Nikah Muda

Segar rasanya sehabis mandi, setidaknya untuk sejenak berendam air panas di dalam bathtub membuatnya menghilangkan rasa malunya akibat kelakuan buruk nya di malam hari.

Ia sudah mengganti pakaian nya di dalam kamar mandi karena takut jika Al masih berada di dalam kamar. Ia sedikit memoles wajah nya dengan make up yang tidak terlalu tebal, yang penting terlihat cantik dan natural. Mungkin hanya memakai pelembab wajah dan bedak. Karena sejatinya Nayla sangat tidak suka yang terlalu tebal.

Di rasa sudah cukup, Ia baru keluar dari kamar mandi dan berpapasan dengan adek iparnya yang sangat cantik, setidaknya sifat Rara sangat jauh berbeda dari Kakaknya. Bahkan sebelum Nayla menikah, Ia sudah dekat dengan Rara bahkan Nayla sudah menganggap Rara sebagai adek nya sendiri.

" Halo Kak cantik, baru selesai dandan ya? " tanya nya dengan suara manis seperti biasa.

" Iya Ra, gimana cantik gak? "

" Cantik banget Kak, gak pake make up juga tetap cantik, Kakak udah cantik dari sononya. Pantes aja Kak Fahmi sayang sama Kakak! " Rara tersadar dan segera menutup mulut nya.

Mendengar nama itu membuat Nayla sedikit merasakan sakit di hatinya, Rara memang mengetahui semua rahasia Nayla mulai dari Fahmi seseorang yang pernah singgah di hatinya. Bahkan sering kali Nayla bercerita mengenai hubungan nya dengan Fahmi.

Jangan salah! Meskipun Rara masih terbilang anak bocah, tetapi terkadang pikiran nya bisa jauh lebih dewasa dan Rara juga bisa memberikan masukan yang baik, Ia juga pendengar cerita yang baik. Tapi 3 bulan yang lalu, Fahmi ketahuan selingkuh dengan seseorang yang menjadi musuh terbesar di SMA.

Alvarez Narendra Erlangga! Ya memang dia adalah musuh abadi bagi Nayla, namun kecantikan Nayla yang memikat banyak mata kaum pria membuat seseorang menjadi iri akan Nayla. Ia adalah Camilla , orang tuanya juga kaya meskipun masih ada di bawah keluarga Erlangga dan Aurora.

Satu hal , Camilla Edeyante Cairo selalu mengejar - ngejar sosok Al yang sangat ingin di hindari oleh Nayla.

" Kakak gak apa - apa? Maaf ya Kak, ini mulut emang suka keceplosan! " Rara merasa bersalah.

" Tenang aja Ra, santai and slow. Lagian kan sekarang Kakak udah nikah sama Kak Al, jadi laki - laki yang bernama Fahmi sudah terkubur dalam - dalam! " Nayla tersenyum untuk menyembunyikan kesedihan nya.

" Makasih ya Kak. Kak Al emang suka nakal dan jahil, tapi sebenarnya dia orang nya baik kok dan juga perhatian, apa lagi kalo dia udah suka sama cewek pastinya cewek itu akan selalu di jaga! " terang Rara yang memang tahu hubungan Kakak nya dengan Nayla.

Nayla hanya tersenyum lalu tanpa sadar dirinya melihat sosok kucing di pegang oleh Rara, jelas Ia mengenal Molly karena sering memberikan nya makan setiap Ia dan Rara bermain.

Tapi ini kenapa bentukan nya berbeda! Bukan wajah nya namun mata Nayla menangkap kain benang yang terpasang di tubuh kucing itu.

" Sejak kapan Molly pake daleman cewek kaya gini, setahu Kakak Molly bukan nya cowok ya? " tanya nya penuh penasaran.

Rara menghela nafas panjang. " Gak tau tuh sih Kak Al, emang kelakuan nya suka minus, masa pagi - pagi dia nyari Molly terus masang kaya ginian, tapi emang lucu sih! " mata Nayla terbelalak mendengar ucapan Rara.

Dapet dari mana Al daleman wanita? pikirnya hanya bisa bertanya dalam hati.

" Emang Kakak kamu itu rada - rada aneh orang nya? " balas Nayla yang mendapatkan senyuman dari Rara. Apa jadinya jika kedua orang yang saling bermusuhan jatuh cinta. Pasti lucu kali ya, pikir Rara membayangkan.

" Ya udah Kak, ayo makan semuanya udah nungguin pasti di meja makan! " ajak Rara.

" Rara duluan aja, Kakak mau ambil tas sekolah dulu! "

Nayla kembali masuk kamar dan mengambil tas sekolah nya. Tapi langkah nya terhenti kala mengingat daleman yang di pakai Molly, Ia seperti merasa tak asing pada daleman itu.

" Kaya pernah lihat? " Nayla berpikir sejenak.

Setelah berpikir sebentar matanya langsung membulat sempurna kala ingat dengan daleman itu.

" Itukan daleman Gue! " Nayla berlari menuju tempat baju kotor nya untuk memastikan dan Ia tidak menemukan daleman yang kemaren Ia pakai. Ia berlalu menuju kamar mandi tetapi tidak ada.

Hati Nayla memanas bagaikan kaya api yang siap menyembur keluar dan Nayla berteriak memanggil nama Al.

Di tempat lain, Al turun menuju meja makan dan mengecup pipi Bunda Hani seperti yang selalu Ia lakukan dan itu mendapatkan sorotan mata tajam dari Andreas.

" Gak usah cium - cium istri Papi bisa gak? " ucap nya nya sewot.

" Yaelah Pi, masa cemburu sama anak sendiri! " kesal Al dengan sifat Papinya ( Pencemburu) sementara Bunda Hani hanya tersenyum melihat kecemburuan suaminya yang dari dulu gak pernah berubah.

Al menaruh bokong nya di kursi depan Bunda Hani dengan mengambil dua lembar roti tawar dan mengoleskan selai coklat favorit nya.

" Nayla mana? " tanya Bunda Hani yang sedari tadi tidak melihat menantunya.

" Bentar lagi juga keluar! "jawab nya singkat dan jelas.

Lagi enak - sejak nya makan , suara menggelegar terdengar hingga ke meja makan dan membuat Andreas, Bunda Hani , Al dan Rara tersedak oleh makanan yang ada di dalam mulut.

" Itu istri kamu kenapa? " tanya Papi Andreas menjadi panik saat mendengar teriakan sang menantu.

Al sepertinya sudah menduga lalu Ia melirik ke arah Rara. " Kak Nayla udah ketemu Molly? "

" Udah, kenapa emang nya? " tanya Rara polos.

" Pantesan! " gumam nya pelan.

Saat Papi Andreas dan Bunda Hani hendak melihat menantu mereka yang berteriak, Nayla sudah turun dari tangga dan ke bawah menghampiri meja makan.

" Ya ampun Sayang, kamu kenapa teriak? Bikin Bunda panik tau gak! " Bunda Hani memeluk Nayla dan mengelus punggung nya.

Sementara tatapan matanya tertuju pada Al yang menutup mulut dengan telapak tangan. Tapi Ia yakin bahwa saat ini Al pasti sedang mentertawakan dirinya.

" Nayla gak apa - apa kok Bunda, tadi cuma ada kecoak doang! " kilah Nayla, tak mungkin juga Ia jujur jika Al mengambil daleman nya dan di berikan pada Molly. Yang ada Nayla langsung kehilangan muka di depan mertuanya .

Bunda Hani menuntun Nayla ke meja makan dan duduk di samping Al tapi baru saja duduk kaki Nayla langsung menginjak keras kaki Al yang berada di bawa meja.

" Awwww! " pekik Al saat mendapatkan injakan dari Nayla.

" Kakak kenapa? " tanya Rara melihat Al yang di ikuti oleh tatapan Papi Andreas dan Bunda Hani.

Al memikirkan alasan nya. " Cuma ke pentok bawah meja! " alasan nya melirik tajam ke arah Nayla yang tengah fokus pada makanan nya.

Setelah selesai makan Al bergegas untuk pergi. Namun langkah nya terhenti saat Bunda Hani memintanya untuk menunggu Nayla dan berangkat bersama.

Al jelas menolak karena bisa - bisa Ia di tertawakan oleh teman - teman nya jika membawa orang yang menjadi musuh abadinya. Namun jika Papi Andreas yang sudah bicara tegas, mau tidak mau Al hanya menunduk patuh.

Akhirnya pagi itu Al terpaksa membonceng Nayla dari depan rumah nya.