.

"Nama Papa dia, lo tahu?" Karin terdiam sejenak.

"Kenapa lo tanya itu?" Bukankah lebih mudah menjawabnya, bukan menanyakan balik? karena sejak awal memang Arjuna ingin mengetahui hal tersebut.

"Gue mau ketemu papanya,'

"Buat apa?"

"Kenal dan minta ijin udah pacarin anaknya."

Karin tertawa geli mendengarnya. Kening Arjuna berkerut, memang apa yang salah dengan ucapannya? menurutnya dia hanya berkata jujur.

"Lo selalu sopan ya, Jun? Tapi, gue hargain itu. Gue tahu lo yang terbaik buat dia," Karin berdehem pelan dengan senyuman di bibir.

"Nama papanya, Om Himawan. Papanya Sisil, kemungkinan besar lo kenal atau sekedar tahu."

"Mereka saudara? Bukannya anak Om Himawan selama ini cuma satu?" Mereka hanya diam, tidak ada yang menjawab lagi.

Ada raut terkejut di wajah Arjuna. Sungguh, mengapa dunia sempit sekali? Arjuna semakin bertanya-tanya dalam hati, tentang mengapa lelaki itu membiarkan Aruna sendiri, mengapa lelaki itu menyuruh Aruna menjauh darinya. Semakin Arjuna mengenal Aruna, semakin dia sadar bahwa banyak yang belum dirinya ketahui tentang sang kekasih.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!