NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Perjanjian Darah

Hujan belum reda ketika Adrian dan Nayla kembali ke dalam mobil. Lampu-lampu jalan berpendar di kaca yang tertutup embun, menciptakan ilusi seakan dunia di luar berubah menjadi lukisan kabur yang menyedihkan. Udara di dalam mobil kian dingin, namun tak ada yang berkata-kata. Seolah hujan pun tahu, malam ini mereka sedang melangkah menuju takdir yang lebih gelap.

“Kita ke pelabuhan tua di Salerno,” ujar Adrian akhirnya, memecah kesunyian. Suaranya pelan, tapi mantap. “Dari sana kita bisa naik kapal kecil menuju perbatasan laut Prancis.”

“Setelah itu?” tanya Nayla lirih, tanpa menoleh.

“Kita bertemu seseorang... seseorang yang bisa membantu kita keluar dari permainan ini.”

Nayla menatap jalan dengan mata sayu. “Permainan ini tidak pernah benar-benar usai, Adrian. Bahkan setelah semua peluru berhenti.”

Adrian diam. Ia tahu Nayla benar. Dunia mafia adalah labirin tak berujung. Bahkan saat kau berpikir telah keluar, kau hanya berpindah dari satu jebakan ke jebakan berikutnya.

Setelah tiga jam perjalanan, mobil mereka akhirnya berhenti di sebuah kawasan pelabuhan terbengkalai. Lampu-lampu jalan mati. Bangunan tua di sekeliling terlihat seperti hantu-hantu masa lalu yang menyimpan banyak rahasia. Di kejauhan, seorang pria bersandar di kap mobil klasik, mengenakan jas panjang dan topi fedora. Tatapannya tajam meski senyum samar menghiasi wajahnya.

“Valerio,” gumam Adrian sambil turun dari mobil. Nayla mengikuti di belakangnya, tubuhnya menggigil bukan karena dingin, tapi karena firasat buruk yang mulai menyelinap.

“Sudah lama, kawan,” ujar Valerio, menyambut Adrian dengan pelukan pria khas keluarga lama. “Kau terlihat lelah. Terlalu lama bermain dalam lumpur?”

Adrian tidak membalas candaannya. “Kau punya janjiku. Sekarang aku datang untuk menepatinya.”

Valerio melirik Nayla sejenak lalu mengangguk. “Baik. Tapi harga dari janji itu telah berubah.”

Adrian mengernyit. “Kau bilang akan bantu kami keluar, beri identitas baru, kehidupan baru…”

“Aku akan tetap melakukannya,” potong Valerio, “tapi dengan satu syarat. Nayla harus pergi tanpamu.”

“Apa?” Nayla menatap mereka berdua.

Adrian melangkah maju, nada suaranya menegang. “Itu bukan kesepakatan kita!”

“Kesepakatan lama, Adrian,” Valerio mengangkat bahu. “Dunia sudah berubah. Sekarang semua orang tahu siapa dia. Nayla tidak hanya target, tapi simbol perlawanan terhadap Ricardo. Jika dia bersamamu, kau takkan pernah aman.”

“Dia bersamaku bukan karena pilihan mudah. Dia mencintai hidupku meski dipenuhi darah,” desis Adrian.

“Justru itu masalahnya,” kata Valerio pelan. “Cinta semacam itu akan membunuhmu pada akhirnya.”

Nayla berjalan mendekat, mencoba menenangkan keduanya. “Berarti aku harus hidup sendirian agar Adrian selamat?” tanyanya lirih.

“Bukan hidup sendirian,” ujar Valerio. “Tapi hidup dengan kesempatan baru. Kau bisa kulindungi. Adrian bisa mulai kembali dari bawah. Tapi tidak bersama.”

Hening. Hujan semakin deras, seolah langit ikut berkonflik dengan pilihan-pilihan menyakitkan ini.

“Adrian…” bisik Nayla. “Kalau ini satu-satunya jalan… aku akan pergi.”

Adrian menatapnya, matanya basah. “Tidak. Jangan bicara begitu. Aku sudah terlalu sering kehilangan orang yang kucintai. Aku tak akan kehilangan kau juga.”

“Kita sudah saling memiliki… walau sebentar. Tapi cinta ini tak harus bersama setiap waktu, kan?” Suara Nayla bergetar. “Jika mencintaimu berarti melepasmu… aku akan lakukan.”

Adrian mencengkeram tangannya. Napasnya berat. Penuh luka yang tak bisa ditunjukkan. Lalu ia merogoh saku dalam jaketnya dan mengeluarkan kalung perak kecil berbentuk peluru.

“Ini… peluru yang kupakai saat pertama kali membunuh untuk bertahan,” katanya. “Aku simpan sebagai pengingat… bahwa bahkan dalam kematian, ada pilihan untuk hidup.”

Ia menggantungkan kalung itu di leher Nayla.

“Pakai ini. Jika kau masih hidup, dan aku masih hidup… aku akan mencarimu,” ucapnya tegas.

Air mata Nayla jatuh. Ia memeluk Adrian erat pelukan terakhir sebelum dunia mereka berubah.

Valerio memberi isyarat pada anak buahnya. Seorang wanita muda muncul dari balik bangunan, membawa koper dan paspor. Nayla memandang Adrian untuk terakhir kalinya, lalu melangkah pergi… perlahan… seperti menanggalkan separuh jiwanya.

Adrian berdiri diam di bawah hujan, membiarkan dingin menelannya. Valerio mendekat. “Kau tahu ini benar.”

“Benar tidak selalu berarti tidak menyakitkan,” jawab Adrian lirih.

Malam itu, cinta mereka tidak berakhir. Tapi terpaksa bersembunyi di balik takdir, menunggu waktu yang tepat untuk kembali menyala.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!