Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7 Baru.
Malam itu Danurwedha tidur dengan sangat gelisah, karena esok malam ia akan melihat sesuatu yg selama ini sangat ingin di lihat nya.
Pertarungan sesungguh nya antara orang yg mengaku memiliki kesaktian dan berasal dari alas mentaok akan melawan para prajurit Pajang.
Pagi itu tidak seperti biasa nya, ia lebih cepat bangun nya.
Pagi-pagi sekali ia sudah berada di dalam hutan dimana selama ini ia menimba ilmu olah kanuragan dengan kakek Tohsara.
Kegalauan hati nya ini ia curahkan kepada sang Guru.
Oleh Kakek Tohsara untuk di sarankan berhati-hati dalam melangkah dan bertindak , walaupun kini diri nya telah memiliki dasar-dasar ilmu silat yg sudah tidak bisa di katakan rendah lagi.
" Dalam banyak hal, pergunakan lah sesuatu yg mudah kau dapat murid ku, misalkan semacam tongkat yg ada di dekat mu, atau tata gerak dari seperti seekor binatang pun dapat kau ambil gerakan dalam menyerang atau pun menghindar, dan jangan lupa untuk tetap berdoa kepada yg maha kuasa, sebab ia lah yg patut kita mintai pertolongan nya baik dalam keadaan sempit maupun lapang,"
Kata-kata Kakek Tohsara mengingatkan murid nya ini agar dalam melangkah ia tidak salah.
Hingga pada saat nya telah tiba, bocah remaja itu pun kembali ke rumah nya.
Dia pun melihat Parta sudah menunggu nya di depan rumah nya ini.
" Aku sudah lama menunggu mu Dan,.."
Kata Parta begitu melihat sahabat nya ini datang dengan semua peralatan nya.
" Apakah memang benar orang itu akan datang malam ini , Ta,?" tanya Danurwedha.
" Sudah pasti, bahkan bapak ku pun telah bersiap, ia juga mendapat perintah dari Ki Demang untuk bersama para prajurit Pajang menyambut kedatangan mereka itu !" jelas Parta.
" Jadi kita berangkat sekarang juga ?" tanya Danurwedha lagi.
" Ya !, agar kita tidak terlihat mencolok dan berkeliaran di saat malam hari, yg tentu nya akan membuat nyali para perampok itu akan gentar " terang Parta.
" Ah,.kalau memang ia sangat sakti tentu tidak akan takut dengan jumlah orang yg banyak , bukan kah ia memiliki ilmu kebal seperti yg telah kau ceritakan itu " kata Danurwedha.
Tetapi Parta tidak mengatakan apa-apa lagi, malah menyuruh sahabat nya untuk segera berkemas.
Danurwedha pun menuruti nya, ia ambil kain panjang, di lilit nya rambut nya yg gimbal itu dengan mempergunakan kain tersebut.
Pakaian nya pun di ganti nya dengan pakaian yg biasa ia pergunakan untuk latihan silat.
" Kau terlihat seperti seorang pendekar saja , Dan ," seru Parta melihat penampilan sahabat nya itu.
" Kau bisa saja ," balas Danurwedha.
" Sudah siap?" tanya Parta.
" Siap!, Bu , Danurwedha berangkat !"
" Ya, nak, hati-hati lah !" sahut ibunda nya.
" Mari " ajak Danurwedha kepada Parta.
Kedua nya pun segera berangkat menuju ke kediaman dari Parta yg merupakan putra dari Ki Jagabaya.
Jarak nya memang tidak terlalu jauh, apalagi mereka berjalan melalui jalan yg memintas, tidak melalui jalan umum seperti biasa nya.
Danurwedha masih agak enggan bertemu dengan para penduduk kademangan , ia memilih untuk melalui jalanan yg kecil itu untuk tiba di rumah teman nya ini.
Sesampai nya di rumah Parta, putra Ki Jagabaya ini mengajak nya masuk melalui dari dapur.
Sebab pada bagian depan rumah nya telah terdapat banyak orang.
Ada lima orang yg berseragam keprajuritan Pajang.
Parta pun mengajak Danurwedha teman nya ini ke belakang dan masuk melalui pintu belakang rumah nya.
" Siapa mereka itu Ta ?" tanya Danurwedha kepada teman nya.
" Mereka itu lah para prajurit Pajang yg akan menghadapi begal alas Mentaok itu," jawab Parta.
" Mari kita menemui ibu ku," kata nya lagi.
Kedua nya pun masuk pintu belakang dan menemui ibunda Parta.
Saat itu sang ibu tengah mempersiapkan makan malam yg akan di berikan nya kepada tetamu nya ini.
Memang keadaan Kademangan Prambanan sudah hampir gelap.
Lembayung senja yg semakin menipis membuat seluruh penghunj kademangan ini menjadi semakin berdebar-debar.
Sebab mereka cukup mengenal nama Surojiwo, orang jadi pemimpin dari begal di alas yg cukup angker itu.
Dan saat malam benar-benar telah menyelubungi kademangan, dan para prajurit Pajang yg telah berada di rumah Ki Jagabaya ini pun selesai bersantap.
Maka Parta mengajak teman nya, Danurwedha untuk ganti memakan makanan yg masih banyak tersisa itu.
Memang ibu nya masih melarang mereka memakan nya , saat para tamu itu masih berada di sana.
Setelah kelima prajurit Pajang itu pergi ke rumah Ki Demang, baru lah Nyi Jagabaya pun mempersilahkan kepada anak nya itu untuk makan.
" Ajak teman mu itu makan , gih " kata nya kepada putra nya, Parta.
" Baik bu " sahut Parta.
Danurwedha pun menyantap makanan yg rersaji itu dengan begitu lahap nya, sebab menu yg tersaji sangat berbeda sekali dengan di rumah nya yg di masak Nyi Sumi , ibu nya.
Ibunda dari Parta yg sempat melirik bocah remaja itu menyantap hidangan tersebut dengan lahap nya sampai geleng-geleng kepala.
Setelah selesai, maka Parta pun mengajak Danurwedha ke rumah Ki Demang, sebab menurut sebahagian besar warga kademangan bahwa gerombolan Ki Surojiwo atau yg berjuluk alap-alap hitam itu akan datang ke sana.
Sehingga bagai di sulap, keadaan rumah Ki Demang dan banjar kademangan pun menjadi sangat ramai.
Berduyun-duyun warga kademangan ke tempat itu guna melihat si Alap-alap Hitam tersebut.
Namun warga kademangan sangat yakin bahwa Si Alap-Alap hitam alas Mentaok itu akan kena batu nya malam ini di kademangan Prambanan ini, sebab lima orang prajurit Pajang telah di utus guna menangkap nya.
Memang menurut sebahagian cerita orang-orang yg ada di sekitar alas mentaok ini, si Alap-Alap Hitam itu merupakan pengawal pribadi dari Kanjeng Gusti Haryo Penansang yg sakti mandraguna.
Bahkan ia dapat lolos beberapa kali dari sergapan para Prajurit Pajang yg berniat menangkap nya.
Karena itu lah , kali Pajang pun mengirimkan dua orang perwira nya yg memiiliki kemampuan ilmu silat yg cukup tinggi guna berhasil menangkap Surojiwo tersebut.
Malam yg semakin dalam menyelubungi wilayah kademangan itu , kini telah wayah sepi bocah, namun tanda-tanda kedatangan dari gerombolan si Alap-Alap hitam ini belum juga ada.
Banyak juga warga kademangan yg menjadi bosan menunggu nya dan akhir nya kembali pulang ke rumah masing-masing.
Sementara itu Ki Jagabaya yg merupakan pimpinan keamanan kademangan menjadi gusar juga hati nya sebab hingga detik itu tidak juga kunjung datang orang yg telah memberikan perintah atas kedatangan gerombolan tersebut.
" Bagaimana ini Ki Jagabaya, apakah yg mereka ucapkan itu hanya gertak sambal saja , kita disini menunggu nya , sementara di lain tempat mereka telah melakukan aksi nya,?" tanya Ki Demang kepada Ki Jagabaya.
" Ah,..entahlah Ki Demang, mungkin ada benar nya juga apa yg Ki Demang katakan itu " sahut Ki Jagabaya yg masih sibuk memberikan perintah kepada para pengawal kademangan.
" Sabar Ki Demang, gerombolan Alap-Alap Hitam itu biasa nya muncul bila malam telah melewati puncak nya, jarang sekali mereka menunjuk kan batang hidung nya saat seperti sekarang ini, " terang Rangga Jumawa.
Salah seorang perwira Pajang yg di tugaskan untuk menangkap Si Alap-Alap Hitam kali ini.
" Oo, ".
Ki Demang menyahuti ucapan perwira Pajang ini.
Memang entah sudah berapa kali kademangan nya ini di satroni oleh kawanan begal, tetapi tidak sekali pun mereka itu mengaku sebagai gerombolan Si Alap-Alap hitam.
Dan datang nya kawanan begal tersebut pun tidak sudah larut malam, bahkan wayah sepi bocah pun mereka bisa melakukan aksi nya.
Saat malam telah wayah sepi uwong, dan sebentar lagi tepat pada puncak nya.
Dari kejauhan terdengar suara kentongan bernada dara muluk, hati orang-orang yg ada di kediaman dari Demang Prambanan ini pun semakin gelisah.
Mereka merasa bahwa ancaman yg telah di keluarkan oleh gerombolan Si Alap-Alap Hitam itu hanya ngaya wara saja, alias isapan jempol belaka.
Namun tidak dengan kelima orang Prajurit Pajang ini.
Mereka langsung turun ke halaman banjar kademnagan begitu malam tepat pada puncak nya.
" Berhati- hatilah adi Rangga Jumawa," kata teman nya yg bernama Rangga Bantasena.
" Iya kakang, " sahut Rangga Jumawa.
Ia pun meminta ketiga orang teman nya yg lain untuk bersiap pula.
" Malam ini terasa sangat dingin lain dari biasa nya Adi Jumawa, apakah kau merasakan nya ?" tanya Rangga Bantasena lagi.
" Aku pun merasakan nya , apakah ini memang perasaan ku atau memang ada hal yg lain, " jawab Rangga Jumawa sambil mendehem beberapa kali.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya