NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Datangnya marvin

Ternyata inilah perasaan yang tidak enak bagi Liana sejak liburan kemarin, pantas saja ia merasa tidak nyaman dan gelisah ternyata hari ini adalah hari di mana akan terjadi serangan dan penculikannya. Kenapa ia tidak menyadarinya sejak awal, padahal sudah ada tanda-tanda tapi dirinya juga tidak mengetahuinya.

Liana hanya mengatakan pada Elvano dan Revan bahwa Mansion ini akan di serang oleh musuh jadi ia meminta mereka untuk berhati-hati.

Sebenarnya Elvano dan Revan tidak mengerti apa ucapan Liana, pikir mereka mungkin karena Liana panik mendengar serangan markas mereka sehingga Liana takut. Tapi ada kalanya untuk bersiaga karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.

𝘗𝘙𝘈𝘈𝘈𝘕𝘎!

Mereka bertiga terkejut suara pecahan kaca di ruang depan.

"A–apa itu?!" Liana ketakutan.

"Aku akan mengeceknya, kalian tetap di sini!" Elvano pergi mengecek.

“𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯, 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘔𝘢𝘳𝘷𝘪𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘰𝘥0𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶𝘢𝘴𝘪 𝘨𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪?!” batin Liana.

𝘋𝘖𝘙!

Liana terkejut, ia sudah menduga dari suara temb4kan itu.

"Apa yang terjadi?!" Bi Desfa datang karena mendengar suara ribut.

"Bi Desfa, tolong kau dan Liana bersembunyi di ruang belakang!" kata Revan.

"Kau mau kemana?!" tanya Liana.

"Aku harus membantu ah maksud ku menyusul Elvano untuk mengecek keadaan! Bersembunyi lah bersama Bi Desfa, aku akan segera kembali menemui mu," Revan memegang kedua pipi Liana.

"Tapi Rev–"

"Percaya padaku,"

Liana selalu mempercayai mereka, ia percaya bahwa mereka tidak mungkin kalah begitu saja apalagi cuma menghadapi anak buah musuh itu sangat mudah.

Namun ia tetap khawatir karena takut pada kehidupan sebelumnya mereka tampak baik-baik saja tapi belum tentu kali ini juga begitu, karena semuanya bisa saja berubah tanpa Liana lakukan.

"Cepat, Bi Desfa! Aku mohon jaga Liana!"

"Baik, Tuan! Non Liana, ayo!" menarik tangan Liana.

Liana masih ragu, Revan mengangguk tersenyum kemudian pergi meninggalkannya.

“𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢!”

-

Liana dan Bi Desfa kini sedang bersembunyi di sebuah ruangan yang yang kecil, ini adalah ruangan belakang dapur mungkin ini sudah cukup untuk mereka bersembunyi.

Liana terus berpikir, apa yang harus ia lakukan selain bersembunyi? Bersembunyi tidak ada gunanya juga, ia mengkhawatirkan Elvano dan Revan walaupun mereka menghadapi musuh bersama anak buah tapi tetap saja mereka adalah manusia bukan robot.

"Nona, apa yang terjadi sebenarnya?!" tanya Bi Desfa yang penasaran, suara berisik yang di hasilkan dari senjat4 tembak4n membuat siapa saja pasti takut.

"Mereka adalah musuh Revan dan yang lain, mereka datang pasti tujuan tersendiri. Bi Desfa, Bibi tetap di sini, aku akan keluar menemui mereka,"

"Tidak!" tegas Bi Desfa menahan tangan Liana.

"Saya tidak akan mengizinkan Nona keluar! Saya di tugaskan oleh Tuan Revan untuk menjaga anda, anda harus tetap di sini!"

"Tapi Bi–"

"Jika Bibi bilang Tidak, ya tidak! Anda tahu sendiri bahwa mereka sedang sibuk mengalahkan musuh, jadi anda jangan membuat keadaan semakin memburuk!"

Sebenarnya ada benarnya juga, namun pikiran Liana tidak tenang. Apalagi ia memikirkan Marvin yang akan menculiknya, itu tidak akan terjadi!

"Kita berdoa dan percayakan kepada mereka, semoga mereka baik-baik saja!"

Liana melirik Bi Desfa. Liana berpikir, apakah Bi Desfa tahu siapa mereka sebenarnya? Kenapa Bi Desfa tidak terkejut atau bereaksi lainnya? Ia hanya terkejut saat tiba-tiba mereka di serang di Mansion, sepertinya mustahil bagi Bi Desfa tidak mengetahui siapa mereka sebenarnya. Bi Desfa bekerja di sini sebagai pembantu, jadi tentu saja mereka memperkenalkan diri kepada Bi Desfa agar wanita ini terbiasa melayani orang-orang di Mansion.

-

-

"Hah! Akhirnya, Vano kau baik-baik saja?" tanya Revan.

"Yah, sepertinya begitu,"

Mereka berdua sudah mengalah musuh, lihat banyak sekali orang-orang yang tergeletak tak bernyaw4 serta bercak dar4h di lantai.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa mereka menyerang kediaman kita? Dan kenapa di saat seperti ini aku tidak mengerti sedikitpun setiap perkataan Liana tadi?" Revan.

"Aku juga begitu, entahlah apakah aku salah dengar atau memang dia mengatakannya?"

"Maksud mu?"

"Aku mendengar dia menyebut nama Marvin, namun samar-samar. Apa kau mendengar dia bergumam? Atau aku yang salah pendengaran?" Elvano.

Revan kembali mengingat, "Entahlah, aku terlalu mengkhawatirkannya sampai tidak fokus apa yang dia bicarakan," Revan menyisir rambutnya ke belakang dengan penuh frustasi.

"Jika benar, dari mana dia tahu dan mengenal Marvin? Kita saja tidak pernah memberitahunya, jangankan musuh identitas kita saja masih belum diungkapkan,"

"Ah entahlah, aku juga penasaran hanya saja aku tidak tahu bagian mana yang harus ku tanya?" Revan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tiba-tiba mereka mendengar suara helikopter yang sangatlah dekat, serasa bahwa helikopter itu sedang berada di atas Mansion mereka.

"Secepat itu mereka kembali?" tanya Revan.

"Mungkin,"

"EL, REVAN!"

Mereka menoleh melihat Liana berlari ke arahnya dan Bi Desfa yang seperti mengejar Liana.

"Ada apa?" tanya Elvano.

"Itu ... kita, kita harus pergi sekarang juga!" nafas tersengal-sengal.

"Pergi? Kemana?" Revan.

"Pokoknya kita harus pergi sekarang! Cepat, tidak ada waktu lagi!" Liana mendorong Revan untuk melangkah pergi.

"Tunggu dulu, apa yang terjadi? Kenapa kita harus pergi?" Elvano menahan Liana.

Liana seperti kesulitan dalam menjelang, tapi ia juga tidak mau mereka sampai kenapa-kenapa oleh Marvin.

Liana mendengar suara helikopter itu, tadinya ia berpikir bahwa Arion dan yang lain telah kembali tapi saat ia teringat lagi helikopter itu bukan milik Arion melainkan Marvin, sudah saatnya dia muncul seperti kehidupan sebelumnya.

"Liana, ceritakan pada kita apa yang terjadi?!" Elvano memegang bahu Liana.

Liana masih dilema pertanyaan Elvano, apakah ia harus mengatakan sejujurnya atau mencari alasan lain?

"Tenang, di sini ada aku dan Revan. Katakan yang sebenarnya pada kita, kita akan membantu dan melindungi mu! Kita tidak bisa membantu mu kalau kau tidak mengatakan yang sebenarnya!"

"El, se–sebanarnya–"

"Wah, tempatnya sangat berantakan,"

Spontan Elvano, Revan, Liana dan Bi Desfa menoleh ke atas di mana seorang pria berdiri di atas tangga sambil tersenyum.

"MARVIN?!" kompak Elvano, Revan dan Liana.

Elvano dan Revan langsung menatap Liana yang tiba-tiba menyebut nama musuh mereka, mustahil mereka saling mengenal 'kan?

Marvin awalnya bingung bagaimana gadis itu bisa mengetahui namanya? Tapi setelah dipikir lagi, siapa lagi kalau bukan 2 pria di samping gadis itu? Sudah pasti mereka yang memberitahu.

"Beraninya kau memasuki rumah kami?!" Elvano maju di depan Liana sebagai perlindungan.

"Loh, memang kenapa? Wajar dong namanya juga penyusup,"

Elvano meng-kode tangan ke belakang pada Revan untuk menjaga Liana dan Bi Desfa, Revan melirik tangan Elvano dan paham.

Revan juga memberi kode Bi Desfa untuk pergi dari sini karena tidak mungkin juga Marvin akan memiliki urusan pada Bi Desfa.

Revan juga merasa sama pada Liana, tapi ntah perasaannya sangat buruk jika membiarkan Liana pergi juga bersama Bi Desfa. Seakan-akan Liana juga seperti terlibat dalam masalah ini.

"Kenapa kalian tidak membantu teman-teman kalian di AS?" tanya Marvin sambil menuruni anak tangga.

"Dan kenapa juga kau ada di sini?!" tanya balik Elvano menatap tajam serta siap sedia senjat4 yang ia pegang.

Marvin terkekeh kecil, "Aku sudah ke sana, tapi sepertinya kalian tidak lengkap jadi aku pastikan langsung ke sini,"

"Si4lan! Katakan saja niat mu yang sebenarnya!" Elvano.

Marvin menatap Elvano sambil tersenyum yang tak pernah pudar, bukan tersenyum ramah melainkan remeh.

"Dari mana kau bisa masuk ke dalam rumah kami?!" tanya lagi Elvano.

"Lewat jendela. Sepertinya itu kebiasaan gadis kalian karena tidak pernah menutup jendela,"

"B4NGS4T KAU!"

𝘋𝘖𝘙!

Elvano melepaskan pelurvnya dan Marvin sasarannya, namun Marvin langsung menghindar setelah membaca gerakan Elvano.

"Berani-beraninya kau memasuki kamarnya!"

"Mau bagaimana lagi, jika aku masuk lewat pintu depan bisa-bisa aku mat1 duluan dong. Aku saja belum mengeluarkan skill yang ku miliki,"

"Lewat mana saja kau tetap akan mat1!"

𝘋𝘰𝘳!

Lagi dan lagi Marvin mengelak sampai keduanya mulai berkelahi adu fisik dan senjat4. Revan langsung menarik Liana menjauh dari mereka, Revan membawa Liana ke sebuah ruangan.

"Tetap berada di sini, kunci pintu dari dalam dan aku juga akan mengunci pintu dari luar!" saat Revan hendak pergi Liana menahan tangan Revan, pria itu menoleh.

"Apa tidak sebaiknya kita pergi saja? Tidak apa kita kalah, yang penting kita semua selamat!"

Revan mengusap kepala Liana serta pipi, "Semua akan baik-baik saja, percaya pada ku," Revan mengecvp kening Liana.

"Tapi–"

"Setelah ku tutup, kunci pintu dan carilah tempat sembunyi di ruangan ini. Aku harus membantu Vano!"

Revan menutup pintu dan menguncinya dari luar

"Revan! Revan buka pintunya! Kau tidak mengerti! Revan!" menggedor pintu.

Tetapi sepertinya Revan sudah pergi.

Apakah kali ini ia bisa mengubah kehidupan ini? Tapi apa yang berubah? Pada kehidupan sebelumnya, Marvin juga memasuki kamarnya dan kali ini juga begitu.

Marvin memang mengincarnya, kalau menghindar dengan cara bersembunyi apa mungkin?

Ini salahnya karena tidak memberitahu mereka yang sebenarnya.

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!