Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Melampiaskan Amarah
Sampai di rumah Dewa masih saja diam, bersikap acuh, dan dingin lagi pada Fitri. Fitri saja bingung dengan sikap Dewa yang seperti itu. Tidak mau berurusan dengan suaminya itu, yang nantinya akan menjadi perdebatan atau malah Dewa marah, akhirnya Fitri langsung masuk kamarnya.
Belum juga Fitri masuk ke kamar, Dewa tiba-tiba menarik tangan Fitri, dan menyandarkan Fitri ke dinding samping pintu kamarnya.
“Mas, apaan sih!” ucap Fitri dengan berontak, tapi sayangnya tangan Fitri dicekal Dewa dengan begitu kencang, dan diangkat ke atas kepalanya Fitri. Fitri menjadi takut tiba-tiba Dewa bersikap begitu padanya. Menatap wajahnya dengan tatapan sinis dan tajam, lalu menyeringai seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Kali ini Fitri benar-benar takut sekali, tidak berani melawan, karena tubuhnya sudah dikuasai Dewa.
“Mas, lepaskan!” pekik Fitri dengan suara bergetar karena takut.
“Cantik juga ternyata kamu, Fit? Bodoh ya aku, punya istri yang cantik begini gak aku sentuh, pipinya mulus, tanganmu mulus, ternyata kamu jauh lebih cantik dari Niken,” ucap Dewa dengan seringai yang menakutkan, apalagi tangan Dewa dari tadi menyentuh lembut pipi dan tangan mulus Fitri.
“Dewa, stop!”
“Bilang apa tadi kamu? Stop? Bukankah ini yang kamu mau? Gak usah sok jual mahal, dengan kamu mencintaiku sendiri saja harga dirimu juga sudah jatuh, Fitri? Lalu apa salah jika aku menyentuhmu, dan menikmati tubuhmu ini?”
Ucapan Dewa semakin ngelantur, tangannya pun sudah mulai berani menjamah bagian perut datar Fitri, juga sedikit merambah ke bagian dadanya yang selama ini Fitri tutupi dengan pakaian yang longgar. Fitri memang jarang pakai pakaian yang ketat, dia lebih suka memakai pakaian yang cukup longgar, itu karena untuk menutup aset berharga di dadanya yang terlihat cukup besar dan montok.
“Jangan lakukan itu, Dewa!” Fitri mencoba berontak, tapi tangan Dewa begitu kuat mencengkeram tangan Fitri, kakinya pun mengunci kaki Fitri, hingga Fitri tidak bisa bergser sedikit pun tubuhnya.
“Jangan lakukan? Aku ini suamimu, Fitri ... Bukannya selama tiga tahun ini kamu sudah menanti hal yang seperti ini? Baiklah aku akan lakukan itu, aku tidak mau menyia-nyiakan tubuh indah kamu. Bego ya aku, ada tubuh yang begini aku anggurin? Harusnya sudah aku habisi dari dulu, persetan dengan cinta!” ucap Dewa, lalu wajahnya mendekati wajah Fitri.
“Dewa, lepaskan!”
Mau seberapa kuat Fitri memberontak, lebih kuat cengkeraman tangan dan himpitan tubuh kekar Dewa. Dewa sudah benar-benar kehilangan kendali kali ini. Dia begitu marah melihat kejadian di mobil papanya tadi, dia pun marah pada dirinya sendiri yang masih belum bisa melupakan cintanya pada Niken. Dewa tidak peduli jika kali ini akan membuat Fitri sakit, dia harus bisa melawan rasa jengkel dengan Papanya yang bisa-bisanya melakukan di sembarang tempat dengan istrinya, apalagi istri papanya adalah orang yang Dewa cintai selama ini. Dewa sadar dia salah besar masih mencintai Niken yang sekarang menjadi istri papanya.
Dewa mendekatkan wajahnya, dia menciumi pipi Fitri, lalu turun ke leher jenjang Fitri, ia menciuminya dengan sedikit kasar, sama seperti tadi Papanya mencium Niken, sedikit kasar dan mengingat saat Niken menikmati ciuaman papanya itu membuat Dewa naik darah, dan melampiaskan kemarahan itu pada Fitri. Entah kenapa dia ingin melampiaskan kemarahannya itu pada Fitri.
“Dewa, cukup! Jangan lakukan ini terlalu jauh! Aku tidak mau, kamu tidak mencintaiku, Dewa!”
Dewa menghentikan aktifitasnya itu, apalagi tadi sudah hampir mencium bibir Fitri. Dia menatap Fitri dengan tatapan penuh nafsu. Jiwa dan raganya sudah dipenuhi oleh nafsu, baik itu nafsu syahwat dan juga nafsu amarahnya.
“Cinta? Persetan dengan cinta, Fitri! Jalang di luar sana saja bermain tanpa cinta?”
“Aku bukan perempuan seperti itu, Dewa! Aku mau disentuh suamiku dengan cinta dan kasih sayang! Bukan begini!” erang Fitri yang marah, dan menangis.
“Aku tidak peduli itu. Kamu sudah jadi istriku, jadi terserah aku mau menyentuh kamu dengan cara apa pun?” ucap Dewa.
“Kamu kenapa, Dewa? Kenapa kamu begini? Lepaskan aku!”
Tidak peduli ucapan Fitri, Dewa malah membungkam bibir Fitri dengan bibirnya. Ia kecup bibir Fitri dengan penuh nafsu. Fitri hanya bisa menangis, dia sama sekali tidak membalas ciuman Dewa itu. Dewa terus mengulum bibir manis Fitri dengan penuh gairah, ia pun berusaha melesakkan lidahnya ke dalam mulut Fitri, dengan sedikit gigitan kecil di bibir Fitri, akhirnya Fitri membuka mulutnya, dan dengan mudah Dewa melesakkan lidahnya ke dalam.
Tidak sampai di situ, tangan Dewa mulai menjamah setiap inci tubuh Fitri. Fitri tidak bisa berontak sama sekali, tubuhnya sudah terkunci oleh Dewa. Dia hanya pasrah dan menangis. Dia pasrah akan seperti apa nasibnya setelah ini. Meski Dewa suaminya, tapi Fitri mau mendapatkan sentuhan pertama yang lembut dari suaminya.
Dewa masih merasakan kenyalnya dada Fitri. Dia menarik paksa gaun Fitri sampai robek bagian atasnya, hingga terpampang jelas penutup dada Fitri yang berwarna biru muda, senada dengan gaun yang Fitri pakai malam ini. Tidak mau lama-lama Dewa melepas penutup dada Fitri.
“Tolong jangan begini, Dewa. Jangan begini, kita bisa melakukannya dengan baik-baik. Aku akan layani kamu dengan baik, tapi jangan begini Dewa. Aku mohon ... aku mohon, Mas ...,” ucap Fitri dengan sesenggukkan.
“Ternyata ini alasan kamu pakai baju yang longgar selama ini, Fit? Buat nutupin dadamu yang seseksi ini? Oke, kalau kamu mau aku melakukan dengan lembut, tapi kali ini aku ingin sedikit kasar dengan kamu, Fit.”
“Tolong jangan begini, Dewa,” rintih Fitri saat merasakan tangan Dewa sudah meremas dadanya dengan sedikit kasar.
“Ahk ... sakit, Mas!” pekik Fitri lirih.
Tapi semua itu percuma, mau Fitri bilang sakit sekali pun Dewa tidak peduli, dia terus melakukannya. Mer-emas dan menye-sap dada Fitri. Fitri tidak bisa menahan gejolak yang sudah membuncah di tubuhnya. Mau dengan kasar sekali pun, tubuh Fitri merespon sentuhan Dewa dengan baik.
Tangan Dewa mulai merambat ke bawah, menyentuh aset berharga Fitri yang selama ini Fitri jaga, hanya untuk orang yang Fitri cintai saja. Kali ini Fitri hanya bisa pasrah, dia yang tadinya marah, seketika amarahnya reda, karena Dewa lah yang menyentuhnya, orang yang dia cintai, bukan orang lain. Sekali pun harga dirinya turun, karena Dewa menyentuhnya bukan karena cinta, tapi Fitri sudah tidak memedulikan itu. Dia sudah bisa menikmati sentuhan Dewa, meski sedikit kasar.
“Good job, tubuhmu merespon dengan sangat baik, Fit. Enak, kan?” bisik Dewa.
Tidak ada jawaban dari mulut Fitri, dia hanya bisa menangis dan sesekali mengeluarkan desahan kecil dari mulutnya karena perbuatan Dewa.
“Terus keluarkan suaramu yang manja itu, Fit. Aku suka,” bisik Dewa, lalu kembali memagut bibir Fitri dengan kilas, dan kembali menyesap dada Fitri.
“Ahh ... Dewa ....”
smg saja pada nemu kebahagian sendri2 setelahnya
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣