NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deketin

Hari libur tanpa ada waktu bersantai dengan tubuh yang lemas dan kepala yang pusing. Membutuhkan waktu istirahat, tapi tidak ada waktu untuk hal itu. Theresia memeras pakaian sebelum ia jemur dengan mengusap keringat yang membanjiri sisi wajahnya.

“Tumben nggak keluar? Malas ngelawan?” tanya Linsi yang duduk santai di tepi kolam ikan dengan menyeruput esnya.

Theresia tidak menjawab, gadis itu hanya fokus pada pekerjaannya supaya cepat selesai dan merebahkan tubuhnya agar istirahat.

Hari baru saja memasuki waktu siang dan masih harus mengepel untuk pekerjaan terakhirnya.

Ponselnya yang bergetar cukup lama di atas laci membuat Theresia menghentikan kegiatannya dan melihat layar ponselnya yang menampilkan sebuah panggilan suara dari nama Bhaskar.

“Apa?”

“Gua mau ajak lo keluar, mau nggak?”

Gadis itu menimbang-nimbang ajakan Bhaskar yang cukup menggiurkan tetapi kondisi tubuhnya tidak sedang mendukung. “Nggak bisa, badan gua nggak enak.”

“Ohh, ya udah, istirahat yang cukup dan jangan ngelakuin hal berat biar seger nanti gua lihatnya,” kata Bhaskar.

“Iyain, udah ya? Gua tutup dulu.”

“Oke.”

“Ohh.... sekarang udah bener-bener punya temen ya?” Theresia menoleh ke belakang yang terdapat Mamanya sedang memakan kacang.

“Bukan siapa-siapa,” balas Theresia sembari kembali ke pekerjaannya untuk mengepel lantai.

Selepas mengepel, Theresia merebahkan tubuhnya ke kasur kesayangannya dengan menghembuskan napas lega. Tetapi ia belum membersihkan kakinya terlebih dahulu.

Gadis itu pun ke kamar mandi untuk membersihkan kedua kakinya. Namun kepalanya tiba-tiba terasa berat dengan rasa pusing yang kian melanda. Lalu Theresia tergeletak begitu saja di lantai sebelum ia keluar dari kamar mandi.

...••••...

Theresia mengerjapkan matanya melihat sekeliling yang ternyata masih di kamarnya. Ia melirik Linsi yang berada di samping kasur sedang menatapnya dengan tatapan sinis.

“Capek gitu aja pingsan, alay.”

“Ngapain lo di sini?” tanya Theresia.

“Tadi gua mau minta beliin es krim, tapi lo nggak ada di bawah, jadi gua cariin ke sini. Ternyata malah tidur di kamar mandi. Lagi akting? Tapi lo kurang pro kalau akting.”

“Gua nggak akting, daripada lo di sini cuman mau bikin gua naik darah, mending keluar,” titah Theresia.

“Oke, tapi jangan bikin repot orang rumah sama kondisi lo.” Linsi beranjak dari duduknya dan membuka kunci pintu kamar Theresia yang sengaja ia kunci dari dalam agar tidak ada orang yang masuk lalu mengetahui keadaan gadis itu.

Menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya yang berada di atas kaki yang di, gadis itu menghela napas panjang melihat kondisinya. Ia keluar tidak ada tujuan, di dalam rumah justru akan menyiksanya.

Ia beranjak dari tempat tidurnya untuk ke dapur karena perutnya lapar. Melihat Linsi dan kedua orang tuanya sedang di depan televisi menonton tayangan. Mood Theresia untuk makan seolah-olah hilang saat mereka tertawa dengan keras.

Gadis itu akhirnya bukan ke dapur, melainkan ke teras depan rumah. Siang hari yang mendung ditemani kesepian dan beban yang selalu berada di sisinya. Theresia melihat ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya dengan seseorang yang keluar mengenakan pakaian serba hitam serta masker hitam dan kacamata yang terlihat tidak asing.

Orang tersebut melambai-lambaikan tangannya ke arah Theresia agar menghampirinya. Gadis itu pun benar-benar menghampiri dan terkejut saat masker hitam itu dibuka oleh orang tersebut.

“Ngapain lo di sini? Gua udah bilang kalau nggak enak badan, jadi nggak bisa keluar.” Theresia menoleh ke belakang dengan waswas karena takut orang rumahnya melihat ada Bhaskar.

“Gua pake mobil, jadi lo aman di dalam. Lagian lo juga kesepian di rumah terus, kan? Ayo ikut gua, gua bawa ke tempat yang bisa melepaskan isi hati dan pikiran lo,” ajak Bhaskar dengan tersenyum tipis.

Theresia diam sejenak dan menjawab, “Tunggu.”

Bhaskar tersenyum penuh kemenangan mendengar jawaban Theresia. Ia kira gadis itu akan menolak ajakannya, tetapi menerima dengan begitu antusias.

Theresia sebelumnya juga berkata jika tidak enak badan, tetapi kini kondisi gadis itu berubah. Padahal, setelah pingsan di kamar mandi membuat tubuhnya semakin dirasa berat dan letih. Namun saat ada Bhaskar, ia berubah pikiran dan menyisihkan apa yang ia rasa.

Jika Theresia memilih untuk tetap di rumah, itu akan membuatnya semakin tertekan dan hanya mengurung diri di dalam kamarnya, jadi ia akan mengikuti ajakan Bhaskar saja.

Kini gadis itu berbalik untuk berganti dan menyiapkan dirinya dengan wajah seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Jika orang rumah tahu ia akan keluar, maka Theresia akan dikurung di dalam kamar.

Setelah berganti, gadis itu sengaja lewat tangga belakang agar tidak melewati ruang tengah yang terdapat Linsi dan kedua orang tuanya. Ia mengendap-endap supaya tidak menimbulkan suara dari sepatunya.

Namun Theresia tidak melihat langkahnya, ia hanya waswas melihat kaca tembus pandang yang mengarah ke ruang tengah dengan membulatkan matanya melihat kakinya yang menginjak sebuah botol. Orang-orang yang berada di balik kaca itu pun menoleh dan terkejut melihat penampilan Theresia yang tidak mengenakkan baju rumahan.

Linsi langsung memasang wajah garang yang membuat Theresia berlari menuju gerbang depan dan buru-buru menyuruh Bhaskar untuk menjalankan mobilnya.

“Buruan-buruan, sebelum gua nggak boleh keluar.” Theresia menarik tangan Bhaskar agar laki-laki itu juga bergegas.

Bhaskar yang tadinya bersandar pada mobil dengan santai menunggu Theresia langsung terkejut dengan gadis itu yang tiba-tiba menyuruhnya cepat-cepat. Tetapi ia juga tetap melakukan apa yang Theresia minta.

Mobil berjalan saat Linsi dan kedua orang tuanya sampai di gerbang depan. Gadis itu mencak-mencak sebab kesal dan menganggap Theresia lebih beruntung daripada dirinya.

“Itu tadi siapa?” tanya Mama.

“Kayaknya Bhaskar, ponakan dari kepala sekolah,” jawab Linsi.

“Tuh, kan, dia tajir. Mobilnya aja mobil konvertibel. Biarlah, There yang sama dia kalau cowok itu maunya sama There, kita bisa manfaatin itu, kan?” Busuk memang ide Papa, tetapi apa pun itu selalu disetujui pendapat laki-laki tersebut.

"Iya kalau mereka jadi, kalau enggak?" Linsi menatap Papanya yang tidak menjawab.

Di sisi lain, Theresia menghela napas lega dan menyandarkan punggungnya ke sandaran. “Btw, kita mau ke mana?”

Bhaskar tersenyum tipis dengan melirik Theresia. “Nanti lo juga tahu.”

Diam di perjalanan hingga mobil memasuki sebuah jalanan yang penuh dengan pepohonan di sisi jalanan. Theresia menarik nafasnya dalam-dalam menikmati udara dari alam yang menenangkan. Siang yang tadinya mendung kini berganti dengan cerah di atas. Entahlah, terkadang cuaca juga mengikuti kondisi hati.

Alam yang hijau membuat Theresia tenang. Sementara Bhaskar juga senang melihat reaksi gadis itu suka dengan tempat yang ia pilih. Ia memberhentikan mobilnya membelakangi hamparan laut luas di sana.

“Udah sampai,” kata Bhaskar.

Laki-laki itu mengambil tikar dan dua tas yang lumayan besar. Theresia pun membantu Bhaskar dengan meraih tas tersebut. “Ini apa? Kita piknik?”

“Anggap aja kayak gitu,” jawab Bhaskar.

Ternyata isi kedua tas tersebut adalah makanan berat dan beberapa camilan yang Bhaskar bawa. Laki-laki itu tampak benar-benar niat menyiapkan piknik ini. Theresia juga kagum dengan usaha Bhaskar yang ingin menyenangkannya.

“Lo nyiapin ini buat gua? Padahal gua bilang jangan deketin gua.”

Bhaskar yang membuka tikar langsung melirik Theresia. “Gua nggak menerima ucapan yang mengharuskan gua jauhin elo, dan gua juga bakal tetep berusaha buat jagain lo. Emang lo suka di rumah terus? Sementara lo nggak suka di dalam rumah itu."

“Makasih buat ini, dan maaf kalau kata-kata gua jelek sebelumnya. Kalau soal gua di rumah, ya mau nggak mau harus tetap di sana juga, kan?”

Bhaskar tersenyum tipis dan menarik tangan Theresia untuk duduk di tikar tersebut. “It’s okay, tapi kalau ada apa-apa juga lo boleh hubungin gua biar nggak jenuh.”

Theresia meletakkan kedua tas tersebut di tengah tikar. “Tapi kalau dipikir-pikir lagi, bukannya lo terlalu berlebihan? Lo bukan hanya deketin gua di sekolah, tapi di luar sekolah juga.”

“Karena gua mau terus deket sama lo.”

“Kenapa lo sekeras itu deketin gua?” Theresia menatap Bhaskar dengan tatapan keingintahuan yang besar.

“Gua minta maaf dulu sebelumnya, karena gua awalnya deketin lo karena lo mirip sama Leta. Tapi lama-lama gua juga sadar kalau dia udah nggak ada, dan ini elo, Theresia, bukan Leta yang ada di masa lalu gua. Gua juga udah yakin sama diri gua sendiri kalau nggak mau mikirin dia lagi.”

“Mending lo berdamai sama masa lalu lo kalau mau bahagia dan nggak lagi mikirin hal itu. Semakin lo berusaha ngelupain masa lalu, justru itu yang membuat lo terus teringat. Jadi, niat lo sekarang deketin gua buat apa?”

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!