Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembalinya Bayangan Lama
Udara malam di luar lembah terasa lebih berat daripada biasanya. Begitu Shen dan Lin Feng melangkah keluar dari gerbang cahaya, mereka disambut oleh keheningan yang mencekam. Langit dipenuhi awan hitam pekat, bulan nyaris tak terlihat, hanya sesekali kilat menyambar di kejauhan.
Shen menggenggam Pedang Cahaya Naga yang kini tergantung di pinggangnya. Senjata itu terlihat biasa, namun auranya masih berdenyut, seolah menunggu dipanggil. Lin Feng berjalan di sampingnya, langkahnya agak terseok, tapi matanya tetap waspada.
“Aneh,” gumam Lin Feng, “rasanya dunia berubah saat kita di dalam.”
Shen mengangguk. “Seperti ada sesuatu yang bangkit.”
Mereka belum sempat melangkah jauh ketika tanah di sekitar bergetar. Dari balik pepohonan, kabut hitam mulai merembes keluar, merayap cepat menyelimuti lembah. Suhu udara turun drastis, membuat kulit mereka merinding.
Shen langsung menghunus pedangnya, cahaya perak memancar, menerangi kabut yang pekat. Lin Feng menancapkan tombaknya ke tanah, bersiap menghadapi apapun yang datang.
Dari kabut itu, muncul sosok berjubah hitam. Tubuhnya tinggi, wajahnya tersembunyi di balik topeng perak. Aura gelap yang keluar darinya begitu menekan, bahkan lebih berat daripada naga bayangan yang baru saja mereka hadapi.
“Sudah lama aku menunggu kalian,” suara sosok itu dalam dan bergema, seolah berasal dari banyak mulut sekaligus.
Shen menatap tajam. “Siapa kau?”
Sosok itu tertawa pelan, lalu mengangkat tangannya. Kabut di sekeliling langsung berputar, membentuk pusaran hitam. Dari pusaran itu, muncul bayangan-bayangan kecil berbentuk iblis, mata mereka merah menyala, gigi tajam berlumuran darah. Jumlah mereka puluhan, bahkan ratusan.
“Aku adalah Bayangan Lama,” jawabnya akhirnya. “Aku yang pertama kali dikurung oleh Naga Cahaya, karena aku menolak tunduk pada terang. Dan sekarang, berkat kekuatan yang kalian bangkitkan, aku bisa kembali.”
Lin Feng memaki pelan. “Jadi naga itu bukan hanya ujian… dia juga segel untuk makhluk ini.”
Bayangan Lama mengangguk pelan, seolah menikmati rasa kaget mereka. “Benar sekali. Tidurnya naga menjaga agar aku terpenjara. Tapi kebodohan kalian… membangunkannya… membuka jalan untukku.”
Shen menggertakkan gigi. “Kalau begitu, kami akan mengurungmu kembali.”
Tawa gelap menggema. “Kalian? Dua manusia lemah? Bahkan dengan pedang itu, kalian bukan tandinganku.”
Bayangan-bayangan iblis meraung serempak, lalu menyerbu. Shen maju ke depan, pedangnya bersinar terang, menebas satu per satu bayangan yang mendekat. Setiap ayunan pedangnya melepaskan cahaya yang memecah kabut, membuat bayangan hancur menjadi abu.
Lin Feng berputar dengan tombaknya, menusuk tiga iblis sekaligus, lalu menghantam tanah sehingga gelombang energi menyapu musuh. Namun meski banyak yang hancur, semakin banyak bayangan muncul dari kabut.
“Tidak ada habisnya!” teriak Lin Feng.
Shen menahan napas, lalu menutup mata sejenak. Ia bisa merasakan pedang di tangannya bergetar, seolah ingin melepaskan kekuatan yang lebih besar. Saat ia membuka mata, cahaya di pedang itu semakin menyilaukan.
Ia melompat tinggi, lalu menebaskan pedangnya ke tanah. Cahaya naga memancar, membentuk gelombang perak yang menyapu puluhan bayangan sekaligus, membuat kabut di sekitarnya terbelah.
Lin Feng terhuyung ke belakang, matanya terbelalak. “Itu… kekuatan naga…”
Namun sebelum mereka bisa bernapas lega, Bayangan Lama menggerakkan tangannya. Kabut di sekeliling mereka mengental, lalu membentuk tangan raksasa hitam yang menampar mereka berdua hingga terpental jauh.
Shen menghantam pohon besar, dadanya terasa nyeri. Lin Feng jatuh berguling, tombaknya hampir terlepas dari genggaman.
Suara Bayangan Lama bergema. “Kekuatan naga itu tidak akan cukup. Cahaya yang kalian miliki hanyalah percikan kecil. Aku adalah kegelapan yang bahkan naga pun tak bisa musnahkan.”
Shen memaksa berdiri, darah menetes dari bibirnya. “Kalau begitu, aku akan menjadi percikan yang menyalakan api.”
Ia melangkah maju lagi, meski tubuhnya gemetar. Pedang di tangannya bergetar hebat, seolah merespons tekadnya.
Lin Feng berusaha bangkit, menancapkan tombaknya ke tanah agar tidak jatuh. “Shen… jangan sendirian. Kita berdua.”
Mereka berdua berdiri sejajar, meski tubuh penuh luka. Bayangan Lama menatap mereka, lalu mengangkat tangannya lagi. Kabut di sekeliling berubah menjadi naga hitam raksasa, tubuhnya meliuk, matanya merah menyala.
“Hadapi ini, dan buktikan bahwa kalian memang pantas hidup,” katanya dengan suara dingin.
Naga hitam itu meraung, lalu menyerbu.
---
Pertempuran pun kembali dimulai. Shen berlari ke depan, pedangnya bersinar terang, menebas kepala naga bayangan. Lin Feng melompat, menusuk dengan tombaknya ke arah sayap. Ledakan cahaya dan kegelapan menghancurkan tanah di sekeliling mereka, membuat hutan itu berubah menjadi medan perang.
Shen menyalurkan seluruh qi-nya ke pedang. Cahaya naga memancar, membentuk bayangan naga perak di belakangnya, yang ikut menyerang naga hitam itu. Kedua naga, cahaya dan kegelapan, saling menerjang, suaranya mengguncang bumi.
Lin Feng berusaha menahan serangan sayap naga, tombaknya memancarkan cahaya merah dari darahnya sendiri yang ia alirkan ke senjata. Dengan itu, ia berhasil menusuk lebih dalam, membuat naga hitam meraung marah.
Namun Bayangan Lama hanya tertawa. “Kalian masih terlalu kecil untuk menantangku.”
Ia menggerakkan tangannya, dan naga hitam itu memecah diri menjadi tiga, mengelilingi mereka.
Shen dan Lin Feng saling berpandangan, lalu mengangguk. Mereka tahu, pertempuran ini tidak hanya soal kekuatan. Ini adalah soal tekad.
---
Pertarungan berlangsung sengit, dengan cahaya dan kegelapan terus bertabrakan. Hutan di sekitar mereka hancur, tanah retak, udara penuh dengan debu bercahaya. Shen terus menebas, tubuhnya dipenuhi luka, namun matanya tidak pernah redup. Lin Feng menahan semua serangan dengan tubuhnya, darah mengalir, tapi senyumnya tetap ada.
Akhirnya, Shen berhasil menemukan momen. Ia menyalurkan seluruh qi ke pedang, membuatnya bersinar bagai matahari. Lin Feng menusuk naga hitam dari bawah, membuatnya terhenti sesaat. Shen melompat tinggi, lalu menebas lurus ke inti naga.
Ledakan besar terjadi. Cahaya menyebar ke seluruh hutan, membuat kabut lenyap seketika. Teriakan Bayangan Lama bergema, penuh kemarahan.
Saat cahaya mereda, naga hitam itu hancur. Shen jatuh tersungkur, tubuhnya hampir tak mampu bergerak. Lin Feng roboh di sampingnya, wajahnya pucat.
Namun Bayangan Lama masih berdiri, meski tubuhnya tampak retak, aura kegelapan di sekitarnya berkurang. Ia menatap mereka dengan mata merah menyala.
“Kalian kuat… tapi ini baru permulaan. Aku akan kembali… dan saat itu, bahkan cahaya naga pun takkan mampu menahan kegelapan yang sesungguhnya.”
Dengan tawa yang menggema, sosok itu lenyap, bersama sisa kabutnya.
---
Keheningan turun. Hanya suara napas berat Shen dan Lin Feng yang terdengar. Shen mencoba berdiri, tapi lututnya gemetar. Lin Feng tertawa kecil, meski wajahnya penuh darah.
“Kita… masih hidup?” tanyanya lemah.
Shen mengangguk, lalu menatap pedangnya yang masih bersinar redup. “Ya. Tapi ancaman sebenarnya baru saja dimulai.”
Mereka berdua saling menatap, lalu tersenyum tipis. Meski tubuh mereka penuh luka, semangat mereka tetap menyala.
Karena kini mereka tahu, perjalanan mereka baru saja memasuki babak paling gelap.