NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan deras membasahi batu kerikil dan kayu bantalan rel kereta, sesekali kilatan petir merambat di gelapnya awan.

Senja yang biasanya tampak indah dengan matahari jingganya tergantikan oleh pekatnya awan hitam.

Eris berdiri ditengah rel kereta tanpa mantel hujan, tanpa payung, seluruh pakaiannya basah kuyup sedikit menggigil menahan dingin.

Di Hadapannya berdiri seorang gadis memakai gaun kasual berwarna coklat.

Pakaiannya basah, rambutnya basah, dan dari sorot matanya seperti menyimpan kesedihan yang mendalam, seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini.

Wajahnya tertunduk lesu, matanya sembab samar terlihat air mata mengalir di pipi bercampur dengan air hujan yang membasahinya.

“Eris, apapun yang terjadi aku tidak ingin kehilangan kamu” ucap Fatia

Bagaimana kisah lengkapnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pagi Di Rel Kereta

Pagi itu suasana masih gelap, matahari belum menampakan diri. Udara pagi begitu dingin tapi tidak menyurutkan niat Eris untuk menemui Fatia di rel kereta seperti yang sudah dijanjikan semalam.

Dengan memakai jaket hoodie berwarna hitam dipadu celana jeans berwarna biru tua, Eris sudah berdiri ditengah rel kereta dengan seikat bunga di tangan

Berdiri ditengah rel kereta yang masih gelap dan sunyi, matanya menyisir sekeliling berharap segera menjumpai pujaan hati.

Sesekali kaki kanan diayunkan ke depan untuk sekedar menendang batu kerikil yang banyak berserakan.

Tidak berapa lama Eris mendengar suara langkah kaki, seakan sedang berlari ke arahnya.

Matanya menatap ke arah sumber suara tersebut. Didapatinya sebuah bayangan sosok wanita sedang berlari dari kejauhan, menggunakan topi.

Dengan perasaan dag-dig-dug di dada Eris menghadap ke arah datangnya bayangan tersebut.

Memasang senyum dibibir seakan siap menyambut kedatangan nya

Betapa terkejutnya Eris saat bayangan itu semakin dekat, dan terlihat lebih jelas

“Sepertinya itu bukan Fatia” ucap Eris dalam hati

Dalam keterkejutannya Eris mencoba bersikap tenang, mengatur posisi badan dan menyembunyikan bunga yang dipegang ke belakang badan.

“Dewa, Fatia pasti memaafkan mu” ucap sosok wanita tersebut saat mereka saling bertemu kemudian wanita tersebut meneruskan berlari dan semakin menjauh. Meninggalkan Eris dengan perasaan bingung

Masih berdiri mematung dengan kebingungan Eris kembali dikejutkan dengan suara dari arah belakang

“Kak Dewa, Fatia pasti memaafkan mu”  ucap seorang gadis dari arah belakang.

Mendengar sapaan itu Eris membalikan badan, didapatinya sudah berdiri sepasang remaja lengkap menggunakan pakaian olah raga.

“Sejak kapan mereka disitu, bahkan aku tidak menyadari kedatangan mereka” ucap Eris dalam hati

Suasana sudah agak terang, di langit timur warna merah samar-samar sudah terlihat.

Tanpa Eris sadari juga suasana sudah berubah, pagi yang semula sunyi kini menjadi sedikit ramai.

Terlihat beberapa orang di kejauhan, ada yang berpasang-pasangan ada juga yang tengah berlari-lari.

Dalam hati Eris bergumam, “apakah minggu pagi selalu ramai seperti ini, jika tahu seperti ini tentunya aku akan berpikir dua kali untuk membuat janji bertemu disini”

Masih dalam suasana kebingungan, Eris menatap kearah depan dilihatnya satu persatu orang disana dengan kegiatanya. Sehingga tidak menyadari Fatia sudah berdiri di belakangnya.

“Apakah bunga ini untukku?” Ucap Fatia

merasa lebih kaget dari sebelumnya dengan cepat Eris membalikan badan.

Didapatinya Fatia sudah berdiri di belakangnya, terlihat begitu menawan menggunakan jaket hoodie berwarna hitam dipadu celana jeans warna biru tua.

Rambutnya yang panjang di kuncir kebelakang, menampakan seluruh bagian wajahnya yang rupawan.

“Iya, ini bunga buat kamu” Eris menjawab dengan sedikit gugup

Dengan senyum lebar di bibirnya Fatia menerima seikat bunga tersebut, kemudian menciumnya

“Bunga ini harum” ucapnya dengan wajah berseri.

Detik berikutnya Fatia merentangkan kedua tangannya seolah ingin menyambut sebuah pelukan.

Mendapati pujaan hati melakukan itu Eris tidak berpikir dua kali, tanpa memperhatikan sekeliling, tidak lagi berpikir sedang berada dimana.

Tangannya direntangkan, kaki kanan melangkah ke depan menyambut sebuah pelukan. 

Belum sedetik pelukan itu terjadi, suara riuh tepuk tangan dan bersorak..

Prok-prok-prok-prok…

“Kak Dewa selamat ya Fatia memaafkan mu” sebuah teriakan dari kerumunan

Eris dan Fatia sama-sama kaget, mereka menatap sekeliling dan didapati sudah banyak mata yang mengarah ke mereka.

Eris merespon dengan sebuah tawa, kemudian kembali memeluk Fatia dan mengangkat badanya sambil berputar.

Suara riuh dan tepuk tangan kembali terjadi

“Terima kasih untuk doa kalian semua” teriak Eris

Fatia tidak bisa menahan perasaan di hatinya, perasaan bahagia, bercampur haru dan sedikit rasa malu.

Pipinya memerah dengan mata berkaca-kaca, bibirnya terus tersenyum seolah dia tidak bisa menghentikannya.

Setelah suasana kembali normal, orang disekitar sudah kembali menjalani aktivitasnya masing-masing

“Aku yakin kamu pasti datang, aku yakin malaikat bersayap emas itu akan memberitahumu bahwa aku menunggu disini” ucap Eris

“Iya, ternyata yang bersayap emas itu bukan malaikat tetapi Dewa” jawab Fatia sambil tersenyum

Eris menanggapi itu dengan sebuah senyuman.

“Waktu itu kamu ingin jalan kesana, hari ini aku akan mengantarmu kesana” ucap Eris

Fatia hanya mengangguk kemudian mulai melangkah kaki ke arah yang ditunjukan.

Mereka berdua berjalan bergandeng tangan, sesekali Fatia melepaskan genggaman tangan untuk berganti memegang lengan Eris dan menyandarkan kepalanya di sana sambil mencium seikat bunga pemberian Eris

“Semalam kamu mendengarkan radio?” Tanya Eris

“Iya, Dewa itu menuntun mataku ke arah sebuah radio yang tergantung di kamarku. Padahal sebelumnya aku tidak menyadari ada radio disitu” ucap Fatia

“Benarkah?” Tanya Eris

“Iya, aku sendiri juga tidak mengerti” ucap Fatia

“Terkadang memang sulit untuk dijelaskan dengan logika, tapi begitulah jika itu sudah menjadi rencana - Nya. Apapun bisa terjadi” jawab Eris

“Hai kak Dewa, kak Fatia” ucap dua cewek yang melintas dan berpapasan

“Hai” jawab Eris

“Ternyata kak Dewa sangat tampan dan masih muda aku pikir sudah bapak-bapak. Yee.. buang jauh-jauh pikiran kamu buat deketin kakak Dewa, ngaca tuh ngaca, jika dibandingin sama kak Fatia kamu gak ada apa-apanya” terdengar sayup-sayup dari arah belakang saat kedua cewek tersebut sudah melintas

Eris dan Fatia memasang ekspresi yang sama dengan mengerutkan dahi kemudian sama-sama tersenyum

“Ternyata kita sudah jadi orang terkenal” ucap Eris

“E'em, ternyata selain aku banyak juga yang mendengarkan siaran kamu semalam” ucap Fatia

Langkah demi langkah di atas rel kereta semakin menjauh dari titik semula, pemandangan yang terjadi seakan tidak berbeda, jalur kereta sepanjang mata memandang seakan tidak ada ujungnya.

“Kita sudah berjalan cukup jauh, aku khawatir nanti tidak tersisa tenaga buat kembali “ ucap Eris

“E'em kalau lurus terus kemana” ucap Fatia kemudian duduk diatas besi rel kereta

“Dengan berjalan kaki seperti ini mungkin sekitar dua jam kita akan sampai di kantor” jawab Eris

“Cukup jauh juga kalau berjalan kaki” ucap Fatia

“Kita istirahat sebentar disini, kakiku sudah mulai pegal” ucap Eris kemudian duduk berhadapan dengan Fatia

“Bunga ini cantik” ucap Fatia sambil memegang seikat bunga dengan kedua tangan 

“Iya,  tapi menurutku lebih cantik yang megang” jawab Eris menggoda

“Gombal” ucap Fatia

Eris yang sedang duduk berhadapan matanya menatap tajam kearah wajah kekasih hatinya tersebut.

Tangannya mencoba ikut memegangi tangkai bunga yang sebenarnya sudah dibungkus menggunakan seperti kertas atau kain dan diikat pita.

Tanpa sengaja, jari telunjuk Eris tertusuk duri.

“Aww.. “ teriak Eris

Detik berikutnya setitik darah terlihat dari ujung jari telunjuk Eris. Terlihat sangat khawatir Fatia mencoba memegang jari telunjuk Eris.

Dan entah atas dorongan apa detik berikutnya mulut Fatia sudah berada di jari telunjuk tersebut, seperti sedang mengecup atau menyedotnya.

“Fatia apa yang kamu lakukan” tanya Eris

Mendapat pertanyaan seperti itu Fatia tetap melakukanya, tangan kanan nya merogoh-rogoh saku seolah sedang mencari sesuatu.

Dan akhirnya mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna putih dari dalam saku jaketnya.

“Apakah sakit” tanya Fatia sembari menutup jari telunjuk Eris dengan saputangan

“Gak terlalu, luka kecil saja kamu sudah khawatir seperti itu” jawab Eris walaupun sebenarnya hatinya merasa sangat bahagia atas apa yang dilakukan Fatia

“Kok bisa masih ada duri, bukanya biasanya sudah dibersihkan” tanya Fatia

“Mungkin terlewat “ jawab Eris

“Beneran gak sakit” tanya Fatia sambil membuka saputangan yang menutupi jari telunjuk Eris

Melihat sapu tangan berwarna putih tersebut sudah terdapat beberapa bercak darah, tiba-tiba Eris terpikir sesuatu dan entah dari mana pikiran tersebut datang.

“Beneran gak apa-apa, cuman luka segini doang” ucap Eris

Kemudian menarik jari telunjuk dari pegangan Fatia

“Coba rentangkan sapu tanganya” ucap Eris

Fatia yang tidak mengetahui apa yang akan Eris lakukan hanya bisa menurutinya. Kemudian sapu tangan tersebut direntangkan dengan kedua tangan didepan dada.

Detik berikutnya Eris memencet-mencet jari telunjuknya agar darah menetes sedikit lebih banyak, kemudian mengarahkan jari telunjuk tersebut ke arah saputangan seolah sedang menulis sesuatu

Setelah beberapa kali melakukannya, kini terlihat jelas di saputangan tersebut sebuah tulisan, huruf I kemudian tanda love kemudian huruf U

“I Love You”  

Fatia yang menyaksikan hal itu tidak mampu menahan rasa terharunya, matanya berkaca-kaca, mulutnya terdiam seolah tidak mampu berkata-kata

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!