Pencuri Hati Dokter Cantik

Setelah upacara pernikahan selesai, Raja dan Ratu disambut dengan sorak-sorai tamu undangan. Mereka berdua tersenyum bahagia, menikmati momen spesial ini bersama keluarga dan teman-teman terdekat. Meskipun hanya kerabat dan keluarga saja yang datang, namun pesta pernikahan mereka sangat meriah.

"Kau terus memperhatikanku, apa aku terlalu tampan sehingga kau begitu terpesonanya" bisik Raja sengaja menggoda Ratu istrinya.

Ratu yang sejak tadi memperhatikannya mengalihkan pandangannya kearah lain, "Kau ini percaya diri sekali, aku pikir kau tidak akan datang."

Raja tersenyum manis kepada istrinya, memperlihatkan kepada semua orang betapa ia mencintainya. Pria ini sangat pandai berakting, "Aku tidak mungkin meninggalkan wanita cantik sendirian di sini," bisik Raja membuat rona merah jambu menghiasi wajah cantik Ratu.

"Aku akan memotong uangmu setiap kau melakukan kesalahan, karena kau membuatku hampir jantungan aku akan memotong dua ratus juta," bisik Ratu.

Raja tercengang mendengarnya, "Mengapa kau perhitungan sekali? Aku tadi terlambat karena macet di jalan."

Sementara itu seseorang sejak tadi memperhatikan kedua pengantin baru yang sejak tadi saling berbisik. Tatapan mata Axel sangat tajam, pria ini benar-benar mirip sekali dengan sahabat sekaligus kakak iparnya Martin Angelo.

"Martin?" panggil Axel membuat kedua mempelai yang sejak tadi saling berbisik terkejut.

Raja tersenyum lebar, "Satu lagi yang memanggilku seperti itu dapat gelas" ucap Raja lalu tergelak.

Meskipun ia berbeda dengan Martin yang dingin, namun entah mengapa Axel merasa dia Martin sahabatnya. Kean dan Rein menghampiri Axel yang terus menatap Raja dengan tatapan tajam seolah ia sedang mencari kesamaan dalam diri Raja dengan Martin. Kean mengajak Axel untuk berbicara dengannya di tempat lain.

"Dia bukan Martin, Axel. Dia Raja, awalnya Uncle merasa yang sama, namun dia berbeda" sahut Kean.

"Aku tahu Martin lebih dari siapapun, Uncle. Dia Martin, andai Shapire ikut pasti ia pun akan mengenali kakaknya," cetus Axel bersikeras apabila Raja adalah Martin.

Martin kekasih Ratu yang tertembak dan jatuh ke laut, meskipun telah dinyatakan telah tiada baik Axel maupun Ratu sangat yakin Martin masih hidup.

Junior menepuk pundak adiknya, "Sudah kukatakan kau pasti akan terkejut melihatnya."

"Dia Martin kak, aku yakin dia."

Sementara itu Birel dan Luna menikmati pesta mewah ini, mereka mengelilingi ballroom untuk menikmati sajian mewah yang ada di sana. Birel menatap Raja yang beruntung mendapatkan Ratu wanita kaya pemilik Adhitama group.

"Raja beruntung sekali, dia mendapatkan tambang emasnya sendiri" ucap Birel dengan nada pelan.

"Apa ia akan berhenti menipu kalau sudah kaya seperti ini?" tanya Birel lagi sedikit berbisik kepada Luna.

Luna pun balas berbisik kepada Birel, "Kau tahu mencuri sudah menjadi hobi baginya, Raja tidak mungkin pensiun dari dunia kita."

"Kau benar," kata Birel lalu memperhatikan Luna yang sedang memakan dessert. "Aku mau juga, suapin dong!"

Luna memutar kedua bola matanya jengah, "Nanti aku suapin pakai sendok sekop."

Luna pergi begitu saja meninggalkan Birel yang terus memperhatikannya, wanita ini sangat dingin sekali tapi ia menyukainya.

Waktu terus berlalu, pesta telah usai. Raja berjalan mengikuti Ratu memasuki kamar mereka. Malam ini keduanya akan tinggal di kamar suite room yang sudah dipersiapkan oleh Rein sebagai hadiah untuk Ratu.

Raja membuka pintu kamar suite room dan mempersilakan Ratu untuk masuk terlebih dahulu. Ratu tersenyum tipis dan memasuki kamar yang indah dan mewah. Raja mengikuti di belakangnya, menutup pintu kamar dan memandang Ratu dengan mata yang penuh kasih. Ia harus terlihat seperti suami idaman banyak kaum hawa.

Kamar suite room itu dihiasi dengan bunga-bunga segar dan lilin-lilin yang menyala lembut, menciptakan suasana yang romantis dan intim. Raja mendekati Ratu dan memeluknya erat, "Selamat malam, istriku," katanya dengan suara yang lembut.

Ratu melepaskan pelukan Raja, lalu berbalik menatapnya. "Kau terlalu mendalami peran Raja, ingat batasanmu! Kita menikah bukan karena cinta."

"Aku akan membuat surat perjanjian dimana kau harus mematuhi semua peraturan yang ada," imbuhnya lagi dengan tegas dan dingin.

Raja merengkuh pinggang istrinya, ia tersenyum manis kepada Ratu. Raja harus bisa merobohkan keangkuhan dan dinginnya wanita ini. Posisi mereka saat ini sangat dekat, Ratu bahkan dapat mencium aroma maskulin dari tubuh Raja.

"Lepaskan aku Raja!" teriak Ratu.

"Kau pikir aku akan mematuhimu? Kau salah Nona Ratu Adhitama, aku tidak menginginkan perjanjian apapun. Ini bukan drama atau novel yang selalu kau lihat, aku ingin pernikahan sesungguhnya jadi aku tidak membutuhkan perjanjian apapun," ucap Raja dengan nada tegas.

"Tapi aku tidak mencintaimu!" balas Ratu dengan sorot mata menyalang.

"Cinta akan datang seiring berjalannya waktu, akan kubuat kau jatuh cinta kepadaku istriku," bisik Raja membuat Ratu meremang.

Ratu mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Raja, tapi Raja semakin mempererat pegangannya. "Kau tidak bisa menolakku, Ratu. Kita sudah menikah, dan aku ingin membuat pernikahan ini menjadi nyata," kata Raja dengan nada yang tegas dan penuh keinginan.

Ratu merasa wajahnya memanas karena kedekatan dengan Raja, dan ia tidak suka merasa tidak bisa mengontrol situasi. "Aku tidak ingin dipaksa, Raja. Aku memiliki hak untuk menentukan apa yang aku inginkan," kata Ratu dengan nada yang dingin.

Raja tersenyum, "Aku tahu kamu memiliki hak, tapi aku juga memiliki hak sebagai suamimu. Dan aku ingin menggunakan hak itu untuk membuat kamu menjadi milikku sepenuhnya." Raja semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ratu, membuat Ratu merasa semakin tidak nyaman.

Raja mencium lembut bibir Ratu, ciuman Raja lembut dan penuh kasih, namun Ratu tidak membalasnya. Raja merasa sedikit frustrasi, tapi ia tidak menyerah. Ia menggigit bibir Ratu dengan lembut, membuat Ratu membuka sedikit bibirnya. Raja memanfaatkan kesempatan itu untuk mengeksplorasi bibir Ratu dengan lebih dalam. Ciuman mereka semakin dalam, membuat napas mereka semakin berat. Raja merasa dirinya semakin terobsesi dengan Ratu, dan ia tidak bisa menyerah begitu saja. Ia harus mendapatkan hati Ratu bagaimanapun caranya.

Raja semakin memperdalam ciuman mereka, membuat Ratu merasa semakin tidak berdaya. Ratu mencoba untuk menolak, tapi Raja terlalu kuat. Ia merasa dirinya semakin terhisap ke dalam ciuman Raja, dan ia tidak tahu bagaimana cara untuk menghentikannya.

Tiba-tiba, Raja melepaskan ciumannya dan memandang Ratu dengan mata yang penuh keinginan. "Kau milikku sekarang," katanya dengan suara yang rendah dan penuh emosi. Ratu merasa wajahnya memanas dan napasnya masih terengah-engah. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan. Ia berusaha menolak namun hatinya malah menginginkannya.

"Aku tidak akan memaksamu, istirahatlah!"

Raja pergi keluar dari kamar hotel begitu saja membuat Ratu terdiam memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ketika Raja berjalan keluar untuk mencari angin tiba-tiba seseorang datang mendekatinya, pria itu mendorong Raja hingga ke dinding.

"Siapa kau sebenarnya?"