"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra yang masih berbalut selimut, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK! "Kamu!" "Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu?" "Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!" "Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!" "Yakin?" "Yakinlah!" "Terus semalam yang minta lagi siapa?" "Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Andri memukul stir mobil dengan keras. Seakan bunyi Bum-Bum pukulan yang Ia layangkan pada kemudi dihadapannya adalah luapan emosi yang belum sepenuhnya Ia lepaskan atas kemarahan yang tertahan.
Menumpahkan kekesalannya dengan berteriak. Rasanya tak terima. Bundanya seolah tak mengerti kalau apa yang sekarang terjadi adalah sepenuhnya salah dirinya. Tak Adil. Begitulah yang ada dalam pikiran Andri.
Tiada tempat lain yang menjadi pelarian Andri selain Club. Hingar bingar musik dan alkohol seolah penawaran dari segala kisruh dalam kepala Andri.
Dengan mata mengedar sekitar, Andri tersenyum sesuai pesanannya kepada Si Pemilik Club, Andri sudah biasa datang bahkan tak segan banyak membuang uangnya untuk mendapatkan minuman yang mampu membuatnya terbang melayang dan Perempuan yang siap menemani nya.
"Biasa Boss?" Tanya seorang Bartender yang sudah hapal dengan Andri.
"Yoi! Kasih Gue yang paling mahal dan bikin melayang Jon!"
"Siap!"
Tak butuh waktu lama Andri mendapatkan Air Neraka yang siap mengajaknya menikmati kenikmatan semu.
Hentakan musik keras dengan gemerlap lampu seakan menjadi pelarian terbaik yang Andri tahu.
Selama ini toh tak ada yang benar-benar memahaminya.
Andri tumbuh dengan luka yang tak pernah berhasil sembuh dengan baik.
Dalam keadaan mulai tipsy di kepala Andri terlintas bayangan masa-masa broken home dirinya.
Andri, dengan masa kanak-kanak yang terpapar dengan kekerasan dan tak jarang melihat sesuai yang tak sepantasnya Ia saksikan diusia saat itu.
Dalam lamunannya, Andri melihat seorang Perempuan sedang mabuk sambil meracau.
"Anj!ng! Lo Vano! Gue benci Lo! Lo juga, Perempuan Gatel! Kampung! Bisa-bisanya Lo rebut Vano dari Gue! Vano itu, milik Gue B@ngke!"
Andri sudah mulai sempoyongan, namun masih bisa menangkap jelas setiap umpatan yang terlontar dari Si Perempuan yang samar-samar sedikit ia kenali tapi dimana pernah melihatnya.
Andri perlahan melangkah menuju kursi bar yang ia duduki, dengan mata mulai sayu Andri menyapa, "Hai manis, kenapa? Marah-marah aja. Disini tuh waktunya have fun! Jangan marah-marah."
"Hehehe. Lo gak usah atur-atur Gue, Gue lagi patah hati! Lo tahu, cowok yang dulunya cinta mati sama Gue, sekarang udah kawin sama cewek Kampung! Cih, benci Gue ingetnya!" Teriak Si Perempuan dengan tak sadar sambil terus mengumpat.
"Dah, Lo gak sendiri. Disini emang tempat buat Kita lupain masalah-masalah Kita. Lo cantik! Dah Kita seneng-seneng disini ya."
Dua orang Mabuk saling berbicara meski kadang nyambung kadang tidak tapi keduanya kompak sama-sama sedang terluka.
"Wah! Si Boss sama Si Nona udah teler!"
"Dah! Satuin aja! Palingan udah deal!"
*
Sementara di Apartemen Revano, Sandra kembali bersiap istirahat.
Mereka sudah sepakat untuk berbagi jadwal tidur. Dan malam ini, Sandra kebagian tidur di kasur sedangkan dengan berat hati Revano Sang Pemilik ranjang dibuat Sandra tidur di lantai beralaskan kasur lipat dengan bedcover.
"Sejak kapan pemilik malah dijajah!" Meski sudah deal tapi saat akan menjalaninya Revano ya kesel. Seumur-umur mana pernah Ia mau mengalah dengan orang lain.
"Gak usah banyak ngeluh! Sekali-kali Sultan jadi Rakyat Jelata!"
"San,"
Bukan Revano namanya kalau sedetik pun tak membuat Sandra jengkel.
"Em,"
"Kamu sudah telat?"
"Telat apa?"
"Ya telat itu."
"San,"
"Apa sih! Gue ngantuk Van!"
"Galak bener!"
"Ya besok kek nanyanya!"
Revano memilih diam, kemudian melirik ke atas ranjang dan rupanya Sandra sudah lelap tertidur.
Mata Revano tak mampu terpejam. Kedua tangan Ia gunakan untuk menyangga kepalanya.
Entah dimenit atau detik keberapa, perlahan Revano terpejam dengan lelap.
*
"Anj!ng! Siapa Lo B@ngsat!"
Sambil mengucek mata, dengan badan terasa sakit dipukuli Andri membuka mata.
Apa-apaan bangun tidur diamuk oleh Perempuan yang tak Ia kenal dan parahnya Mereka berada diranjang yang sama.
"Nomor rekening Lo ketik disini, nanti Gue transfer." Andri menyodorkan ponselnya pada si Perempuan.
"S@tan! Gue bukan Cewek Bookingan ya! LO! Kurang ajar! Lo siapa!"
"Lo juga siapa? Gue kayak pernah lihat? Apa Gue pernah pake Lo?"
"Gila! Lo Gila! Ciuh! Gue bukan perempuan begitu!"
"Ya terus, mau Lo apa?"
Andri perlahan memilih bangkit dari ranjang, sambil memijat kepalanya yang terasa pening.
"Cabul Lo!" Si Perempuan semakin emosi manakala Andri dengan santai bangkit meski dalam keadaan tanpa sehelai benang.
"Gue mau mandi. Lo kalo mau balik pastiin aja jangan sampe ada barang Lo yang ketinggalan." Andri tak mau pusing, heran. Biasanya cewek-cewek yang biasa ia booking setelah transfer beres. Ini disuruh ketik nomor rekening malah marah-marah.
Andri keluar kamar mandi, kini dengan handuk melingkar dipinggang sambil mengedarkan pandangan mencari keberadaan perempuan yang tadi bangun bersamanya.
Sejujurnya Andri ingat betul kejadian semalam. Tak ada niat Andri untuk make love bersama si Perempuan tapi siapa yang nolak disuguhkan barang bagus. Apalagi digoda sebegitu liarnya, mana nolak ya kan.
"Tumben, malah kabur!" Andri melihat, ponsel dan dompet miliknya utuh. Artinya si Perempuan benar-benar tak meminta bayaran apapun.
*
"Sial!"
"Kenapa Gue bisa ceroboh dan sebodoh itu."
"Semoga aja gak ada yang tahu semalam gue kemana dan berakhir gimana."
*
Revano bangun dengan badan sakit-sakit. Rasanya bagai dipukuli orang sekampung.
"Kemana Dia?" Revano mengeliat, meregangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, sebelum akhirnya bangkit dan membiarkan saja selimut dan kasur yang bekas Ia pakai dilantai.
Keluar kamar, Revano disambut aroma harum dan sedap.
Dapurnya jarang sekali digunakan tapi pagi ini, ada aroma lezat yang membuat perutnya berbunyi dan membawa langkahnya semakin mendekat menuju dapur.
Dari belakang Sandra tak sadar, Suaminya sudah bangun bahkan kini sedang bersandar di dinding memandanginya yang sedang memasak sambil bersenandung.
Kuajak kau melayang tinggi
Dan kuhempaskan ke bumi
Kumainkan sesuka hati
Lalu kau kutinggal pergi
Dan aku tertawa melihat kau luka
Kau terpuruk di kakiku
Revano bertepuk tangan. Sejujurnya sejak mendengar suara Sandra, Revano terkejut. Sandra memiliki suara yang bagus.
Sengaja membiarkan sampai Sandra selesai memasak dan siap berbalik bari Revano bertepuk tangan mengapresiasi.
"Astaga Dragon! Lo kayak setan tahu gak! Muncul tiba-tiba! Udah gak sabar jadi duda Lo!"
Sandra kembali ke model juteknya namun Revano menyambutnya dengan senyuman dan memilih duduk berhadapan di meja makan dengan Sandra.
"Suara Kamu bagus. Gak minat jadi penyanyi?"
Sandra tersenyum sinis, "Pas Lo makan masakan Gue, Lo nanti nyuruh Gue jadi Chef?"
Unik! Tapi Revano suka!
"Pede juga ya Lo sama masakan Lo! Oke. Gue coba"
Ya begitulah pasangan Suami Istri yang satu ini, kadang Aku Kamu kadang Lo Gue Tergantung Mood keduanya. TERSERAH!
"Silahkan coba! Kalo ketagihan Gue gak tanggung jawab!" Sandra mulai menikmati hasil masakannya.
Revano jarang memakai dapurnya jadi di lemari pendinginnya minim bahan makanan untuk diolah.
Dan saat Revano mengunyah Nasi Goreng buatan Sandra, Revano menatap Sandra yang asik saja menikmati Nasi goreng dipiringnya sambil main ponsel.
"Ini Nasi Goreng apa?" Kembali suapan ketiga yang masuk ke mulut Revano.
"Ini namanya Nasi Goreng Kunyit. Lo pasti baru coba kan?"
"Iya sih. Gue pikir ini Nasi Kuning tapi rasanya beda."
Sihir apa yang dimasukan Sandra dalam piringnya, Revano mana pernah makan berat saat sarapan, seringnya malah melewati sarapan. Tapi kini, tangannya seolah lihai sekali menyuapkan suap demi suap ke mulut dan enak.
"Emang Lo kenal Nasi Kuning? Kirain Sultan gak kenal makanan Rakyat." Ledek Sandra.
"Lo juga, kok anak seorang Armando bisa masak makanan begini, hebat!" Meski sedikit gengsi tapi Revano jujur harus mengakui Nasi Goreng buatan Sandra enak, cocok dilidahnya.
"Dah, gak usah berisik. Makan aja. Pamali makan sambil ngomong."
"Iya Bumali!"
"Ish! Gak Lucu!"
"Ya emang! Gue kan CEO bukan Komika!"