Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona pria dingin
Singkat cerita, setelah cukup lama dalam perjalanan, mereka pun berhenti di suatu tempat asing yang ramai.
Setelah turun dari taksi, laki-laki itu pun mengajak Farrah makan di sana.
" Ayo kita makan dulu. " Ajak laki-laki itu.
Farrah pun mengangguk tanda setuju, mereka akhirnya memutuskan untuk makan di sebuah lesehan yang ada di sana.
Laki-laki itu sengaja memilih lantai atas untuk tempat mereka makan, agar bisa menikmati indahnya pemandangan perbukitan yang membentang hijau di kiri kanan lesehan itu.
Setelah selesai makan, Farrah dan laki-laki itu pun mengobrol dan saling berkenalan, karena mereka belum tahu nama satu sama lain.
" Oh ya kita belum kenalan, namaku Martin. " Ucap Martin seraya mengulurkan tangannya.
" Farrah. " Sahut Farrah seraya menyambut tangan Martin.
Ada perasaan aneh yang tak bisa dijelaskan yang mereka rasakan saat berjabatan tangan.
Hal itu membuat keduanya terlihat tertegun dan tidak langsung melepaskan jabatan tangan mereka dalam waktu lebih dari satu menit.
Menyadari saling membeku saat berjabatan tangan, Farrah dan laki-laki itu pun langsung melepaskan tangan mereka dengan cepat.
Keduanya tampak malu namun bahagia, Farrah dan laki-laki itu pun kemudian langsung mengambil cup jus strawberry masing-masing yang terlihat masih tersisa setelah cup lagi itu.
...***...
Singkat cerita, setelah menghabiskan jus strawberry masing-masing, laki-laki bernama Martin itu kembali menanyakan perihal kejadian yang dialami Farrah di bandara dua hari yang lalu.
" Umm.. maaf, laki-laki yang di bandara kemarin siapa?, kenapa dia memukul kamu?. " Tanya Martin dengan nada hati-hati.
Farrah terlihat tertegun, memikirkan bagaimana cara menjawab pertanyaan Martin, karena dia mempertimbangkan untuk tidak memburukan nama ayahnya.
Namun setelah mempertimbangkan hal itu dari segala sisi, Farrah akhirnya memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya pada Martin.
Sambil menahan tangis, Farrah mengatakan bahwa laki-laki tua yang memukuli dirinya di bandara dua hari yang lalu adalah seorang rentenir dari kota.
Farrah menceritakan bahwa, ayahnya telah menjualnya pada rentenir itu untuk melunasi hutang sang ayah yang sudah menumpuk hingga miliaran rupiah.
Mendengar cerita Farrah, Martin pun menghela napas, matanya terlihat berkaca-kaca.
Sangat prihatin dengan keadaan Farrah, Martin pun mengajak Farrah untuk meninggalkan daerah itu.
" Kamu bawa KTP enggak? " tanya Martin.
" Iya. " Jawab Farrah singkat.
" Bagaimana kalau kita tinggal di tempat yang jauh dari sini? " tanya Martin lagi.
Farrah yang sangat terpukul dan kecewa dengan apa yang dilakukan oleh sang ayah padanya, langsung setuju dengan ide Martin itu.
" Iya, kayaknya memang harus begitu. " Jawab Farrah dengan suara seperti menahan tangis.
Tanpa menunggu lama, Martin pun langsung memesan tiket pesawat tujuan bali.
Setelah beberapa saat, Martin pun mengajak Farrah ke bandara, karena pesawat yang akan mereka tumpangi akan terbang jam 4 sore.
...***...
Setibanya di bandara, Martin dan Farrah langsung menuju counter untuk melakukan checkin.
Sempat terjadi gangguan teknis saat checkin, membuat Farrah dan Martin sedikit menunggu.
Seketika Farrah merasa cemas, trauma akan Jarwo masih menghantui pikirannya.
Farrah tampak lega, saat petugas memberitahu bahwa sistem sudah normal kembali, proses checkin pun dilanjutkan.
Setelah checkin selesai, Martin dan Farrah langsung menuju ruang tunggu.
Beberapa menit kemudian, waktu boarding pun tiba.
Farrah dan Martin pun menunjukkan boarding pass mereka pada petugas, lalu berjalan menuju pesawat.
Sementara, beberapa pria yang menculik Farrah kemarin tengah berdebat di telpon dengan seseorang.
" Kami sudah menjaganya dengan baik, Bu boss. Kami tidak tahu siapa laki-laki itu, tiba-tiba saja si Nona sudah bersama laki-laki itu saat di depan rumah sakit. " Ujar penculikan itu.
" Pokoknya saya tidak mau tahu, kalian harus temukan dia!!!. " Balas seseorang yang dipanggil Bu boss itu seraya mengakhiri panggilan telpon.
Para penculik itu pun segera berbagi tugas untuk mencari keberadaan Farrah.
Mereka berpencar, dan mencari Farrah di tempat yang berbeda.
Sementara Farrah dan Martin tengah menikmati pemandangan awan dari dalam pesawat, sambil menunggu pesawat lepas landas.
Tak lama kemudian, seruan untuk mengenakan sabuk pengaman pun sudah terdengar, Farrah dan Martin pun segera memperbaiki posisi duduk dan langsung memasang sabuk pengaman.
Tanpa kendala apa pun, pesawat tujuan Bali itu pun bertolak meninggalkan Kota Pangkalpinang.
...***...
Singkat cerita, setelah beberapa jam dalam perjalanan, pesawat yang ditumpangi Farrah dan Martin pun tiba di bali.
Setelah turun dari pesawat, Martin langsung mengajak Farrah ke sebuah villa yang berlokasi di Ubud, yang telah ia sewa secara online beberapa jam yang lalu.
Setibanya di tempat tujuan, Farrah dikejutan oleh pesona pemandangan di sekitar villa.
Seketika ia merasa semua masalahnya hilang, saat melihat keindahan alam sekitar villa itu.
" Farrah, ayo masuk. " Ajak Martin sambil meletakkan sepatunya ke rak sepatu di dekat pintu.
Penampakan ruangan yang estetik itu membuat Farrah sangat kagum, ia terlihat memegang-megangi sudut dinding di dekat TV.
" Untuk sementara kita tinggal di sini dulu ya. " Ujar Martin seraya mengambil remot AC.
Setelah beberapa jam beristirahat, Martin tampak tidak tahan dengan perasaan yang bergejolak di hatinya.
Ia beranjak dari sofa, dan langsung menghampiri Farrah yang sedang mencuci gelas di wastafel di dapur.
Betapa terkejutnya Farrah ketika ia menoleh, tiba-tiba ada Martin berdiri di belakangnya.
" Martin. " Ucap Farrah dengan ekspresi kaget.
Dengan napas yang terdengar tidak teratur, Martin menatap Farrah sangat dalam.
" Aku mencintaimu Farrah. " Ucap Martin seraya memeluk Farrah.
Farrah tampak kaget dan tidak menjawab sepatah kata pun, dengan mata berbinar Farrah pun membalas pelukan Martin dengan tulus, isyarat bahwa ia juga mencintai Martin.
" Tidak ada yang boleh menyakitimu, termasuk ayahmu!. " Ujar Martin yang masih memeluk erat Farrah.
Farrah tampak meneteskan air mata di pelukan Martin.
...***...
Singkat cerita, tiga bulan sudah Farrah dan Martin tinggal di bali. Semakin hari Martin semakin protektif terhadap Farrah, ia tidak pernah membiarkan Farrah pergi ke luar sendirian walaupun hanya ke mini market.
Selama mengenal Martin, Farrah hampir tidak pernah melihat Martin tersenyum apalagi tertawa.
Malam itu, bertepatan pada malam minggu, Farrah dan Martin tidak pergi ke mana-mana.
Mereka berdua lebih memilih menghabiskan malam minggu di balkon villa saja, mengobrol sambil menikmati teh hangat.
Farrah pun mencoba memancing tawa Martin, dengan menceritakan pengalaman lucunya.
Dalam pelukan Martin, Farrah menceritakan pengalaman lucunya saat menjadi waiter di rumah makan di daerahnya.
Saking lucunya, Farrah pun tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata.
Namun pria asal pulau Jawa itu tetap datar, ia tidak tertawa sama sekali.
" Kenapa kau tertawa sampai segitunya?, apanya yang lucu?. " Tanya Martin dengan ekspresi datar.
Mendengar pertanyaan Martin, Farrah sontak kaget dan berhenti tertawa, ia merasa usahanya sia-sia.
" Dia kenapa ya? " Gumam Farrah dalam hati sambil mencuri pandang wajah Martin.
Akhirnya Farrah pun memberanikan diri untuk bertanya langsung pada Martin.
" Ummm.. Martin kamu kenapa jarang sekali tersenyum? " tanya Farrah pada kekasihnya itu dengan nada hati-hati.
" Itu tidak penting. " Jawab Martin sambil membelai-belai rambut Farrah.
Saat tengah asik bermesraan, Martin dan Farrah dikejutkan oleh nada panggilan masuk dari ponsel Martin.
Martin pun beranjak dan mengambil ponselnya dari kantong baju, ternyata yang menelpon adalah Anna adiknya.
Martin kemudian sedikit menjauh dari Farrah, untuk mengangkat telpon dari adiknya itu.
" Kak, Rumah kita dikepung, katanya mereka orang-orangnya om Baskoro. " Ujar Anna.
" Tetap tenang, tidak usah takut!. " Balas Martin seraya menutup panggilan telpon.
Tak berselang lama, Martin pun memberitahu rekannya bernama Bagas, untuk berjaga di sekitar rumahnya selama ia tidak di rumah.
" Halo Gas. Titip rumah gue ya, Anna bilang orang-orangnya Baskoro mengepung rumah gue. " UJar Martin.
" Aman bro. " Balas Bagas.
Martin pun mengakhiri panggilan telpon itu, betapa terkejutnya Martin, ketika ia menoleh dan mendapati Farrah berdiri di sampingnya.
...Bersambung.........
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪