Kebangkitan Tuan Muda Tak Berguna

Siang harinya, kelas Daya Resonansi.

Di sebelah utara Akademi Nanfeng terdapat hutan yang luas dan lebat. Setiap kali angin bertiup, dedaunan hijau yang rimbun akan bergoyang.

Di tengah hutan lebat itu terdapat sebatang pohon besar dan megah. Warnanya kuning tua dan tingginya lebih dari dua ratus meter. Cabang-cabangnya yang lebat menyebar seperti jaring.

Cabang-cabang pohonnya tebal dan dipenuhi oleh dedaunan. Namun yang paling menarik adalah setiap daunnya memiliki lebar dan panjang hampir dua meter.

Pohon ini dikenal sebagai Pohon Kekuatan Resonansi.

Pohon Kekuatan Resonansi bukanlah pohon alami, melainkan dibangun dari berbagai harta karun langka. Ini sungguh merupakan bukti nyata bahwa sesuatu lebih dari sekadar apa yang tampak.

Di dalam Pohon Kekuatan Resonansi terdapat inti energi. Inti energi ini mampu menyerap dan menyimpan energi alam duniawi dalam jumlah besar.

Selain itu, daun-daun pohon yang besar itu dapat digunakan sebagai tempat berkultivasi, yang masing-masing memungkinkan satu siswa untuk duduk.

Memiliki Pohon Kekuatan Resonansi merupakan persyaratan mendasar bagi akademi mana pun, kekuatan pohon itu bergantung pada kekuatan akademi tersebut.

Dari sudut pandang tertentu, daun-daun pohon ini mirip dengan ruang kultivasi keluarga Luo. Tentu saja jika dibandingkan, ruang skygold di rumah tua keluarga Luo akan jauh lebih baik.

Daun Pohon Kekuatan Resonansi juga dibagi menjadi tiga tingkatan: Daun Emas, Daun Perak, dan Daun Perunggu.

Jika seseorang melihat dari jauh, mereka akan melihat bahwa 60% daunnya adalah daun Perunggu, 30% adalah Daun Perak, dan hanya 10% adalah Daun Emas.

Daun Emas terletak di bagian puncak pohon, Daun Perak di bawahnya, dan Daun Perunggu adalah yang paling bawah.

Jelas jika berkultivasi di atas Daun Emas akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan dua daun di bawahnya.

Namun sayangnya, Daun Emas sebagian besar dimonopoli oleh siswa Sekolah Pertama. Hal ini tidak terelakkan karena para siswa Sekolah Pertama lebih kuat dan merupakan wajah akademi.

Oleh karena itu, Sekolah Kedua hanya memiliki kuota 10 Daun Emas. Sementara untuk Sekolah Ketiga dan Keempat, mereka sama sekali tidak memiliki kuota untuk menggunakan Daun Emas ini.

Pohon Kekuatan Resonansi hanya dibuka untuk kultivasi selama setengah hari. Setiap kali jam di atas pohon berdentang, itu menandakan dimulainya sesi kultivasi. Inilah bagian yang paling dinantikan setiap hari bagi para siswa.

Maka, begitu jam berdentang, gerombolan siswa langsung menyerbu hutan lebat dengan penuh semangat. Dengan wajah gembira, mereka akan segera memanjat pohon melalui tangga kayu yang melingkari batang pohon.

Luo Chen mengikuti kerumunan dan memanjat pohon itu juga. Ia menatap canggung ke arah 10 Daun Emas milik Sekolah Kedua. Satu daun dulunya disediakan untuknya, tetapi itu dulu ketika ia masih menjadi yang terkuat di sekolah itu.

Namun setelah mengetahui bahwa istananya kosong, ia berinisiatif untuk menyerahkan tempatnya pada siswa lain. Saat ini, ia juga merasa malu untuk mengambil kembali kursi yang telah ia berika.

"Lupakan saja. Kita gunakan saja apa yang bisa kugunakan," pikir Luo Chen sambil berjalan menuju Daun Perak.

Tepat saat Luo Chen mendekati Daun Perak, tatapan penuh ekspresi campur aduk dari puncak pohon mendarat padanya.

Cabang-cabang besar di puncak Pohon Kekuatan Resonansi, bergerombol membentuk sebuah panggung kayu. Dia atasnya, beberapa siswa Sekolah Kedua menatap tepat ke arah Luo Chen.

"Luo Chen ini menghilang selama seminggu dan sepertinya baru kembali ke sekolah." Difa Ning meletakkan tangannya di pinggang sambil menatap Luo Chen.

Dengan seragam sekolah yang ketat, dipadukan dengan wajahnya yang imut serta kulitnya yang putih, tidak heran jika ia menjadi pusat perhatian banyak siswa laki-laki.

Ia terus menatap siluet Luo Chen, memanyunkan bibirnya pelan. "Apa dia sengaja menghindari Bei Kun dan menyembunyikan dirinya?"

"Kasihan sekali. Sebenarnya dia sangat menawan dan tampan." Di sampingnya, sekelompok siswi mendesah menyesal sambil melirik Luo Chen.

"Hehe, Aku masih ingat waktu Luo Chen masih di Sekolah Dasar. Kamu penggemar beratnya kan?" ejek salah satu dari mereka.

Gadis yang ditertawakan itu langsung memerah, dan dengan cepat membalas, "Sudahlah! Lagipula kalian juga terpikat olehnya!"

Kerumunan gadis itu terus tertawa, tatapan mereka menyiratkan rasa iba.

Dulu, Luo Chen adalah sosok yang tak tersentuh dan tak tertandingi di Sekolah Pertama. Tak hanya tampan, kemampuan pemahamannya juga luar biasa. Ditambah lagi, ia adalah pewaris Klan Luolan, sebuah klan dengan dua adipati yang memimpin.

Penampilan, bakat, dan latar belakang yang luar biasa. Gadis mana yang tidak jatuh cinta padanya?

Sayang sekali seiring berjalannya waktu, kilau Luo Chen perlahan memudar. Pertama, orang tuanya menghilang, dan mengakibatkan Keluarga Luo mengalami kemunduran.

Setelah itu, ia diketahui hanya memiliki istana kosong, yang semakin menjatuhkan reputasinya.

Dengan kejadian ini, tokoh yang pernah berpengaruh di Sekolah Pertama telah diturunkan ke Sekolah Kedua.

Pada titik ini, menjadi pengagumnya adalah sesuatu yang tidak lagi pantas dilakukan.

Difa Ning mendengarkan celoteh teman-temannya sebelum menggelengkan kepala dengan jijik. "Hanya sekelompok wanita yang berpikiran dangkal."

…

Sementara itu, Luo Chen baru saja berhasil duduk di atas Daun Perak ketika ia mendengar keributan di sekitarnya. Saat berbalik, Bei Kun sedang berjalan menuju ke arahnya, dengan dikelilingi sekelompok anteknya.

Bei Kun bertubuh tinggi dan tegap serta memiliki wajah yang cerah. Satu-satunya hal yang membuatnya kurang menarik adalah pupil matanya yang gelap, membuatnya tampak muram.

“Kukira kamu tidak akan pernah kembali ke sekolah.” Bei Kun menatap Luo Chen dengan senyum meremehkan.

Luo Chen meliriknya sekilas, namun sama sekali tidak mau menjawab.

Sikap acuh tak acuhnya ini membuat Bei Kun marah.

Ketika Keluarga Luo berada di puncaknya, ia sering memuja Luo Chen dan dibalas dengan sikap yang sama. Saat itu, ia tidak berani melakukan apa pun. Tapi sekarang, apa lagi yang perlu dia takutkan?

"Aku seharian menunggumu di Menara Qingfeng. Tolong beri tahu aku, bagaimana kita harus menyelesaikan ini?" Bei Kun berkata sambil menggertakkan giginya.

"Apa kamu bodoh? Orang bodoh dan cacat mental macam apa yang benar-benar berpikir aku akan pergi ke Menara Qingfeng hanya karena ada orang yang menginginkannya?"

Tatapan mata Bei Kun yang muram tampak semakin tajam saat ia menjawab, "Brengsek! Aku akan melepaskanmu jika kamu minta maaf sekarang juga. Kalau tidak..."

Luo Chen melambaikan tangannya seperti mengusir lalat. "Enyahlah."

Murid-murid lain yang menyaksikan pertengkaran ini langsung tertawa. Bei Kun ini bisa dibilang tiran di Akademi Nanfeng. Dia sering mencari orang untuk diganggu. Sayang sekali Luo Chen sama sekali mengabaikannya.

Bei Kun memelototi Luo Chen, dan langsung mengancam, "Dasar brengsek. Apa kamu berani bertarung denganku untuk membuktikan sikap sombongmu?"