NovelToon NovelToon
Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Bercerai Setelah Lima Tahun Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nagita Putri

Nathan memilih untuk menceraikan Elara, istrinya karena menyadari saat malam pertama mereka Elara tidak lagi suci.

Perempuan yang sangat ia cintai itu ternyata tidak menjaga kehormatannya, dan berakhir membuat Nathan menceraikan perempuan cantik itu. Namun bagi Elara ia tidak pernah tidur dengan siapapun, sampai akhirnya sebuah fakta terungkap.

Elara lupa dengan kejadian masa lalu yang membuatnya ditiduri oleh seorang pria, pertemuan itu terjadi ketika Elara sudah resmi bercerai dari Nathan. Pria terkenal kejam namun tampan itu mulai mengejar Elara dan terus menginginkan Elara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nagita Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

****

Pagi itu.

Nathan duduk dengan kemeja setengah terbuka, wajahnya lelah, dan matanya sembab akibat terlalu kurang tidur.

Ia hanya menatap kosong pada cangkir kopinya yang sudah dingin. Di sisi lain meja, David, Daddy dari Nathan memandang putranya dengan tatapan tajam.

“Kau bahkan tidak berangkat ke kantor hari ini, Nathan?” tanya David.

Nada suaranya penuh penekanan.

Nathan mengangkat kepalanya perlahan, suaranya terdengar serak.

“Aku akan berangkat nanti, Dad.” jawab Nathan.

“Nanti? Sudah jam begini, dan kau masih duduk di sini seperti orang kehilangan arah! Apa kau pikir perusahaan bisa menunggu? Bagaimana dengan pertemuan?” tanya David yang tahu kalau Nathan suka mengabaikan urusan kantor.

Maria yang duduk di antara mereka menatap suaminya khawatir.

“David, tolong jangan mulai pagi ini dengan berdebat. Nathan sedang...”

David memotong.

“Tidak, Maria. Aku sudah diam terlalu lama. Aku sudah melihat sendiri bagaimana dia berubah jadi seperti ini sejak Elara pergi!” marah David.

Nama itu membuat Nathan membeku. Matanya perlahan menatap wajah David, dan untuk pertama kalinya pagi itu, keduanya seperti ingin berdebat.

“Aku tidak berubah, Dad. Aku hanya, butuh waktu.” balas Nathan.

“Butuh waktu?!” balas David semakin kesal.

Suara David langsung meninggi.

“Kau sudah menghancurkan pernikahanmu sendiri! Kau yang memutuskan bercerai, dan sekarang kau bertingkah seperti korban! Sudah cukup, Nathan. Daddy lelah melihatmu tenggelam dalam penyesalan yang paling bodoh!” ucap David.

Nathan berdiri, napasnya mulai berat.

“Apa Daddy pikir mudah melupakannya? Apa Daddy pikir aku tidak mencoba?” balas Nathan ikut kesal.

“Kau tidak mencoba! Kau hanya menyesali hal yang kau buat sendiri. Itu bedanya!” balas David begitu geram.

Maria bangkit, menatap dua pria itu cemas.

“David, tolong...”

David menatap istrinya dengan tajam.

“Tidak, Maria! Kali ini dia harus mendengar semuanya. Nathan, lihat dirimu sekarang! Kau kehilangan fokus, kau membuat keputusan bisnis yang salah, kau bahkan tak bisa memimpin rapat penting kemarin! Semua hanya karena satu perempuan!” lagi David berucap penuh emosi.

Nathan mengepalkan tangannya.

“Jangan bicara tentang dia seperti itu, Dad!” ucap Nathan ikut meninggi.

“Kau masih berani membelanya setelah kau memilih untuk bercerai dengannya, huhh?” tanya David.

Suasana menjadi senyap sejenak. Nathan menunduk, rahangnya menegang.

“Aku salah, Dad, Aku sadar aku salah.” ucap Nathan.

David menatapnya tak percaya.

“Kau sadar? Lalu apa gunanya sekarang, hah? Dia sudah pergi! Dia bukan milikmu lagi!” ucap David.

“Aku tidak peduli!” tegas Nathan menjawab.

Ucapan itu menggema di seluruh ruangan.

“Aku tidak peduli kalau dia sudah pergi. Aku masih mencintainya!” lanjut Nathan frustasi.

David menghempas tangannya ke meja, membuat gelas bergetar keras.

“Cukup, Nathan! Kau sudah kehilangan segalanya karena kelemahanmu sendiri! Daddy tidak akan membiarkan kau kehilangan perusahaan juga!” balas David tak kalah tegas karena Nathan adalah satu-satunya penerus perusahaan di keluarga Alfred.

“Daddy bisa ambil semua yang aku punya, tapi jangan minta aku pura-pura tidak peduli pada Elara apalagi untuk melupakannya!” ucap Nathan membalas.

David memandangnya dengan amarah yang meluap, dan sebelum Maria sempat menengahi, tamparan keras mendarat di pipi Nathan. Suaranya menggema di ruang makan yang hening.

Maria terkejut.

“David!” Maria panik, memegang tangan suaminya agar tidak melayang lagi.

Nathan terpaku beberapa detik, pipinya memerah, matanya memanas, bukan hanya karena sakit fisik, tapi karena rasa kecewa dan marah yang menumpuk.

“Kau memalukan, Nathan. Aku tidak membesarkan anak untuk jadi pria seperti ini! Kau keras kepala, egois, dan tidak tahu kapan harus berhenti! Elara sudah pergi, dan itu salahmu sendiri!” kesal David bersama emosinya yang membuncah itu.

Terdengar suara Nathan bergetar.

“Aku tahu aku salah, tapi aku tidak bisa berhenti mencintainya, Dad. Aku tidak bisa.” ucap Nathan.

David menarik napas berat, menahan diri untuk tidak meledak lagi.

“Kalau begitu, jangan heran kalau kau kehilangan segalanya. Kau akan kehilangan bukan hanya dia, tapi juga dirimu sendiri.” ucap David berharap putranya itu bisa mengerti dengan apa yang ia katakan.

Nathan tersenyum getir, menatap David dengan tatapan kosong.

“Mungkin aku sudah kehilangan diriku sejak dia pergi, sekarang aku menyadari rasa cintaku padanya Dad.” ucap Nathan.

Maria akhirnya memeluk Nathan, suaranya lirih tapi tegas.

“Nathan, tolong, jangan buat semuanya semakin sulit. Kami hanya ingin kau bisa hidup lagi. Bukan terjebak dalam masa lalu.” ucap Maria merasa kasihan dengan putranya itu.

Nathan melepaskan pelukan itu perlahan, menatap Maria dengan lembut.

“Maaf, Mom, tapi aku harus pergi.” ucap Nathan seolah tidak peduli dengan pendapat orang tuanya tentangnya.

“Pergi ke mana?” tanya Maria.

“Aku tidak tahu. Tapi aku tidak bisa tinggal di sini, mendengar kalian menyuruhku melupakan seseorang yang bahkan masih hidup di pikiranku setiap saat.” balas Nathan.

David hanya menatap putranya dengan rahang mengeras. Ia tidak berusaha menahan langkah Nathan yang memilih untuk pergi itu.

Nathan mengambil jasnya yang tergantung di kursi, lalu melangkah menuju pintu.

Sesaat sebelum keluar, ia berbalik.

“Aku mencintainya, Dad. Dan aku akan melakukan apa pun agar dia tahu itu. Sekalipun kau tak setuju.” ucap Nathan keras kepala.

David memalingkan wajah.

“Kau benar-benar keras kepala, memuakkan sekali Nathan.” balas David.

Nathan tersenyum kecut.

“Aku putramu, kan? Keras kepala ini aku dapatkan darimu.” ucap Nathan.

Nathan pun melangkah keluar, membiarkan pintu tertutup keras di belakangnya.

Maria menghela napas berat, lalu menatap suaminya yang masih berdiri tegak dengan tangan mengepal.

“David, mungkin kau terlalu keras padanya.” ucap Maria.

“Tidak, Maria. Dia butuh kerasnya kenyataan. Karena kalau tidak, obsesi itu akan menghancurkan dia lebih dalam lagi.” balas David.

Maria menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup.

“Tapi jika obsesi itu berubah jadi cinta yang tak bisa padam, apa dia bisa melepaskannya begitu saja?” tanya Maria.

David tidak menjawab. Ia hanya diam, tapi di dalam dadanya, ada rasa khawatir yang tak bisa ia ungkapkan, karena meski ia tampak tegas, ia tahu, Nathan tidak akan berhenti sebelum mendapatkan Elara lagi.

'Tentu sekarang Nathan terobsesi karena cinta yang tak ia sadari terhadap Elara.' ucap David membatin.

****

Di sisi lain.

Tepat saat Elara baru saja datang dengan sebuah taksi ke perusahaan ia bekerja, terlihat Lucas berlari dari sebuah mobil hitam lalu berteriak keras.

"MOMMY!" Ucap anak itu.

Elara menoleh, rasa hangat itu muncul lagi. Ada perasaan sesak dan hangat di waktu yang sama, ia menatap langkah lari milik Lucas hingga berakhir memeluknya.

Disusul dengan Marvin yang keluar dari mobil.

'Rasanya mereka dekat sekali denganku, tapi kenapa tak ada bayangan apapun? Siapa mereka untukku.' ucap Elara membatin seraya mendapatkan pelukan dari Lucas.

"Mommy, aku merindukanmu." ucap Lucas semakin memeluk Elara dengan erat.

Tiba-tiba saja air mata Elara menetes perlahan, Marvin melihat hal itu dan ia semakin melangkah cepat untuk berdiri di depan Elara.

"Elara, ada apa?" tanya Marvin.

Elara tampak segera menghapus jejak air matanya.

'Apa aku baru saja menangis?' Elara bertanya dalam hatinya, kepalanya menunduk menyaksikan mata indah Lucas yang mendongak menatap wajah Elara.

Bersambung...

1
Rasmi Linda
kau bodoh dia naksir kau
Jumiah
jangan kawatir lara kmu akan mendapatkan yg lebih baik dri sebelum x..
Tzuyu Twice: setuju
total 1 replies
Siti Hawa
aku mmpir thoor... dari awal aku baca, aku tertarik dengan ceritanya... semangat berkarya thoor👍💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!