NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Sang Pewaris

Ibu Pengganti Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Dark Romance
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗


Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.

Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Seminggu telah berlalu. Semuanya berjalan baik-baik saja, tanpa hal baru yang berarti.

“Aku sudah membelikan perlengkapan sekolahmu. Laptop, printer, buku catatan, dan banyak lagi,” ujar Trevor.

Cherry menoleh ke meja di ruang tamu. Banyak sekali kantong belanja berjejer rapi di sana.

“Seharusnya aku saja yang beli. Kau jadi repot-repot lagi,” katanya pelan.

“Siapkan dirimu untuk besok. Karena besok adalah hari pertamamu kuliah,” ucap Trevor tenang.

Mata Cherry langsung membelalak. “Besok langsung?”

“Kau sudah terlambat seminggu dari pendaftaran. Jadi bersiaplah untuk ketinggalan beberapa materi,” jawab Trevor.

Cherry tersenyum penuh semangat. “Tidak apa-apa, aku akan mengejarnya.”

“Besok aku yang akan mengantarmu,” tambah Trevor.

Saking senangnya, Cherry hampir saja memeluknya. Untung ia cepat sadar dan mengurungkan niat. “Maaf, hampir saja aku memelukmu lagi. Aku hanya terlalu senang. Maaf kalau jadi terlalu… touchy. Terima kasih banyak,” ucap Cherry sambil beranjak ke meja, merapikan kantong-kantong belanja itu.

***

Hari pertama Cherry kembali ke bangku kuliah. Sejak pagi ia benar-benar mempersiapkan diri. Saat sarapan bersama, ia merasa Trevor terus meliriknya. Bukan perasaan ge-er, tapi tatapan itu nyata.

Tiba-tiba, ia memergoki Trevor menatapnya sambil mengangkat alis. Cherry terdiam. Kenapa?

“Ada apa?” tanyanya hati-hati.

“Apa kau memakai makeup?” tanya Trevor.

“Tidak. Aku memang tidak suka makeup, jadi aku tidak pernah repot beli. Lagipula aku juga tidak bisa menggunakannya. Kenapa? Apa aku terlihat kusam?”

Trevor menggeleng.

“Aku yang akan mengantarmu ke kampus setiap pagi. Karena aku juga berangkat kerja, aku bisa sekalian mengantarmu sebelum ke kantor,” jelas Trevor.

“Apa itu tidak merepotkanmu?” tanya Cherry ragu.

Trevor kembali menggeleng. “Kelasmu selesai jam 3 sore. Jadi aku akan menjemputmu tepat jam 3 hari ini.”

“Bukankah biasanya kau pulang jam 5 sore?”

“Aku berencana pulang lebih awal. Tapi ini tidak akan selalu terjadi. Kalau aku sibuk, aku akan minta salah satu sopir untuk menjemputmu,” terang Trevor.

“Aku punya ponsel,” ujar Cherry.

“Tepat sekali. Gunakan ponselmu untuk memberi kabar setiap kali kau sampai kampus dan saat sudah pulang,” ucap Trevor tegas.

Cherry membatin. Sepertinya arahku hanya rumah, kampus, rumah. Tapi tidak apa-apa. Aku memang bukan tipe yang suka hang out. Dulu juga begitu, rumah, sekolah, rumah.

Mungkin Trevor ingin mengatur semuanya agar ia tidak perlu repot dengan ongkos atau menunggu transportasi umum.

***

Kini Cherry duduk di kursi penumpang depan mobil Trevor. Mereka berdampingan. Ia memaksa dirinya diam, menahan kecanggungan di antara mereka.

Dan… wah! Kampusnya begitu indah. Gedung-gedung besar dengan area parkir luas. Rasanya seperti mimpi bisa masuk kampus sebesar ini. Pasti kampus ini terkenal.

Mobil berhenti. Cherry menoleh. “Terima kasih sudah mengantar.”

“Pakai ini,” kata Trevor, menyerahkan kartu kredit hitam.

Mata Cherry terbelalak. Itu Black Card. Kartu kredit paling eksklusif di dunia.

“T-Tidak usah…” Cherry buru-buru menolak.

“Jangan keras kepala. Apa yang akan kau makan saat siang nanti? Harga dirimu?” ucap Trevor sarkastik.

“Aku terbiasa tidak makan siang. Lagipula aku sudah cukup makan banyak pagi tadi,” sahut Cherry.

Trevor menyipitkan mata. “Simpan itu.”

“Tidak, sungguh tidak usah. Untukmu saja,” Cherry mendorong tangan Trevor pelan, mengembalikan kartu itu.

Baru sadar ia menyentuhnya, Cherry langsung menarik tangannya, menepuk kening sendiri. Ya Tuhan, kenapa aku menyentuhnya lagi? Bodoh!

“Aku peringatkan, simpan atau--"

Atau apa? Aku tidak bisa pulang ke anakku?

Cherry segera meraih kartu itu dan memasukkannya ke dalam tas. “Aku pergi dulu, nanti terlambat.”

“Gunakan itu untuk makan siang. Pastikan kirim pesan kalau kau sudah makan,” perintah Trevor.

Cherry mengangguk, turun dari mobil, dan melangkah masuk ke kampus.

Seharusnya kartu kredit biasa saja, bukan yang ini. Pasti ini akan menarik perhatian. Tapi aku tidak bisa menolaknya. Kalau aku membuatnya marah sedikit saja, dia bisa saja tidak mengizinkanku pulang ke Arnold.

Lagipula, aku harus menuruti dia. Karena dialah aku bisa menepati janjiku pada Ayah, menyelesaikan kuliah dan meraih mimpiku jadi pengacara. Ucapan terima kasih tidak akan cukup. Setidaknya dengan cara ini aku bisa menunjukkan betapa besar hutang budiku padanya.

***

Cherry berhenti di depan pintu bertuliskan Ruang 112

Ini dia, kelasku.

Ia masuk. Ruangan ber-AC, nyaman, dan tenang. Tapi suasana hening itu bukan karena kelasnya tertib, melainkan karena semua orang menoleh padanya.

“Hai, aku mahasiswa baru,” sapa Cherry canggung.

“Wah, cantik banget,” bisik beberapa mahasiswa.

Cherry hanya tersenyum tipis.

“Oh, kau pasti Nona Castro?” suara seorang dosen wanita terdengar.

“Iya, Bu.”

“Tuan Trevor bilang kau masuk hari ini. Tidak kusangka kau secantik ini, Nak.”

“Terima kasih, Bu.”

“Tolong perkenalkan dirimu di depan kelas,” pinta sang dosen.

Cherry mengangguk. “Halo semuanya, aku Cherry Gabriella, 20 tahun. Aku suka membaca dan memasak.”

“20? Lebih tua setahun dari kita,” bisik beberapa orang.

“Aku sempat berhenti kuliah setahun, makanya lebih tua setahun dari kalian,” jelas Cherry.

“Kenapa berhenti?” tanya salah satu teman.

“Aku hamil… dan baru melahirkan bulan lalu,” jawabnya jujur.

Semua tercengang.

“Serius? Kok wajahmu masih terlihat muda sekali, bahkan tidak seperti habis melahirkan,” komentar seseorang.

“Benarkah? Jadi kau seorang ibu? Apa kau single parent?” tanya teman lain.

“Bukan,” jawab Cherry.

“Jadi kau sudah menikah?”

“Belum. Menikah belum ada dalam rencanaku,” jawab Cherry pelan.

“No offense ya, tapi kau bukan tipe perempuan yang… hamil di luar nikah kan?” tanya seorang mahasiswi.

“Bianca, itu keterlaluan,” tegur dosen.

“Tidak apa-apa, Bu. Kehamilanku bukan kecelakaan,” balas Cherry tenang.

“Boleh kami lihat foto anakmu?” tanya beberapa teman dengan antusias.

Cherry mengangguk, membuka ponselnya. “Ini, anakku. Namanya Arnold Spencer.”

“Lucunya!” seru mereka kagum.

Cherry tersenyum. “Ya, banyak yang bilang begitu.”

“Baiklah, cukup. Kau bisa mencari tempat duduk sekarang, Cherry” ucap sang dosen.

Cherry mengangguk, mencari kursi kosong.

“Omong-omong, aku salah satu dosenmu. Semoga kita bisa akrab,” tambah dosen itu ramah.

Cherry tersenyum sopan.

**

“Hai,” sapa seseorang begitu Cherry duduk.

“Halo.”

“Cantik sekali kamu. Pasti susah ya punya teman, karena semua cowok pasti hanya sibuk memperhatikanmu,” celetuk gadis itu.

“Huh?” Cherry bingung.

“Ah, tidak apa-apa. Aku Erika.” Gadis itu mengulurkan tangan.

“Cherry,” jawabnya sambil menjabat tangan.

“Namamu polos, seperti wajahmu. Ngomong-ngomong, siapa nama anakmu?” tanya Erika.

“Arnold,” jawab Cherry tersenyum.

“Arnoldsaja?”

“Itu yang terpikir sebagai nama terbaik untuknya,” jelas Cherry.

“Oh, bukan begitu. Namanya bagus kok. Maksudku, nama lengkapnya, dengan nama keluarga.”

“Arnold… Spencer,” ucap Cherry pelan.

“Spencer? Kukira kau belum menikah?”

“Ayahnya ingin anakku memakai nama keluarganya,” jawab Cherry jujur.

“Oh begitu. Nama keluarga orang kaya sekali itu. Kau pasti juga kaya. Setahuku, keluarga Spencer pemilik salah satu perusahaan terkaya di dunia,” kata Erika kagum.

“Bukan,” sangkal Cherry cepat.

“Jangan menyangkal. Semua yang kuliah di sini juga orang berada. Duh, kalau dipikir-pikir kampus ini memang seperti hotel bintang lima,” gumam Erika sambil terkekeh.

1
Lauren Florin Lesusien
thur buat ini si cerry badas dikit trs peka dan ditak naik bin oon umur udh 24 trs udh punya anak udh tinggal bareng ama bapak dari anaknya trs tinggal diindonesia masak ga ngerti terlalu naif thur dari awal baca sampai ini episode hubungan nya dngan bapak anaknya ga ada kemajuan 🤬🤬
Mia Camelia
lanjut thor🥰
Anonymous
/Shame//Joyful//Shame//Joyful/
Anonymous
/Joyful//Shame//Toasted/
Anonymous
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Anonymous
🩷🩷🩷
Anonymous
oke
Anjani
/Casual//Casual/
halizerena
/Drool//Drool//Drool/
indhpermatas
/Facepalm//Facepalm/
Ayu Lestari
/Smirk//Smirk//Smirk/
azaliannya
/Smile//Smile//Smile//Smile/
DindaStory
oke sih
RaniBaca
ok
Miu Miu 🍄🐰
lanjut kak ♥️
Anonymous
lanjut 😍
Lina ayuu
oke
Silvi
👍👍👍👍
Sania Anugrah
oke
dayana
yey berhasil kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!