Eclipse, organisasi dunia bawah yang bergerak di bidang farmasi gelap. Sering kali melakukan uji coba demi mendapatkan obat atau vaksin terbaik versi mereka.
Pada awal tahun 2025, pimpinan Eclipse mulai menggila. Dia menargetkan vaksin yang bisa menolak penuaan dan kematian. Sialnya, vaksin yang ditargetkan justru gagal dan menjadi virus mematikan. Sedikit saja bisa membunuh jutaan manusia dalam sekejap.
Hubungan internal Eclipse pun makin memanas. Sebagian anggota serakah dan berniat menjual virus tersebut. Sebagian lain memilih melumpuhkan dengan alasan kemanusiaan. Waktu mereka hanya lima puluh hari sebelum virus itu berevolusi.
Reyver Brox, salah satu anggota Eclipse yang melawan keserakahan tim. Rela bertaruh nyawa demi keselamatan banyak manusia. Namun, di titik akhir perjuangan, ia justru dikhianati oleh orang yang paling dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Dengan mengenakan APD lengkap, Reyver kembali memasuki laboratorium yang kemarin membuatnya kritis dan hampir mati. Tatapannya terus tertuju pada hasil reaksi kimia yang masih tetap di wadahnya.
Sedikit berbeda dari terakhir kali Reyver melihatnya, sekarang cairan vaksin itu berwarna merah muda. Jernih, tidak pekat sama sekali.
"Dilihat dari warna dan teksturnya, mudah-mudahan ini tidak mengandung racun yang berbahaya," batin Reyver.
Tidak sendirian ia di ruangan itu, tetapi bersama Martha, yang juga mengenakan APD serupa dengannya. Sementara Carlo menunggu di luar dan mengawasi keduanya lewat layar kamera.
Meski tak saling bicara, tetapi Reyver dan Martha kompak bekerja sama. Keduanya saling mengerti apa yang harus dilakukan tanpa menunggu perintah atau aba-aba. Memang selain pasangan kekasih, mereka juga merupakan partner kerja yang luar biasa.
Begitu lincah tangan Martha ketika mengambilkan alat-alatnya. Sementara Reyver dengan cekatan pula memulai analisanya. Dalam situasi yang serius itu keduanya sama-sama profesional, mengesampingkan perasaan dan mengedepankan urusan kerja.
Awalnya, Reyver masih positive thinking mengingat tekstur dan warna vaksin yang tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Mungkin dampak reaksi kemarin sudah hilang atau minimal berkurang secara alami, pikirnya.
Namun, setelah hampir satu jam melakukan penelitian, Reyver seperti ditampar kenyataan. Pasalnya, cairan vaksin yang tampak biasa itu ternyata merupakan virus berbahaya yang sangat mematikan. Apa yang terkandung di dalamnya bisa menyerang sistem pernapasan dan peredaran darah pada tubuh manusia secara ekstrem.
"Rey ... bukankah ini sama persis dengan gejala yang kita alami kemarin?" ucap Martha. Dia pun menemukan analisa yang tak jauh beda dengan Reyver.
"Iya."
Reyver hanya menjawab singkat. Tidak banyak yang bisa dia ucap kala itu. Pikirannya kacau, mengingat dirinyalah yang tak sengaja membuat virus itu. Ia takut kalau nantinya akan menjadi petaka untuk semua orang.
Selagi Reyver masih larut dalam pikiran yang tak menentu, Carlo memanggilnya lewat interkom. Pria itu menanyakan apa gerangan yang membuat Reyver mendadak diam dan seperti orang tegang.
"Ini masalah besar, Tuan. Vaksinnya berubah menjadi virus yang sangat berbahaya. Ia akan menyerang sistem pernapasan dan peredaran darah manusia secara ekstrem. Dan dilihat dari jenisnya, virus ini tidak hanya bertahan di udara, tetapi juga di benda mati lainnya. Untuk hasil ini memang belum ada data yang akurat, hanya perkiraan saya. Tapi ... saya yakin hasilnya juga tidak jauh dari perkiraan."
"Oh, kalau begitu teliti lebih lanjut! Pelajari virus itu dengan benar."
"Baik, Tuan. Saya akan mempelajari virus ini sedetail-detailnya. Saya yang tidak sengaja menciptakan virus ini, saya juga yang akan bertanggung jawab menjinakkannya," jawab Reyver.
Dari seberang, Carlo menjawab 'iya' dan tak lama kemudian memutus perbincangan.
Lantas, Reyver pun kembali fokus dengan pekerjaannya. Dia tak tahu kalau di luar sana Carlo sedang mengulas senyum miring. Pria itu sudah merencanakan sesuatu yang sama gilanya dengan ambisi tempo hari. Sayangnya, Reyver tidak menyadari itu. Reyver masih menganggap semuanya akan berjalan normal.
_______
Penelitian virus yang muncul dari vaksin gagal di Eclipse tidak cukup sehari atau dua hari, tetapi memakan waktu sampai dua minggu penuh.
Mereka tak hanya melakukan penelitian lewat alat-alat di laboratorium saja, melainkan juga melakukan uji coba di lapangan dengan menggunakan hewan.
Eclipse memiliki ruangan khusus yang sangat luas, yang memang diperuntukkan sebagai tempat uji coba, sebelum obat atau vaksin yang mereka produksi digunakan pada manusia sungguhan.
Dalam penelitian virus kali ini mereka memilih kera, karena hewan itulah yang paling mirip dengan manusia. Mulai dari kesamaan genetik, struktur anatomi, sistem imun, juga kemampuannya dalam beradaptasi.
Percobaan awal, Reyver dan rekan-rekannya menempatkan lima kera dalam ruangan yang telah tercemar aerosol virus. Tidak sampai satu menit, lima kera itu jatuh dan mati. Lantas, mereka menempatkan bangkai kera yang sudah mati ke dalam ruangan yang tidak tercemar virus—ada beberapa ekor kera sehat yang juga dimasukkan ke sana. Hasilnya, kera-kera yang sehat itu ikut mati dalam hitungan detik.
Percobaan kedua, mereka menggunakan dua batang daun yang kemudian disuntik virus tersebut. Lalu diletakkan di ruangan yang berbeda. Ruangan pertama, mereka memasukkan kera pada hari yang sama. Sementara di ruangan kedua, mereka memasukkan tiga hari setelahnya. Hasilnya, sama. Lagi-lagi kera yang digunakan untuk uji coba mati dalam hitungan detik. Semua itu sangat sesuai dengan prediksi Reyver, yang mana virus bisa menular melalui udara dan bisa bertahan pada benda mati.
Terakhir, Reyver dan rekannya melakukan uji coba dengan menyuntikkan obat terbaru Eclipse pada seekor kera, sebelum dimasukkan dalam ruangan yang telah terpapar virus. Hasilnya, kera tersebut hanya lemas dan pingsan. Setelah beberapa kali disuntik kembali dengan obat yang sama, keadaan kera itu berangsur membaik. Namun, dalam waktu sepuluh hari, kera itu belum juga pulih normal.
"Obat terbaru kita bisa bekerja dengan lumayan, Tuan. Secepatnya saya akan menjinakkan virus ini dengan komposisi obat tersebut. Semoga saja saya bisa melakukan ini dengan lancar dan tidak membuang waktu. Karena dari hasil penemuan saya, dalam usia lima puluh hari virus ini akan berevolusi menjadi lebih kuat. Takutnya kita tidak bisa menjinakkan setelah ia berevolusi. Terhitung dari reaksi pertama, usia virus ini sekarang sudah tujuh belas hari. Kita hanya punya waktu tiga puluh tiga hari lagi," ujar Reyver sambil menunjukkan data-data hasil penelitiannya.
Namun, mendengar itu Carlo malah tertawa.
"Untuk apa dijinakkan? Lebih baik kau manfaatkan waktu untuk mengembangkan obat terbaru kita agar bekerja lebih baik," ucap Carlo.
"Lantas bagaimana dengan virus itu, Tuan? Kita tidak bisa terus menyimpannya. Kita—"
"Aku akan menjual virus itu. Dan kau ... fokus saja mengembangkan obatnya," pungkas Carlo.
Ucapannya sangat mengejutkan. Bukan hanya Reyver, melainkan juga Martha, Francesco, dan anggota Eclipse yang lain. Namun, semua hanya diam, hanya Reyver yang berani menjawab.
"Tuan, virus ini sangat mematikan. Anda tidak boleh menjualnya."
"Kenapa?" bentak Carlo. "Kau tahu berapa banyak kerugian akibat kegagalan kita kali ini, waktu, uang, dan juga empat puluh tujuh nyawa dari anggota Eclipse. Kau tidak memperhitungkan itu, Reyver?" sambungnya.
"Saya memperhitungkannya, Tuan, tapi—"
"Kau tahu, ada dua negara yang sedang terlibat konflik besar. Jika kita menjual virus ini pada salah satunya, bayangkan ... berapa banyak uang yang akan kita terima. Karena virus ini akan menjadi senjata yang paling efektif, bahkan dibanding nuklir sekalipun. Reyver, kau jangan bodoh! Kita harus memanfaatkan peluang untuk menutup kerugian yang sudah terjadi," ucap Carlo. Untuk kedua kalinya ia memotong kalimat Reyver.
Bersambung...