“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6.
DDDEEEEEERRRR
JEGLEEEKK
Yayuk dan Mbah Seno menoleh ke arah pintu rumah yang tertutup rapat karena terkena tiupan angin yang keras.
“Angin kencang sekali..” gumam Mbah Seno lalu dia memunguti rumput rumput yang berhamburan.
“Iya Mbah mungkin masa pancaroba Mbah. Sudah mau mulai musim kemarau.” Ucap Yayuk.
Yayuk mengambil sapu lalu menyapu lantai teras, membersihkan dari daun daun dan rumput rumput yang terbawa oleh angin.
“Musim sudah tidak jelas Bu, sekarang sudah bulan Juni tapi masih sering ada hujan deras.” Ucap Mbah Seno
“Yatmi itu siapa, Mbah ?” tanya Yayuk lagi karena masih penasaran.
Mbah Seno masih sibuk mengumpulkan rumput rumput, tampak dia masih takut untuk menjawab pertanyaan Yayuk.
“Yatmi orang mana Mbah?” tanya Yayuk sekali lagi.
Mbah Seno tampak menoleh ke arah Yayuk yang masih menatap dirinya menunggu jawaban.
“Orang dekat sini saja Bu. Kasihan anak itu.. “ ucap Mbah Seno.
Ekspresi wajah mbah Seno tampak sedih tetapi juga tampak takut. Namun belum juga dia melanjutkan ceritanya. Sekarang terdengar suara motor yang dikendarai oleh Respati, terus melaju ke arah rumah itu.
Mbah Seno dan Yayuk menoleh ke arah motor yang dikendarai oleh Respati.
“Halah Bu, itu pohon duwet kalau ada angin ranting rantingnya sampai melengkung mentiyung benar benar menghalangi jalan.. Terus piye itu kalau tidak boleh dipangkas..” ucap Respati saat sudah menghentikan motor di depan rumah.
Yayuk kini menunda mencari informasi tentang Yatmi karena tahu suaminya penakut.
“Nanti kita cari cara Pak.” Ucap Yayuk lalu melangkah dan membuka pintu.
“Cara apa Bu? Apa ditebang pakai mesin saja Bu.. Mesin kan bukan orang Bu.. Tidak akan sakit mesinnya.” Ucap Respati sambil melangkah dari motor yang sudah diparkirnya.
Mbah Seno yang mendengar ucapan Respati langsung menoleh ke arah Respati.
“Pak, jangan! Itu pernah juga dilakukan oleh Pak Mandor yang dulu kerja di sini. Mesin tebang tiba tiba rusak Pak. Pak Mandor juga malamnya sakit. Orang yang mau menebang pakai mesin juga sakit.” Ucap Mbah Seno dengan serius.
“Wah kok horor begitu ya..” ucap Respati dan juga ikut masuk ke dalam rumah.
Di pojok ruang depan rumah itu, ada sebuah lemari besi yang terkunci. Yayuk mendapat informasi dari Pak Duta kalau di dalam lemari besi itu ada arsip arsip penting. Bahkan masih ada uang cash di dalamnya.
Yayuk mengambil tas ranselnya. Dia mengambil kunci lemari besi itu. Kunci itu dia dapat langsung dari Pak Duta saat tanda tangan kontrak kerja dulu.
“Bu, pakai cara apa?” tanya Respati sambil menatap ke arah Yayuk yang membuka lemari besi itu.
“Nanti aku pikir dulu Pak. Aku lihat arsip arsip proyek ini dulu. Aku akan lihat perencanaannya dulu seperti apa. Juga data karyawan yang dulu bekerja di sini. Kata Pak Duta beberapa orang ada nomor hand phone nya siapa tahu masih mau bekerja lagi di sini.” Ucap Yayuk sambil mengambil arsip arsip di dalam lemari besi itu.
“Iya Bu, apa dilakukan pengajian Bu biar penunggu pohon duwet itu pergi. Katanya kalau dilakukan doa doa makluk makluk yang tidak tampak itu akan kepanasan dan pergi.” Ucap Respati memberi usul.
“Iya Pak. Sekarang tolong buatkan kopi ya.. kopi yang dibuatkan Mbah Surti kurang nendang Pak..” ucap Yayuk menoleh ke arah suaminya tidak lupa sambil tersenyum manis.
“Iya Bu, aku tahu kamu kalau belum minum kopi buatanku, masih ada sesuatu yang kurang dalam hidup mu.” Ucap Respati lalu melangkah menuju kamar untuk mengambil kopi dan gula yang sudah dia bawa.
Tidak lama kemudian, Respati sudah keluar dari kamar, dia membawa alat pemanas air dan perlengkapan untuk membuat kopi. Mereka berdua sudah membawa bekal untuk persediaan dalam kondisi darurat. Listrik di rumah itu masih aktif dan Pak Kadus sudah disuruh untuk mengisi tokennya.
Sementara Respati sedang mencolokkan kabel pemanas air. Yayuk duduk di kursi sambil membuka lembar lembar kertas arsip arsip.
Yayuk pertama kali membuka data karyawan yang dulu mengerjakan proyek itu. Dia memang masih berpikir untuk mencari karyawan karyawan yang mau bekerja di proyek itu.
“Wah Bu kok mati ini alat pemanas airnya. Padalah kemarin bisa.” Ucap Respati saat alat pemanas air tidak menyala saat dicolokkan pada stop kontak listrik.
“Coba cek lampu nyala tidak Pak. Kalau lampu nyala mungkin alat pemanas rusak di dalam perjalanan.” Ucap Yayuk sambil menatap suaminya..
Saat Respati menekan tombol saklar listrik, lampu di ruang depan itu bisa menyala.
“Bisa nyala Bu, benar alatnya yang rusak. Aku rebus air di dapur saja.. Kata Pak Kadus alat alat di dapur sudah disiapkan.” Ucap Respati lalu melangkah menuju ke dapur.
Yayuk pun kembali melanjutkan membaca arsip arsip.
“Benar ada beberapa yang ada nomor hand phone nya. Coba aku kirim chat ke mereka. Aku tawarkan lagi untuk bekerja di sini.. “ gumam Yayuk di dalam hati lalu dia mengusap usap layar hand phone.
Yayuk mengetik pesan teks chat lalu dikirim pada karyawan karyawan yang dulu bekerja di proyek itu.. Ada yang langsung terkirim centang dua, tapi ada juga yang tidak. Mungkin nomor sudah tidak aktif..
Yayuk terus membuka buka lembar lembar kertas data karyawan. Dia terus mengirim pesan chat penawaran bekerja lagi di proyek itu, pada nomor hand phone karyawan yang ada.
Di saat Yayuk membaca lembar kertas terakhir. Kedua mata Yayuk melotot, jantung berdebar debar saat membaca sebaris deretan huruf..
“YATMI.”
Bulu kuduk Yayuk meremang saat membaca tulisan nama itu..
“Yatmi, ada nama Yatmi di data karyawan. Ini Yatmi yang dimaksud Mbah Seno tadi bukan ya.”
“Kalau benar dia, kenapa dia gantung diri di pohon duwet itu.” Gumam Yayuk di dalam hati lagi.
Yayuk terus membaca data data tentang Yatmi yang ada di kertas arsip itu.
“Benar dia orang dusun Argo Pura, orang sini saja seperti yang dikatakan oleh Mbah Seno.. “ gumam Yayuk sambil terus membaca.
“Ada nomor hand phone nya juga. Coba aku cek masih aktif tidak.” Ucap Yayuk yang juga mengirim pesan chat ke nomor hand phone Yatmi.
Jantung Yayuk semakin berdebar debar kencang saat chat yang dia kirim hanya centang satu. Yayuk memperkirakan nomor hand phone Yatmi sudah tidak aktif. Dan perkiraan Yayuk, Yatmi itu yang dimaksud oleh Mbah Seno tadi.
“Tapi dia bekerja di sini cuma dua minggu saja. Padalah proyek ini dulu kata Pak Duta sudah berjalan enam bulan lebih.” Gumam Yayuk tampak masih berpikir pikir.
“Apa dia gantung diri saat masih ...” gumam Yayuk tidak berlanjut karena dia mendengar suara teriakan suaminya dari arah belakang.
“Bu.. Tolong Bu...Tolong..”
Yayuk pun cepat cepat bangkit dari duduknya. Dia melangkah dengan cepat menuju ke dapur.
Akan tetapi saat Yayuk berdiri di depan dapur, tidak ada sosok suaminya. Yayuk melihat di atas meja di dekat kompor gas yang sudah padam. Ada dua gelas kopi hitam.
ini yayuk is the best yaaa
lanjt yuk biar semua terungkap
dann ohhh whattr.. blnjane jlimiet
wissss jannn tliti amat apa sih yg mau di jlimetin palg harga cabe naik lagi g jd harga tomat melambung g jadi
harga kacang panjang melambung ambil lain lagi 🤣🤣🤣🤣🤦