Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Arlena - Calista 3
...~°Happy Reading°~...
Calista tergerak hati untuk mengingatkan Arlena. "Untuk sekarang ini, kau ngga usah pikirkan perubahan sikapnya. Pegang kuat bayi ini, jangan lepaskan dia." Calista kembali memegang perut Arlena setelah mengaitkan perubahan Dominus dengan penolakan terhadap calon bayi.
"Iya, Cal... Dia jadi penghiburanku saat ini." Arlena ikut mengelus perutnya.
"Ar, kau ingat kutipan yang pernah dikatakan Papamu?" Arlena melihat Calista. "Kepalaku penuh dan banyak yang dikatakan Papa, Cal... Jadi aku ngga tahu yang mana kau maksudkan."
"Papamu ingatkan, saat butikku mulai terkenal dan dikunjungi banyak orang terkenal."
"Setiap orang yang berada di puncak gunung, lebih gampang kena terpaan angin atau badai." Calista ingatkan. "Oh, itu. Iya, Cal."
"Itu seperti kalian sekarang ini. Kalian sekarang sedang berada di puncak kesuksesan. Akan ada berbagai jenis angin yang bisa menerpa." Calista jadi mengaitkan dengan persoalan Arlena.
"Ada banyak mata yang melihat dan mendekati kalian dengan berbagai motivasi. Kalau tidak hati-hati, sangat mudah terlempar lagi ke kaki gunung. Kalau sudah begitu, akan sulit untuk menanjak lagi, karena tenaga sudah berkurang." Calista berkata serius.
Calista merasa janggal dengan sikap Dominus yang tiba-tiba tidak mau terima bayi yang dia rencanakan sendiri.
"Sepertinya Dom sedang diterpa angin lupa diri. Kalau dia ngga cepat sadar dan berpegang padamu, dia akan terjungkal tanpa daya dan gaya." Calista berkata setelah mengaitkan situasi Arlena dan Dominus.
Calista bukan saja sedang menghibur sahabatnya. Tapi dia tahu, kesuksesan Dominus karena Arlena yang menggunakan kepintaran dan kreativitasnya untuk mengebangkan usaha mereka.
"Aku mengerti maksudmu, Cal. Aku juga akan pegang bayi ini dengan seluruh kekuatanku." Arlena bernafas lega dan bersyukur sudah datang menemui Calista. Sehingga dia tidak membuat keputusan yang gegabah dan akan disesali seumur hidupnya.
"Ar, kalau ada apa-apa, bicarakan denganku dulu, ya. Jangan ambil keputusan sendiri." Calista tetap masih khawatir dengan kondisi Arlena, sebab selama bersama Dominus, baru pernah Arlena sangat kacau dan kehilangan rasa percaya dirinya.
"Iya, Cal... Hanya kau yang bisa aku ajak bicara." Arlena mengakui, sebab dia tidak bisa membicarakan persoalan rumah tangganya dengan sembarang orang. Termasuk keluarganya, sebab akan ribut dan makin ruwet.
"Ok. Sekarang kau mau makan apa? Aku akan pesan buatmu." Calista merasa lega melihat perubahan wajah dan semangat Arlena.
"Aku ngga ingin makan apa pun. Tolong pesankan saja, aku akan berusaha makan." Arlena berkata sambil mengelus perutnya.
~*
Setelah makan siang, Arlena masih duduk di ruang kerja Calista untuk menenangkan diri. "Kau banyak kerja hari ini?" Arlena merasa lebih baik dan pikirannya mulai jernih. Dia ingin mendengar saran sahabatnya.
"Kerjaan ada saja, tiap hari. Sekarang butik lumayan ramai. Nanti setelah persoalanmu agak redah, kita bicarakan."
"Oh, iya, sebelum kau pulang dan aku lupa, aku mau ingatkan. Sukses bisnisnya Dominus, adalah karna dukunganmu. Tanpamu, dia tidak bisa seperti sekarang. Kau rela mencurahkan kemampuanmu untuk membantunya. Semua client dan partner bisnis yang mau kerja sama, karena percaya pada kemampuanmu. Jadi jangan berkecil hati." Arlena mengangguk lalu memeluk Calisata.
Setelah lama berpikir, Calista jadi curiga dengan perubahan sikap Dominus. Tiba-tiba menolak bayi yang dikandung Arlena. "Apa pun sikap Dom, jangan jadikan beban pikiran. Hati boleh sakit, tapi akal jangan ikut sakit. Bayi yang ada dalam kandunganmu adalah darah dagingmu."
"Dom bisa dengan mudah menolak atau tidak terima dia, karna bukan darah dagingnya. Dia tidak ada hubungan dengannya."
"Tapi detak jantungmu, adalah hidup bayi ini. Jadi utamakan dia dalam semua keputusanmu." Calista terus mengatakan apa yang terlintas di pikirannya, saat Arlena memeluknya.
"Makasih, Cal... Aku ngga pernah pikirkan itu saat Dom memutuskan punya anak dengan cara terima donor. Makasih..." Arlena memeluk erat Calista sambil menangis terharu.
"Semangat, Ar. Ingatlah...! Semangat yang patah mengeringkan tulang. Kau mengerti apa jadinya, kalau tulang kering?" Arlena mengangguk kuat, lalu melepaskan pelukannya.
"Cukup menangisnya. Berjuanglah buat buah hati dan darah dagingmu yang akan menyapamu beberapa bulan lagi." Calista mengusap punggung Arlena yang sedang mengambil tissu untuk mengeringkan air mata.
"Iya, Cal... Makasih... Jangan bosan kalau nanti aku mungkin akan berkeluh kesah. Karna semua ini tidak pernah aku pikirkan. Aku tidak menyangka Dom akan berubah."
"Karna kau ingatkan lagi tentang perubahannya, aku ingatkan. Tidak mungkin seseorang berubah tanpa sebab. Pasti ada alasan atau penyebab dia berubah." Calista tidak mau merinci secara detail, karena dia tahu Arlena wanita cerdas, akan mengerti maksudnya.
"Kapan saja, mau telpon atau datang, silahkan. Ini tempatmu." Calista mengelus perlahan lengan Arlena. Dia bisa merasakan hati dan pikiran Arlena yang bingung dan panik, karena dia baru pernah lihat Arlena begitu terguncang.
"Iya. Makasih. Aku pamit. Nanti kau ngga bisa kerja." Arlena menepuk lengan Calista dengan perasaan yang berbeda.
"Ok, Ar. Makasih ole-olenya." Calista ikut berdiri dan menunjuk ke ole-ole yang diletakan Arlena di atas meja. "Kuatin Mommymu, ya..." Calista mengelus perut Arlena, mengajak bicara bayi yang sedang ada di perut Arlena.
"Iya, Aunty cantik. Kami pamit..." Arlena jadi bersikap, seakan bayi yang ada di perutnya membalas kasih sayang Calista. "Makasih, Cal." Arlena memeluk Calista sebelum berpisah.
Arlena memakai kacamata hitam, lalu berjalan keluar ruangan bersama Calista. "Oh, iya. Om dan Tante sudah tahu, kalau kau sudah hamil?" Calista tiba-tiba teringat pada orang tua Arlena.
"Belum, Cal... Aku berencana mau ke Semarang buat kasih surprise bersama Dom. Tapi kondisi seperti ini, jangan bilang buat mereka dulu, ya." Arlena memegang lengan Calista, berharap pengertiannya.
"Ok. Hati-hati di jalan. Kalau sudah tiba di rumah, kabari." Calista memeluk Arlena sebelum masuk ke mobil.
"Thanks... By." Arlena melepaskan pelukan lalu masuk ke mobil sebelum dia kembali menangis. Dia hanya menurunkan kaca lalu mengangkat tangan ke Calista yang masih berdiri dan melambaikan tangan ke arahnya.
"Pak, kita mampir di tokoh buah segar dan swalayan, ya. Ada yang mau saya beli." Arlena jadi ingat, dia perlu susu dan buah-buahan segar. "Baik, Bu."
~*
Beberapa waktu kemudian, menjelang senja, Arlena tiba di rumah. "Tari, tolong bersihkan dan simpan semua yang di mobil." Ucap Arlena kepada kepala pelayan yang sudah menunggunya pulang.
"Iya, Bu. Ibu mau makan malam apa?"
"Apa yang ada di rumah saja. Saya mau istirahat sebentar." Arlena langsung naik ke kamar tanpa bertanya apa pun.
'Sayang, bantu Mommy, ya. Maaf, kau sudah harus alami situasi seperti ini, di awal usiamu.' Arlena berbicara sambil mengelus perutnya.
Dia langsung isi bathtub dengan air hangat, lalu menyiapkan baju yang nyaman. Dia ingin menyegarkan tubuh agar bisa berpikir jernih.
Semua yang dikatakan Calista mengingatkan dia agar tetap waras, supaya bisa tahu penyebab perubahan Dominus.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
Selina" dah nikmati dlu yang sekarang NNT kalau udah ada karma nyesel kau
gemes aku up Thor 😭
nggak sabar baca epsd selanjutnya up lagi kak