NovelToon NovelToon
Pesona Cassanova

Pesona Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma AR

Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.

Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.

"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.

Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.

"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.

Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.

"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.

"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Signal bahaya

Rifanza terpaku melihat gadis bule itu langsung melompat dan memeluk Shaka. Laki laki itu tampak mengernyit dan tubuhnya agak terdorong ke belakang dinding apartnya.

"I'm so sorry," ucapnya sambil mempererat pelukannya.

"Aku ngga tau kalo dia bakal nyari orang buat menghajar kamu," ucapnya lagi dengan cukup fasih.

Oooh.... Jadi karena itu dia hampir dibu nuh? batin Rifanza miris.

Dia pun mundur pelan pelan meninggalkan dua sejoli itu. Masih dengan tangan yang membawa paper bagnya.

Para pengawal yang gagal mencegah kedatangan Emily hanya bisa menunduk.

Bos bakal marah besar, nih.

"Lepas, Kim." Sudut mata Shaka menangkap kepergian gadis itu. Dia jadi kesal dan melepas paksa pelukan Kimberly.

Luka diperutnya juga terasa sakit akibat tertekan kuat oleh tubuh gadis itu.

Kimberly ngga mau melepaskan pelukannya. Dia masih terkejut melihat ada perempuan lain lagi yang mengunjungi apartemen Shaka.

Shaka memberi isyarat pada pengawalnya agar melepaskan gadis yang selalu membuat apes dirinya.

Kedua pengawalnya kali ini berhasil menarik Kimberly, walaupun gadis itu meronta minta dilepaskan dan ngga ingin dijauhkan dari Shaka.

Shaka kecewa karena tidak bisa melihat gadis itu lagi di lorong apartemennya.

"Kamu sudah bertunangan. Aku ngga mau mengganggu hubungan orang lain," tukasnya dengan mata memancarkan kekesalan.

"No! You are like that because her, right?" tuduh Kimberly yang masih dipegang pengawalnya. Suaranya terdengar sangat marah.

Shaka ngga menjawab. Dia meraih ponselnya dan menelpon tunangannya yang selalu salah paham dengannya.

"Robert! Take your fiance out from me." Setelah mengatakannya, Shaka menyimpan ponselnya dan melangkah ke arah lift. Dia ngga mau kehilangan Rifanza. Gadis itu sudah benar benar datang sesuai dengan harapan dan keinginannya. Momen menyebalkan ini bisa membuat gadis itu salah paham.

"Shaka, jangan pergi. I love you so much!"

Shaka menulikan pendengarannya. Di lorong dia berpapasan dengan orang orang yang kemarin hampir membunuhnya.

Anehnya sekarang mereka malah menundukkan kepalanya dalam dalam.

"Mister, I 'm sorry," ucap salah satunya penuh penyesalan dan ketakutan.

Shaka hanya mendengus. Dia semoat melihat warna lebam di pipi laki laki itu.

Pasti pengawal pengawal daddynya sudah memberikan mereka pelajaran. Walaupun terlambat karena dia sudah terluka.

Tujuannya kini hanya satu. Pergi ke roof top lagi dimana helinya masih ada di sana.

*

*

*

Rifanza kaget melihat laki laki itu sudah bersandar di dinding luar unitnya.

Dia yang kesal langsung memilih pulang malah disuguhi pemandangan ala dua sejoli romi and juliet.

Kok, dia bisa sampai duluan? Padahal tadi Rifanza sempat mengira laki laki itu mengejarnya. Sayangnya itu hanyalah khayalannya saja. Tidak ada bayangan laki laki itu di belakangnya saat dia pergi.

Sepanjang perjalanan dia terus merutuki keagresifannya yang salah tempat. Bahkan dirinya bertekat ngga akan pernah mau berurusan dengan laki laki itu lagi.

"Kamu...." Iris mata mereka saling bertatapan.

"Kamu .... ngapain ke sini." Rifanza mengabaikan keanehan rentang waktu yang ada di depan matanya. Saat ini kekesalannya sudah sangat menumpuk di dalam rongga dadanya.

"Nemuin kamu." Masih dengan satu kaki ditekuk, Shaka menatap lekat gadis itu.

"Kamu berdarah." Rifanza yang awalnya mau marah malah jadi khawatir melihat noda merah di tangan laki laki itu yang sedang berada di bagian perutnya.

"Bisakah kita masuk. Sebenarnya aku sudah ngga kuat," senyumnya. Dia hanya pura pura saja, luka sekecil ini ngga seberapa baginya. Tapi gara gara aktivitasnya yang terburu buru membuat lukanya mengeluarkan darah.

Memang terasa cukup periih. Dorongan dan pelukan erat Kim, juga karena dia yang berlari kencang ke unit gadis ini setelah turun dari helinya. Nggak ingin keduluan gadis itu.

Tanpa bisa berpikir jernih dengan akibat yang akan diterimanya jika memasukkan laki laki asing ke dalam kamarnya, Rifanza membuka pintu kamarnya dan membiarkan laki laki itu masuk.

Tanpa sungkan Shaka berjalan pelan sambil mengamati kondisi ruangan apartemen Rifanza yang jauh lebih kecil dari miliknya.

Tapi tiap ruang tertata rapi. Bahkan ada foto keluarganya di sana. Shaka memperhatikan sebentar sebelum kemudian duduk menyandar di sofa tamu.

Tangannya menyibak kaos hitamnya yang sudah cukup basah dengan darahnya.

Rifanza agak ngeri melihatnya

"Aku panggil dokter, ya," tawarnya. Khawatir.

Shaka menggeleng.

"Kamu punya alkohol, perban dan obat luka?"

"Punya." Waktu mamanya datang minggu lalu, beliau sudah mengkomplitkan semua kebutuhan P3Knya.

Rifanza segera melangkah pergi

"Tolong buatkan air hangat dan kalo ada handuk kecil," pinta Shaka lagi.

"Iya."

Shaka menuliskan pesan pada pengawal kepercayaannya agar mengantarkannya kaos, karena kaos hitamnya sudah kotor oleh noda darah.

Setelah melepaskan kaosnya, Shaka mengamati lagi ruangan minimalis milik Rifanza.

Sudut bibirnya sedikit melengkung.

Kemudian dia bangkit mencari gadis itu yang belum juga muncul.

Sementara itu setelah menyiapkan kebutuhan P3K dan handuk kecil untuk Shaka, Rifanza ke dapur, untuk menyiapkan air hangat.

Saat tangannya akan mengambil mangkok kaca yang berada di atas rak yang tersusun rapi, satu tangan di belakangnya sudah meraihnya.

Rifanza menoleh dan wajahnya memerah ketika pipi dan hidungnya bergesekan pada dada bidang yang shirtless itu.

Reflek dia pun mendongak dan tatap mereka bertemu.

"Laki laki di kampus tadi pagi siapa?" tanya Shaka dengan tatap dalamnya. Dia sudah menurunkan mangkok kaca dan meletakkannya di atas meja dapur di depannya.

"Mark?" tanya Rifanza gugup. Laki laki itu seperti sengaja mengurungnya tanpa memberikan celah sedikit pun.

Jantungnya berdebar keras dan cepat karena jarak mereka yang kian dekat.

"Kekasihmu?"

"Bu bukan.... Aku belum punya pacar," ceplosnya saking gugupnya ketika wajah itu semakin mendekat. Dia berpaling ke arah tekonya.

Shaka tersenyum dengan perasaan lega

Masih dengan tubuh yang mengurung Rifanza, Shaka menuangkan air panas yang ada di dekatnya, perlahan. Yakin tidak terlalu panas, Shaka menuangnya lagi hingga separuhnya

Rifanza merasa waktu berjalan sangat lambat, bahkan nyaris terhenti. Baru dia sadari sudah sangat berbahaya membiarkan seorang laki laki memasuki kamar apartemennya.

Tubuhnya tersentak ketika merasa benda kenyal yang dingin menyentuh pangkal leher belakangnya yang terbuka karena rambut panjangnya sudah dicepolnya saat akan memasak air panas tadi.

Rifanza dapat merasakan bulu kuduknya berdiri dan laki laki itu masih terus menge cupnya di sana.

Kedua tangannya yang bertumpu di ujung meja dapur mulai gemetar, demikian juga tungkai lututnya.

"Kita ke sofa, ya," bisik Shaka persis di dekat telinganya yang hanya bisa dibalas dengan anggukan Rifanza.

Setelah laki laki itu pergi pun, Rifanza masih belum bisa bergerak. Kedua kakinya masih gemetaran.

Untunglah laki laki itu ngga berbuat yang lebih dari ini

Dia tadi ingin menolak, tapi reaksi tubuhnya malah berlawanan dengan keinginannnya.

Dia.mengusap bekas ke cu pan Sakha di sana dengan jantung yang masih berdebar keras dan kencang.

Bagaimana sekarang?

Mereka hanya berdua saja di sini.

Di sofa, Shaka menuliskan pesan buat maminya.

Maaf, mam. Aku ngga jadi minta dijodohkan.

1
✨@dian_$💫
up lagi doong authoorr 🫶
Uthie
Tebakan kamu benar, Shaka 👍😂
✨@dian_$💫
aduh aduh aduuuuhhh deg deg deg nih 🤭
Lusi Hariyani
mama y rifanka dh th shaka kan...
Rahma AR: udah....
total 1 replies
Rahmawati
shaka emg gentle bgt, langsung dateng menemui calon mertua.
fix ya rifa emg gadis yg mau di jodohin sm shaka
Rahmawati
shaka dapet penilaian positif dari calon papa mertua
Nanda Jihan
lnjut
Vera Uni
ketemu camer Shaka...
Saadah Rangkuti
aaaahhhh...nanggung banget thor, 😁😁
Tri Handayani
semangat up thorrr'd tunggu triple upnya
Tri Handayani
shaka yg mau ketemu camer kok q ikut deg"an ya...
Gimana reaksi mereka y'jadi penasaran.
sehat selalu thorrr
Tri Handayani
Mumpung ada camer'kenapa g langsung ngomong aja shaka klu ingin melamar anak gadisnya rifanza.
Dwi Istiani
aduh nggak sabar thor mereka ketemu 😁
winda
aduhh gak sabar thorrrrrrrr🥰🥰🥰
Siwalan Cell
seruuuuu
Vera Uni
aseeek ketemu camer...ngk sabar nunggu notif dari kak rahm...sehat2 ya kak cepat2 up ya...
Vera Uni: kembali kasih Thor
Rahma AR: aamiin.... makasih
total 2 replies
Zea Rahmat
kejatohan durian runtuh klo tau yg dtg shaka🤣🤣🤣
Zea Rahmat
bab awal bukannya arkana ya
Rahma AR: ardana.... typo.... hehe
total 1 replies
Sleepyhead
Emang Genetik mutlak Eriel bad boy semua 🤣
Sleepyhead
Papahnya Rifanza ya thor
Rahma AR: iya....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!