NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

Setelah kejadian tadi, Alex tidak mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan ia hanya melayangkan senyuman ketika ibu mengajaknya mengobrol.

***

Ada yang aneh kali ini. Saat aku dan Suci berjalan menuju kantin, tiba-tiba Wisnu menarik Suci untuk ikut dengannya. Mereka memang selalu dalam masalah, tapi kali ini lebih serius. Mereka sampai bertengkar.

Tiba-tiba Alex datang dan menengahi mereka. Ia berdiri untuk melindungi Suci.

"Ini bukan urusan lo!" tegas Wisnu yang menarik kerah baju Alex. Ia juga sempat melirikku sebentar. Tapi kali ini aku benar-benar tidak mau terlibat dengan mereka.

"Gue udah bilang, bukan gue!" teriak Suci di belakang Alex.

"Setan emang ya lo! Siapa yang nyuruh lo!" teriak Wisnu dengan kesal.

Aku tidak mengerti apa yang terjadi di antara mereka, tapi ... Alex.

Kerumunan kakak kelas berlalu di antara kami, seseorang dari mereka menyenggolku dan membuat langkah kakiku mendekat ke arah Wisnu. Refleks, aku memegang tangan Wisnu agar tidak terjatuh.

"Mut," panggil Alex. Aku menoleh padanya dan menghela napas.

Aku benar-benar kesal di saat ini. Untuk apa juga Alex melindungi Suci?! Dia bisa bela diri! Suci juga pesilat! Untuk apa dia seperti itu?! Apa dia benar-benar suka dengan Suci?

Lagi-lagi aku menghela napas saat mereka menatap ke arahku. Aku berlalu.

"Mut! Lo mau ke mana?!" teriak Suci.

"Jam istirahat bentar lagi habis!" balasku sambil terus berjalan.

Aku duduk di kantin sembari menunggu makanan yang kupesan. Entahlah aku harus apa sekarang. Tapi aku ingin menangis dan ingin berteriak sekesal-kesalnya. Aku yakin Wisnu masih berusaha mengganggu Suci dan Alex masih melindunginya. Bahkan mereka tidak ke kantin sama sekali. Sampai akhirnya bel istirahat berbunyi, mereka benar-benar tidak ke sini.

Aku berlalu hendak membayar makanan dan bertemu dengan Wisnu yang ujung bibirnya berdarah. Aku terdiam menatap pria tinggi itu berdiri di sebelahku dan meminta sebuah plester luka. Dia menoleh padaku dan aku mengalihkan pandangan.

"Lo udah lama kan temenan sama Suci?" tanyanya dengan menopang kepala di atas meja seolah ingin mengintimidasi.

Aku menghela napas dan mengambil uang sisa. "Gue ga ada urusana sama lo," balasku dan hendak ke kelas namun Wisnu menarik tanganku untuk kembali berdiri di hadapannya. Hal itu membuatku sedkit merasa takut. Aku tahu bahwa Wisnu adalah murid urakan yang sering berkelahi.

"Lo tau Suci ngedar?" tanyanya.

"Gue ga tau!" tegasku berusaha melepaskan genggaman tangan Wisnu yang lebih ebsar dariku. Tapi sia-sia saja, tenaganya lebih besar.

"Ga mungkin lo ga tau! Lo kan temennya!"

"Gue ga tau!" tegasku lagi.

"Atau lo juga make?" tanyanya lagi.

"Make apa?" tanyaku tak mengerti.

"Alah pura-pura ga tau lagi. Ga usah sok tolol!" omelnya.

"Ya make apa?! Gue ga ngerti lo ngomongin apa! Gue emang temenan sama Suci! Tapi gue ga pernah tau urusan dia! Kalo lo ada masalah sama dia, kelarin aja sama dia!" balasku.

"Dia ngedar di sekolah!"

"Ngedar tuh apa?!" tanyaku dengan kesal.

Entah kenapa, Wisnu melepaskan genggamannya. Aku mengusap-usap pergelangan tangan yang habis digenggam kuat tersebut. Aku melihat bayangan seseorang dari tanah yang kupijak. Rupanya itu Alex. Aku melihat ada luka lebam di pipi kirinya. Itu sudah menjadi cukup bukti bahwa ia berkelahi dengan Wisnu demi melindungi Suci.

Aku tak mnghiraukan mereka dan memilih untuk tidak peduli. Melangkahkan kaki menuju kelas dan melanjutkan kehidupan pribadiku.

Terserah! Sekarang TERSERAH! Alex bebas melindungi siapapun. Alex juga bebas menunjukkan perhatiannya pada siapapun termasuk Suci. TERSERAH!

Memangnya aku ini siapa? Kenapa juga aku cemburu? Aku bukan pacar Alex. Tapi ...

Apa jangan-jangan Suci juga suka sama Alex? Kalo dia ga suka, seharusnya dia bisa aja dong menghindar dari Alex tadi! Dia bisa berlindung di belakamg gue! Kenapa juga harus Alex? Apa ....

Sialan! Aku ingin menangis lagi. Padahal jam pulang masih lama.

***

Hari ini adalah hari kedua aku berdiam diri. Rasanya hidupku menjadi lebih biasa saja. Tidak ada drama. Tidak ada hal-hal yang menjengkelkan. Berdiam diri dan tidur siang di dalam kelas pada jam istirahat, sepertinya menjadi hobi baruku sekarang.

Pagi hari ketiga, aku datang ke kelas, duduk dan berbaring. Untuk pertama kalinya aku memiliki pemikiran ingin cepat-cepat lulus sekolah, bekerja, fokus mencari uang, lalu mati.

"Mut!" Suara itu membuatku menoleh. Alex membawa sebuah buku catatan. "PR lo udah kelar? Mau nyontek?"

"Udah," jawabku dengan malas dan kembali berbaring memejamkan mata.

"Gue nyontek dong, Lex!" Suara Bulan yang terdengar di telingaku.

"Nyontek mulu lo!" omel Alex.

"Pelit lo!"

"Mana! Sini!" Suara Suci, kemudian aku tidak mendengar suara Alex lagi. Aku yakin dia pasti memberikan buku itu pada Suci tanpa protes.

Aku memutar pandangan dan melihat Suci serta Bulan yang sedang menyalin PR milik Alex. Sesuai dugaanku.

Saat jam pelajaran dimulai ....

"Kenapa ga kamu kerjain, Mutia?!" omel guru begitu mendapati bahwa bukuku tidak ada.

"Saya kerjain, Bu. Tapi lupa bawa," balasku.

"Alasan aja kamu! Berdiri di luar!"

Ya, aku sangat ingin keluar dari kelas yang mengesalkan ini. Aku bahkan ingin ke luar sekolah dan menikmati udara segar sehari saja. Aku melangkah dengan semangat.

"Mutia ga bikeh berdiri lama-lama, Bu. Dia bisa pingsan." Kalimat itu membuatku menoleh. Alex adalah pemilik kalimat tersebut.

Aku tetap berjalan dan berdiri di luar kelas. Bahkan aku memberanikan diri untuk ke luar sekolah lewat pintu pagar belakang yang sudah reot. Duduk sendirian di bawah pohon mangga yang menurut mitos sekolah, di sini ada hantunya. Aku tidak peduli dengan hantu.

Duduk termenung sendirian memikirkan apakah Alex benar-benar menyukai Suci. Sialnya, tiba-tiba air mataku menumpuk di pelupuk, sampai-sampai ia menetes tanpa perintah. Aku sudah mencoba menahannya, namun semakin ditahan, semakin tidak tertahan. Aku menangis tersedu-sedu seperti orang bodoh. Seoramg wanita di usia remaja yang menangis karena patah hati. Sangat bodoh!

Aku terus mengumpat kesal dalam hati sebab aku tak tahu bagaimana cara meluapkan perasaan tidak nyaman itu.

Tiba-tiba aku mendengar pagar reot itu hampir roboh. Aku terkejut dan terdiam sejenak. Menghapus air mata, kemudian mencari tali untuk mengikat pagar itu agar tidak mengganggu waktuku yang masih ingin menangis.

Begitu aku menemukan tali rafia di bawah pohon, tiba-tiba ....

Seseorang melompat dari atas pohon ke arahku. Kami terjatuh bersama di tumpukan daun mangga kering dan sedikit lembab.

"Aaaahhhh!!" teriakku yang langsung dibekap olehnya.

Yang aku kira itu adalah penculik atau pembunuh.

"Lo gila ya?!" teriak orang itu. Saat aku memfokuskan pandangan, rupanya itu Wisnu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!