Dilahirkan dari pasangan suami istri yang tak pernah menghendakinya, Rafael tumbuh bukan dalam pangkuan kasih orang tuanya, melainkan dalam asuhan Sang Nini yang menjadi satu-satunya pelita hidupnya.
Sementara itu, saudara kembarnya, Rafa, dibesarkan dalam limpahan cinta Bram dan Dina, ayah dan ibu yang menganggapnya sebagai satu-satunya putra sejati.
"Anak kita hanya satu. Walau mereka kembar, darah daging kita hanyalah Rafa," ucap Bram, nada suaranya dingin bagai angin gunung yang membekukan jiwa.
Tujuh belas tahun berlalu, Rafael tetap bernaung di bawah kasih sang nenek. Namun vidhi tak selalu menyulam benang luka di jalannya.
Sejak kanak, Rafael telah terbiasa mangalah dalam setiap perkara, Hingga suatu hari, kabar bak petir datang sang kakak, Rafa, akan menikahi wanita yang ia puja sepenuh hati namun kecelakaan besar terjadi yang mengharuskan Rafael mengantikan posisi sang kakak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jatuh cinta pada kakak ipar
“Bagaimana, Rafa? Apakah kencanmu dengan Viola berjalan lancar?”Dina menghampiri putranya yang baru saja masuk. Ia membawakan segelas air, lalu menatap Rafa dengan kasih sayang seperti selimut hangat yang membalut tubuh di musim dingin.
Rafa menatap ibunya dengan kelembutan yang sama, di sertai dengan senyuman manis,
“Aku dan Viola tidak berkencan, Ibu. Kami hanya bertemu dengan klien, membahas masalah pekerjaan ”
Dina tersenyum samar, namun nada suaranya mengandung kekhawatiran itu terlihat jelas dari raut wajah Dina, “Besok keluarga Viola akan datang ke rumah. Kita akan membahas hubungan kalian. Apakah kau ada waktu?”
Jadwal Rafa yang padat membuat Dina takut putranya itu tidak bisa meluangkan waktu, bahkan untuk pertemuan penting dengan keluarga calon besannya, Dina sebenar nya sudah mengatur jamuan untuk besok, hanya tinggal memastikan jadwal Rafa,
Rafa tersenyum, senang, teringat dengan kejadian di restoran tadi, membuat Rafa tidak sabar meminang viola menjadi pendamping hidup nya, “Aku akan pulang lebih awal besok bu, jika sudah di atur maka aku haru luangkan waktu ” Ia meletakkan gelas, lalu melangkah menuju kamarnya.
Dina menatap Rafa dari belakang, " semoga besok berjalan dengan lancar, aku harap viola dan Rafa cocok dan tidak ada masalah " wajah Dina berbinar-binar
Seperti biasa, kabar tentang hari itu ia kirimkan kepada sang adik. Meski jarang mendapat balasan, ia tetap mengirim pesan. Ia tahu, sang adik begitu sibuk. Setidaknya, pesan itu akan dibaca saat ada waktu luang, komunikasi yang paling utama untuk pejuang ldr, Rafa menunggu balasan dengan sabar,
...🌻🌻🌻...
London.
Rafael memejamkan mata, menghirup udara segar pagi. Dari kejauhan terdengar kicau burung. Ia duduk di tepi kolam renang, mencelupkan kakinya ke dalam air yang jernih dan dingin.
Bayangan wajah gadis yang ia idamkan muncul di benaknya. Betapa bahagianya jika waktu bisa diputar kembali. Ia ingin berbicara dengan Viola, setidaknya tentang kenangan saat mereka SMA. Namun satu pertanyaan menghantui nya, apakah Viola masih mengingat dirinya?
“Rafael...! Rafael....! Suara itu membuyarkan lamunannya.
Rafael membuka mata.“Ada apa? Ini hari libur kita. Apa ada penerbangan mendadak lagi?” Rafael masih memejamkan mata nya, berbicara santai, suana hatinya sangat baik hari ini,
Farel, dengan sarapan di tangannya, duduk di bangku santai.“Tidak. Aku hanya ingin memberitahumu, cincin yang kau cari tahun lalu keluar lagi edisi terbatas.”
Dua tahun lamanya Rafael mencari cincin itu cincin yang pernah diinginkan Viola, ia sempat meminta kepada perusahaan perhiasan itu untuk memberikan pada nya model yang sama persis, namun perusahan mereka menolak, entah mengapa tahun ini dikeluarkan lagi,
Dulu, secara tak sengaja, Rafael membaca buku yang seharusnya tak ia sentuh diary milik Viola. Di sana tertulis mimpi-mimpi dan harapan tentang masa depannya. Dari sanalah Rafael menciptakan dirinya, berusaha menjadi sosok yang sesuai dengan kriteria pria idaman Viola.
“Kau menunggu setahun untuk cincin itu. Untuk siapa sebenarnya cincin ini?” tanya Farel.
Rafael bangkit, mengangkat kakinya dari kolam, lalu mendekat.“Untuk diriku sendiri. Tidak akan kuberikan pada siapa pun.” mengambil selembar roti dari piring Farel
Farel mengernyit, mencoba menebak. “Itu cincin wanita. Apa kau ingin melamar Sofi?”
Rafael hanya tersenyum. Ia tahu, menjawab pertanyaan itu hanya akan membuang energi dan menimbulkan salah paham.
Ring… Ring…
Suara telepon memecah pagi.
Rafael mengangkat panggilan itu. Terkejut, karena setelah dua tahun, baru kali ini ia menerima telepon langsung dari kakaknya. Biasanya hanya sekadar balas pesan.
“Iya, Kak. Ada apa?”
Suara Rafa terdengar di seberang.“Aku melihat di majalah London. Ada cincin dengan berlian ungu yang dirilis malam ini. Bisakah kau mengambilnya untukku?”
Rafael terdiam sesaat, lalu menjawab,“Bisa. Kebetulan aku juga ingin membelinya. Kau ingin melamar seseorang?”
Rafa terkekeh pelan. “Wah, Rafael… akhirnya kau juga sudah menemukan gadis khayalanmu itu? Sejak dulu aku tahu kau menyukai seseorang, tapi kau tak pernah menyebutkan namanya. Kukira hanya mimpi.”
Rafael menahan napas.“Jangan bahas aku dulu, Kak. Kau belum menjawab pertanyaanku. Kau ingin melamar seseorang?”
Suara Rafa terdengar mantap.“Ya. Gadis yang kukirim fotonya padamu. Dia cinta pertamaku di SMA. Kau juga mengenalnya, dulu sering bermain bersama kita.”
Sejenak, alam seolah berhenti bernafas. Daun enggan jatuh, angin enggan berhembus.
“Rafael?” panggil Rafa, heran karena adiknya tak menjawab.
Sambungan telepon terputus. Mungkin bukan hanya suara yang terputus, melainkan juga harapan-harapan yang Rafael rajut selama bertahun-tahun. Seperti daun yang jatuh ke tanah, ia takkan kembali ke dahan, dan meski dahan tak pernah berniat melepasnya, getah tetap menetes tanda luka karena kehilangan.
...🌻🌻🌻...
Rumah Keluarga Arzander.
“Selamat datang.” Bram dan Burhan bersalaman hangat di depan pintu.
Dina dan Seher pun berpelukan, saling bertukar senyum, lalu berjalan menuju meja makan. Aroma masakan telah tercium sejak pintu dibuka. Sejak sore, Dina menyiapkan segalanya dengan sepenuh hati, agar keluarga besan merasa terhormat.
“Kesempatan tak datang dua kali. Undangan dari keluarga Arzander segera kami terima. Jika tidak, mungkin ada keluarga lain yang lebih dahulu datang,” ujar Burhan membuka percakapan di meja makan.
Dina menatap Viola mata yang berkilau bagaikan berlian, alis hitam tegas, bibir merah jambu.“Malam ini, Viola seperti bunga di taman. Walau malam telah larut, warnanya tak juga pudar.”
Seher menimpali sambil menatap Rafa “Rafa juga tampak bercahaya, seperti bulan yang menerangi malam.”
Dina, yang tak pernah suka basa-basi, langsung masuk ke inti.“Usia mereka sudah cukup untuk membicarakan mengenai pernikahan.”
kedua keluarga tertawa, seolah semua nya setuju,
Hanya yang Viola menunduk, menahan diri sejak dari rumah tadi, sebenarnya ia sudah menyiapkan kata penolakan, namun di sini ia hanya seperti boneka dipermainkan di atas panggung keluarga besar.
Bram menambahkan,“Rafa sudah mapan, Viola juga cukup dewasa. Tidak baik bila mawar dibiarkan mekar sendirian di taman. Akan banyak tangan yang ingin memetiknya.”
Burhan menatap Viola tajam “Jadi bagaimana, Viola? Kau ingin mawar itu dipetik, lalu ditaruh dalam vas indah agar semua orang dapat menikmati keindahannya? Atau membiarkannya liar di taman, didatangi banyak lebah hingga layu?”
Viola terdiam. Bagi dirinya, kedua pilihan itu sama saja membawa pada jurang. Tetapi malam ini, ia harus memilih.
Ia mengangkat wajahnya, suara lirih namun tegas keluar dari bibirnya “Aku memilih sang mawar dipetik, lalu ditempatkan di vas mewah berhiaskan berlian London. Indah dipandang, harum tak lekang. Namun… tak setiap tangan berhak menyentuhnya.”
Semua mata tertuju pada Viola, mereka beranggapan viola setuju dengan perjodohan ini, Namun mereka semua lupa bahwa kemewahan dan keindahan tak selalu berarti kebahagiaan. Seperti mawar yang tampak anggun di vas kaca ia tetap kehilangan kebebasan untuk tumbuh di bawah sinar matahari.
Jangan lupa beri bintang lima dan komen ya teman-teman
Bersambung...........
Hai teman-teman, yuk bantu like, komen dan masukkan cerita aku kedalam favorit kalian, ini karya pertama aku dalam menulis, mohon bantuan nya ya teman-teman terimakasih........
btw aku mampir Thor /Smile/