Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Airin ingin bersiap pagi itu. Tapi ternyata, saat ia ingin membuka pintu kamar nya, pintu itu terkunci dari luar. Bukan itu saja. Ayah nya pun menutup jendela dari luar supaya Airin tak kabur.
Airin merasa heran. Ia selama ini tak pernah di perlakukan seperti itu. Apa yang sudah terjadi sehingga ia tak tahu apapun tentang kejadian hari itu.
"Ayah. Mengapa Ayah mengurungku?"
"Airin, selama kau belum menyadari apa kesalahan mu, maka kau tak boleh keluar dari rumah ini. Renungi lah dulu, apa kesalahan yang telah kau perbuat."
"Aku gak salah, Ayah. Meta yang mencuri milik ku. Apa Ayah buta sehingga tidak bisa melihat semua itu? Ayah pilih kasih."
"Sudah. Diamlah, Airin. Jika kamu sudah bertaubat, baru Ayah akan melepaskan mu."
"Tapi.."
Belum lagi Airin selesai bicara. ayahnya pun langsung pergi dari sana. ini Airin sudah tidak bisa lagi kemana-mana.
Tidak lama kemudian, ia mendengar suara orang berjalan di depan pintu kamarnya. Entah itu siapa, ia pun tak tahu.
"Kak Airin, bagaimana? Maka nya kakak itu jangan suka pelit sama adik sendiri."
"Apa ini semua karena kau, Meta?"
"Tentu saja. Ayah dan Ibu lebih menyayangi ku daripada kakak. Oh ya, kami juga tahu jika kakak akan bertunangan hari ini. Jadi, karena itu Ayah mengurung kakak. Kak, di antara kita cuma boleh ada satu gadis yang menikah ke keluarga itu. Jadi, kakak jangan egois dan harus mengalah."
"Meta, terima kasih. Aku juga sebenarnya tidak ingin menikah. Tapi, karena kamu sudah menolong ku, seperti nya aku tak perlu bersusah payah membatalkan nya."
"Apa? Maksud kakak, kakak itu..."
"Sudah lah. Tak perlu lagi banyak bicara. Terserah kalian mau melakukan apa. Aku mau tidur lagi."
Airin mencoba membuka ponsel nya. Tapi ternyata, jaringan internet di rumah nya sudah diputuskan.
Ia pun tak bisa menghubungi siapapun saat itu. Airin hanya bisa pasrah dan tidur kembali. Ia yakin jika nenek Lina pasti tahu apa yang terjadi dengan nya.
Di luar sana, terdengar suara beberapa mobil yang baru saja tiba. Airin mengintip dari celah jendela rumahnya.
Entah apa yang terjadi selanjutnya, tiba-tiba saja pintu kamar Airin sudah di dobrak oleh seseorang. Pintu itu langsung terlepas dan membuat Airin terkejut.
"Apa kamu baik-baik saja?" Ucap seorang Pria yang sangat dikenal Airin.
"Paman, aku baik-baik saja. Tapi, jantung ku hampir saja terlepas seperti pintu itu."
"Oh,,"
"Cuma oh? Tak ada kata lain?"
"Sudah lah jangan cerewet. Ayo kita pergi."
"Pergi ke mana? Aku belum berganti pakaian."
"Yang penting kamu sudah mandi."
Leo langsung menggendong Airin di atas pundak nya. Ia tak bisa membuat gadis itu membuang waktu nya.
Keluarga Airin hanya bisa melihat hal itu dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan. Seperti nya, Ayah dan juga Ibu tirinya terpaksa merelakan Airin di bawa dengan cara seperti itu.
"Turunkan aku!"
"Sudah, diamlah! Nanti akan aku turunkan jika sudah sampai di mobil. Ibu sudah menunggu, jadi kita tidak bisa membuang waktu."
"Tapi, Ayah dan Ibu ku bagaimana?"
"Bagaimana apa nya? Jika mereka tidak setuju, maka akan ku jual saja keluarga mu yang saat merepet itu."
"Jual? Bagaimana mungkin?"
"Kau ini berisik sekali. Apa mulut mu tidak bisa diam walau sedetik?"
Pandangan mata Leo menatap ke arah Airin sesaat setelah ia di turunkan. Airin sampai menunduk karena takut.
"Baiklah. Aku akan diam."
Airin pun langsung masuk ke dalam mobil keluarga Pratama. Mobil yang begitu mewah dan telah memiliki segala nya di dalam sana.
Ada seorang perias juga yang sedang menunggu untuk merias Airin. Supaya ketika tiba di tempat acara, Airin sudah siap nanti nya.
Sedangkan Leo, ia naik ke mobil lain yang ada di belakang mobil mewah tersebut. Mobil berjalan pelan dan membawa Airin.
Sedangkan Ayah dan Ibu tiri nya, hanya melongo melepas kepergian nya.
"Ayah, bagaimana bisa kak Airin di lepaskan begitu saja? Bagaimana dengan Meta? Jika kak Airin menikah dengan paman nya Banh Arman, otomatis Kak Airin akan menjadi bibi kami."
"Meta. Ayah tak bisa berbuat apa-apa. Bukan kah kamu mengatakan jika Leo seorang narapidana? Biarkan saja kalau begitu. Nanti juga Airin akan menyesal karena telah menikahi seorang narapidana."
"Tapi Ayah. Keluarga mereka kaya raya. Semua harta masih di pegang nenek nya Bang Arman. Bagaimana kalau kak Airin dan suami nya yang nanti akan...."
"Itu tidak mungkin, sayang. Sudah lah, Meta. Sekarang kamu fokus untuk mengambil hati calon mertua mu. Hanya dengan cara seperti itu mereka bisa menerima mu di keluarga nya. Abaikan saja nenek tua yang sudah bau tanah itu." Ucap Ibu nya Meta.
Meta pun akhirnya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ibu nya. Ia ingin bersiap untuk pergi ke acara pertunangan Airin dan Leo.
Ia sangat penasaran. Seperti apa pesta pertunangan tersebut. Semoga saja Meta tidak pingsan sambil berdiri ketika melihat hal itu.
*****
Airin sudah siap dengan pakaian nya. Bahkan kebaya dan juga perhiasan yang ia pakai saat itu, lebih mahal dari yang ia kenakan saat itu.
Riasan nya juga begitu cantik. Ia masih tampil alami dengan wajah itu. Airin benar-benar seperti boneka hidup.
Ia pun langsung di panggil ke depan untuk tukar cincin dengan Leo. Cincin itu pun pas di tangan Airin dan membuat nya terkejut.
Baik itu pakaian, perhiasan dan saat ini cincin. Semua nya menurut selera Airin. Bukan itu saja. Bahkan cincin itu langsung pas dan muat di jari manisnya.
"Ada apa dengan wajah mu? Apa kau tak ingin bertunangan dengan ku?" Tanya Leo sambil menatap wajah Airin.
"Bukan begitu. Hanya saja, aku merasa heran. Bagaimana kamu bisa tahu ukuran cincinku? Jari tanganku sedikit berbeda dengan wanita lainnya. Maka dari itu, biasanya aku selalu menempa cincin khusus untuk diriku sendiri. Dan saat ini, cincin yang ada di jariku, mengapa begitu pas?"
Kali ini Airin berusaha untuk menatap kedua mata ta-jam itu. Ia ingin melihat kebenaran di sana. Ia pun penasaran dengan hal sekecil itu.
"Sudah lah jangan banyak bicara. Cuma urusan cincin saja kamu begitu cerewet." Leo berbicara sambil memalingkan wajah nya. Kali ini, ia yang di buat tak berani menatap wajah Airin.
"Aku tidak cerewet, Bang Napi."
"Apa kata mu? Coba ulangi sekali lagi?"
"Bang Napi! Puas?"
Leo kembali menatap Airin. Tak ia pedulikan para tamu yang hadir. Leo benar-benar di buat tak bisa berkata-kata oleh gadis yang ada di hadapan nya saat ini.
Cup..
Mata Airin melotot. Dengan cepat Leo mengecup bi-bir nya. Kecupan itu begitu singkat dan cepat.
"Jika mulut itu masih cerewet, maka hukuman mu akan bertambah lama."
Leo memalingkan wajah sambil tersenyum, setelah mengatakan hal itu.
wkwkwk
jgn pula nnati bnyk drama kasihan no leo
ya kan
aq harap nnti airin jd kuat kk thor biar yg menindas tau klo airin yg skrg bukan lemah
dlu pembacamu bnyk lho kk dr nopel pertama mu itu ayok kk smgt dong
ohh airin rontok.sudah rasa malu mua kek mana pun dia suami mu lho wkwkwk
mkne kau liaht dlu baik2 siapa lawan mu kali ini gooo
nahh kann ayo nyonya lina
kek di ibutiri ku agen kusgus keren
saiki rasak no wae
teus nikmati wae hasil.pilihan mu ya kann
wkwkk
benerw bodoh macam itu pun jadi sekertaris ohh ya ampum jadi apa coba nnti
akal.licik sudah berjalan
ohh demi harta smpe mengorbN kan sodara