Casanova Of Devil

Bagaimana Yofan tidak kaget? Dia melihat isi kardus itu dipenuhi uang seratus ribuan. Yofan segera kembali menutup kardus agar tak ada yang melihat. Lalu membawanya keluar dari bus.

Yofan duduk menunggu Jamal di tempat aman sendirian. Saat Jamal datang dia memilih tidak langsung memberitahu lelaki itu. Yofan hanya mengajak Jamal untuk menaiki taksi.

"Naik taksi nggak mahal, Fan? Sisa uangmu pasti berkurang. Mending di irit-irit," saran Jamal.

"Udah nggak apa-apa. Lagian aku capek. Mau cepat-cepat istirahat di tempat nyaman," tolak Yofan.

Jamal lantas setuju. Dia dan Yofan menaiki taksi. Yofan meminta sopir taksi untuk membawanya dan Jamal ke hotel terbaik di kota.

"Hotel? Kau yakin, Fan?" Jamal kembali cemas.

"Udah! Santai aja," sahut Yofan.

Jamal kembali bungkam. Sampai akhirnya dia dan Yofan tiba di sebuah hotel bintang lima. Tanpa pikir panjang, Yofan mengajak Jamal untuk masuk.

"Kau kenapa bawa kardus itu kayak keberatan sih? Kan nggak ada isinya," tegur Jamal saat melihat Yofan membawa kardus agak kesulitan.

Yofan tersenyum dan hanya berjalan menuju resepsionis. Dia segera memesan kamar. Niatnya Yofan akan memberitahu Jamal saat sudah di kamar nanti.

Usai mendapat kunci kamar, Yofan dan Jamal pergi ke kamar. Kebetulan Yofan memesan kamar terbaik saat itu.

Ketika memasuki kamar hotel, Yofan dan Jamal sama-sama berdecak kagum melihat kemewahannya.

"Kau yakin kita akan menginap di sini? Kenapa kau santai banget, Fan? Emang kau sanggup bayar?" Jamal kembali dibuat khawatir.

"Ya santai lah. Lihat ini!" Yofan meletakkan kardus ke lantai dan membuka penutupnya. Saat itulah Jamal bisa melihat uang yang memenuhi kardus.

"Gila! Ini uang beneran, Fan?" Jamal mengambil satu lembar uang dari kardus. Seberapa keras dia menyangkal, menurutnya itu memang uang asli.

"Iya. Kita bisa pakai uang itu buat sewa rumah dan bikin usaha," jawab Yofan.

"Jadi ini hasil dari ritual yang kau lakukan. Ternyata nggak sia-sia ya," komentar Jamal.

"Sekarang kita istirahat, besok kita akan bersenang-senang," imbuh Yofan.

...***...

Yofan menggunakan uangnya untuk membeli pakaian baru untuknya dan Jamal, dan yang paling utama adalah mencari tempat tinggal. Ia memilih hunian sebuah apartemen untuk tempatnya dan Jamal tinggal.

Yofan juga menggunakan uang itu untuk memperbaiki penampilannya. Dia dan Jamal baru keluar dari salon.

"Gila, ternyata kau juga bisa ganteng ya, Mal..." puji Yofan sambil merangkul pundak Jamal.

"Iya dong. Tapi aku masih kalah sama kau. Aku yakin bentar lagi ciwai-ciwai berdatangan untuk godain kamu. Apalagi kalau kau sudah kaya nanti," kata Jamal.

"Bagus dong. Apalagi kalau ciwainya perawan kan? Aku nggak perlu capek-capek cari sendiri," balas Yofan.

Ekspresi Jamal yang tadinya sumringah, seketika berubah jadi tegang. Dia masih belum tahu apa yang akan dilakukan Yofan kepada gadis perawan nanti.

"Kira-kira Mbah Jenggot mau apa ya sama gadis perawan. Apa dia akan menggunakanmu untuk bercinta dengan mereka?" Jamal mencoba menduga.

"Sudah. Jangan dipikirkan. Kita nikmati saja dulu semuanya. Ayo kita ke tukang emas. Aku mau buat kalung," ajak Yofan.

"Kalung?"

"Iya. Aku akan jadikan batu ruby yang diberikan Mbah Karso padaku jadi kalung. Biar bisa aku bawa kemana-mana tanpa harus lupa."

Jamal mengangguk. Dia dan Yofan mendatangi toko emas terdekat. Mereka meminta pembuatan langsung jadi. Yofan memilih emas putih untuk jadi bahan kalungnya. Kalung itu kini dia pakai di lehernya.

"Aku nggak tahu kenapa, Fan. Tapi kau kelihatan lebih bersinar pas pakai kalung itu," ungkap Jamal. Dia dan Yofan melangkah keluar dari toko emas.

Entah kenapa saat berjalan di tengah keramaian, Yofan merasa diperhatikan. Terutama oleh para kaum hawa. Beberapa cewek bahkan ada yang terlihat tersenyum kepadanya.

"Kayaknya pesugihan itu nggak cuman bikin kamu kaya deh, Fan. Tapi juga bikin wanita tergila-gila," bisik Jamal yang juga bisa melihat perubahan dari Yofan.