SOVEREIGN'S LEGACY
Dark Fantasy | Intrik | Artefak Primordial | Karakter-driven
Di dunia yang hancur oleh perang sihir dan diatur oleh kekuatan yang tak kasatmata, hanya satu hal yang lebih berbahaya dari artefak kuno yang tersebar di seluruh benua—mereka yang dipilih untuk memilikinya.
Viktor Chernov, seorang penambang muda berusia 17 tahun dari kota kecil di tepi peradaban, tidak tahu bahwa hidupnya berubah saat ia menyentuh sesuatu yang seharusnya tak pernah ditemukan: sebuah artefak dengan kesadaran kuno—[Eye of Noxenth].
Terseret ke dalam pusaran konflik antara faksi rahasia, makhluk bayangan, dan organisasi global bernama ARCHON, Viktor harus memilih: bersembunyi di balik kebohongan... atau menerima warisan yang tidak pernah ia minta.
Di bawah bimbingan seorang wanita Rank S yang misterius dan brutal, Viktor ditempa dalam kesendirian, dilatih dalam senyap, dan perlahan menjadi sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tak sepenuhnya pahami.
Tapi dunia sedang bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chernov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THE EYE THAT OPENS
Dunia pasca-dungeon adalah mosaik kontras yang keras. Di satu sisi, ada kedalaman gelap yang penuh kengerian purba dan energi liar. Di sisi lain, ada kantong-kantong peradaban manusia yang bertahan, beradaptasi, membangun kembali di bawah ancaman konstan, sering kali hanya diterangi oleh cahaya buatan dan dikelilingi oleh suara aktivitas yang tak henti—penggalian, perbaikan, dan kewaspadaan. Keluar dari gerbang dungeon adalah kembali ke dunia itu, dunia yang lelah namun berdenyut, tempat debu kristal berbaur dengan keringat, dan tatapan sesama manusia kadang membawa lebih banyak bobot daripada tatapan monster.
Tubuh Viktor yang kelelahan terbaring di atas tandu kanvas yang keras saat ia diangkat keluar dari kedalaman Situs Tambang Nomor 666. Cahaya lampu sorot dari zona yang lebih dekat ke permukaan dungeon terasa menusuk mata normalnya setelah kegelapan pekat di tingkat terdalam. Udara berubah, menjadi kurang lembap dan berbau mineral mentah, lebih beraroma asap genset dan keringat manusia. Begitu tandu itu mencapai area pengumpul yang lebih ramai, kerumunan segera terbentuk. Wajah-wajah kotor para penambang lain, senior dan junior, menyambutnya dengan campuran kekhawatiran dan rasa bersalah.
Junior yang berlari meminta bantuan tadi segera menghampiri, terengah-engah, dan mulai menjelaskan kepada para senior dan Awakened yang kini mengepung Viktor. “Terkena pecahan kristal, Mandor Borin! Besar! Kami pikir dia... tidak sadarkan diri karena pendarahan,” ucapnya, mengulangi kebohongan yang telah disusun Viktor secara insting.
Wajah Mandor Borin, pria tua berjanggut kelabu yang jarang menunjukkan emosi, terlihat muram. Para senior penambang lainnya mengangguk sedih. “Dua tahun dia ikut ekspedisi, belum pernah kecelakaan separah ini,” gumam salah seorang. “Terutama di lapis sedalam itu... seharusnya kami lebih waspada...”
“Beri ruang!” suara tegas seorang Awakened berpakaian medis terdengar. “Dia butuh udara dan pemeriksaan segera. Para pekerja lain, harap menyingkir. Area sudah aman.”
Para penambang yang lain mundur perlahan, tatapan mereka masih tertuju pada Viktor yang pucat di tandu. Ia merasakan pergerakan di sekelilingnya, suara-suara meredup saat ia dibawa ke sebuah tenda darurat yang didirikan di dekat pintu masuk dungeon. Di dalam tenda, ia diletakkan di ranjang lipat. Bau antiseptik dan mana medis yang lembut memenuhi udara. Awakened medis mulai memeriksanya.
“Hanya kelelahan dan luka di pelipis,” kata salah satu Awakened medis setelah memeriksa dengan cermat. “Bukan karena pecahan kristal yang besar, lebih seperti goresan yang dalam. Mungkin kena tepi kristal atau alat penambang sendiri.” Mereka mengamati luka di pelipis kiri Viktor yang telah basah oleh darah, tidak menemukan keanehan yang mencurigakan di area matanya yang tertutup dan berlumuran. Topeng kebohongan Viktor berhasil. Tidak ada deteksi mana aneh, tidak ada pertanyaan tentang asal usul kekuatannya yang baru terbangun. Leganya terasa seperti udara dingin yang melegakan di paru-paru.
“Akan kita jahit beberapa jahitan. Istirahat satu hari penuh. Lusa kau bisa kembali bekerja, Penambang Chernov,” putus Awakened medis itu, sambil membersihkan area luka.
Viktor mendengar semua itu dengan pikiran yang bergejolak. Khawatirnya tentang terdeteksi sirna, digantikan oleh tekad yang kuat. Ia butuh waktu. Butuh ketenangan. Ia tidak bisa memproses banjir informasi, sensasi mana purba, dan keberadaan [Eye of Noxenth] di dalam dirinya di tengah keramaian dan kewajiban kerja. Ia perlu sendirian.
“Saya... saya ingin pulang,” ucap Viktor lirih, suaranya masih sedikit lemah namun tegas. “Saya butuh istirahat penuh di rumah.”
Seorang junior yang menemaninya ke tenda mengangguk sigap. “Baik, Senior. Saya antar.”
Tidak ada keberatan. Prosedur penambangan kadang mengizinkan pekerja yang terluka kembali ke akomodasi mereka. Paramedis menyelesaikan jahitan, memberikan instruksi perawatan singkat, dan membiarkan Viktor dibantu bangkit oleh juniornya.
Dengan langkah tertatih, Viktor meninggalkan tenda darurat itu, ditemani juniornya, berjalan melewati hiruk-pikuk zona penambangan yang remang-remang. Tujuan mereka jelas: rumah sewanya, tempat sepi yang kini menjadi satu-satunya tempat ia bisa mencoba memahami apa yang telah terjadi padanya, jauh dari mata para Awakened, jauh dari kebisingan dungeon, sendirian dengan rahasia purba yang kini tertanam di balik mata kirinya.
Setelah langkah-langkah tertatih di sepanjang jalan berdebu dan lorong remang-remang, didukung oleh bahu juniornya yang sigap, Viktor akhirnya tiba di ambang pintu kayu reot yang menandai rumah sewaannya. Udara di luar terasa dingin setelah kelembapan dungeon, namun kelegaan yang seharusnya datang tidak sepenuhnya menghapus gejolak asing di dalam dirinya. Ia mengucapkan terima kasih singkat kepada juniornya, menolak tawaran untuk dibantu lebih jauh, dan dengan tangan gemetar membuka kunci. Begitu pintu tertutup di belakangnya, mengisolasi dirinya dari dunia luar yang penuh ancaman dan kepura-puraan, kelelahan fisik sejenak terlupakan, digantikan oleh urgensi tunggal: ia harus melihat.
Hal pertama yang dilakukan Viktor di dalam ruangan sempit yang hanya berisi ranjang, meja, dan cermin buram itu adalah menarik dirinya ke depan cermin. Cahaya remang-remang dari bola lampu tunggal di langit-langit jatuh pada pantulan dirinya yang kotor dan pucat. Ia menarik rambut panjangnya ke belakang, mengikatnya asal-asalan dengan karet, menjauhkannya dari wajahnya untuk mendapatkan pandangan yang jelas pada luka di pelipis kirinya dan, yang terpenting, mata di bawahnya. Kerutan dalam muncul di dahinya saat ia mengingat ucapan juniornya: mata kiri yang sepenuhnya hitam sesaat, lalu kembali normal. Itu tidak sesuai dengan pengalamannya; ia hanya merasakan sakit yang menghancurkan saat artefak itu masuk, bukan perubahan visual seperti yang dijelaskan.
Dengan napas tertahan, diselingi rasa perih akibat gerakan itu, Viktor memaksa kelopak mata kirinya yang bengkak dan berlumuran darah untuk terbuka. Pantulan di cermin merespons, dan untuk sesaat yang terasa seperti keabadian, dunia hanya terdiri dari satu warna. Hitam. Kegelapan total yang pekat, bukan karena kurangnya cahaya, tetapi seolah bola mata itu sendiri adalah jurang yang menelan segalanya, tanpa putih, tanpa iris, hanya ketiadaan yang absolut. Kengerian dingin menjalar di tulang punggungnya, tetapi di tengah kepanikan itu, sebuah sensasi lain muncul. Resonansi. Getaran mana purba yang terasa liar dan mengamuk di bawah permukaan kulitnya, namun anehnya, merespons pikirannya. Sebuah tarikan halus, sebuah kehendak—dan energi itu terasa siap untuk mengalir, seperti air dalam genggaman.
Sensasi mana yang kuat dan liar itu hanya bertahan sesaat, sebuah kilasan potensi yang menakutkan. Lalu, seperti gelombang pasang yang surut, ia mereda, menarik kembali kekuatannya yang bergejolak. Viktor berkedip, dan kali ini, ketika ia membuka mata kirinya lagi, pantulan di cermin menunjukkan bola mata yang tampak… normal. Hanya bengkak dan dikelilingi oleh noda darah dari luka di pelipisnya, tetapi secara visual, sama seperti mata kanannya yang tidak berubah. Perubahan hitam total itu, getaran mana yang bisa dikendalikan—semua itu lenyap, kembali tersembunyi di bawah permukaan normalitas.
Namun, Viktor tahu apa yang baru saja terjadi. Ia merasakannya di dalam dirinya. Bola mata hitam itu, [Eye of Noxenth], benar-benar telah menyatu dengannya. Itu bukan hanya menyebabkan rasa sakit fisik; itu telah memicu Awakening dalam dirinya. Ia bisa merasakan Mana Pool-nya kini, sebuah wadah penuh energi asing yang belum pernah ia miliki sebelumnya, menunggu untuk dilepaskan. Realisasi ini mengirimkan getaran dingin, bukan dari kelelahan, melainkan dari ketakutan yang mendalam. Ia telah menjadi Awakened. Sama seperti mereka. Orang-orang kuat yang datang terlambat. Orang-orang yang gagal melindunginya. Takdir yang paling ia hindari kini merenggutnya, mengubahnya menjadi sosok yang selalu ia pandang dengan skeptisisme dan kepahitan. Sebuah merinding yang dalam, berasal dari jiwa, mengguncang tubuhnya yang lelah.
Dengan tubuh yang masih terasa pegal namun pikiran yang berpacu tak henti, Viktor melangkah ke kamar mandi sempit di sudut ruangan sewanya. Air dingin yang mengguyur tubuhnya terasa menyegarkan, membersihkan debu dungeon, darah yang mengering, dan noda keringat. Ia membersihkan wajahnya dengan hati-hati, membersihkan area sekitar mata kirinya yang dijahit, merasakan perih yang tajam namun bisa ditoleransi dibandingkan rasa sakit sebelumnya. Ia membiarkan air mengalir di pelipisnya, seolah mencoba menghapus kejadian mengerikan di tambang tadi. Setelah selesai, dengan pakaian bersih seadanya, ia kembali ke ruang utama dan duduk di tepi ranjang, kelelahan fisik bercampur dengan ketegangan mental.
Ia tahu apa itu mana. Di dunia pasca-dungeon ini, bahkan non-Awakened sepertinya tahu tentang energi misterius yang keluar dari gerbang dimensi, memberdayakan para Awakened dan memunculkan monster. Ia telah melihat dampaknya secara langsung, baik dalam kehancuran maupun dalam pekerjaan sehari-harinya mengumpulkan kristal mana. Dan kini, ia merasakan keberadaan energi itu di dalam dirinya, bersemayam seperti cairan asing. Otak cerdasnya, yang terbiasa menganalisis struktur mineral dan pola urat mana di bawah tanah, kini beralih fungsi, mati-matian mencoba memahami apa yang terjadi padanya, apa arti kehadiran mana ini, dan yang paling membingungkan—apa itu bola mata hitam yang merasukinya.
Saat ia duduk dalam keheningan, memproses kebingungannya, kilatan informasi muncul lagi di tepi kesadarannya, tampilan analitis yang dingin dari [Eye of Noxenth].
[USER BERUPAYA KONTROL MANA]
[EYE OF NOXENTH FASILITASI PROSES]
Terjemahan instingtif dari kata-kata itu jelas: aku, sebagai pengguna, sedang mencoba merasakan dan mungkin mengendalikan mana ini, dan mata ini, artefak [Eye of Noxenth], membantu prosesnya. Penasaran yang tak tertahankan mendorongnya. Meskipun tidak ada cermin di dekatnya saat itu, Viktor memejamkan mata kanannya, mengarahkan perhatian penuh ke mata kirinya yang terasa tumpul. Ia berkonsentrasi, memikirkan sensasi mana yang baru ia rasakan, mencoba ‘menggapainya’ dengan kesadarannya, dengan kemauan.
Sekali lagi, mata kirinya terasa berubah. Bukan rasa sakit, tetapi sebuah ‘klik’ internal, seolah ada saklar yang diaktifkan. Viktor merasakan kegelapan itu kembali menyelimuti pandangan kirinya, dan bersamaan dengan itu, banjir mana. Kali ini, arusnya terasa kurang liar, lebih terorganisir, seolah ada tangan tak terlihat—tangan mata purba itu—yang membimbingnya. Ia memusatkan perhatiannya pada energi itu, memikirkannya, mencoba memanipulasinya, sekadar menggerakkannya di dalam dirinya. Dan itu merespons. Mana di dalam dirinya bergerak sesuai keinginannya. Itu adalah sensasi yang benar-benar baru, sebuah kekuatan mentah yang belum pernah terbayangkan. Namun, di balik kebaruan itu, ada lapisan yang jauh lebih dalam, terasa begitu kuno, begitu tua, seolah energi ini tidak hanya berasal dari dungeon, melainkan dari era yang jauh sebelum waktu seperti yang dikenalnya ada. Sesuatu yang primordial, tak terukur oleh kalender fana.
Kenikmatan singkat dari kontrol itu segera disusul oleh sesuatu yang lain. Saat energi primordial itu berdenyut selaras dengan kehendaknya, [Eye of Noxenth] berkedip di dalam kesadarannya. Bukan lagi tampilan data analitis, melainkan sebuah gelombang pemahaman mentah—sebuah kesadaran yang dingin dan luas. Ia merasakan jejak samar dari entitas yang jauh lebih besar, jauh lebih tua, terhubung dengan Mata yang kini menjadi miliknya. Sebuah bisikan tanpa suara, sebuah pengetahuan instingtif bahwa keberadaannya yang baru ini, Awakening-nya yang anomali, telah mengirimkan riak ke dalam kegelapan kosmik. Ia kini bukan lagi sekadar Viktor Chernov, penambang yang malang. Ia telah menjadi sesuatu yang lain—sebuah suar, mungkin? Atau... sebuah bidak dalam permainan yang skalanya baru mulai ia rasakan? Pertanyaan itu menggantung, dingin dan berat, di udara kamarnya yang sunyi.