Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 17
2 minggu berikutnya.
Joana melangkah keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Ponselnya berdering, Joana melemparkan handuknya ke atas sofa, dan segera menerima panggilan video dari Ibunya.
"Halo Mom..." Joana memekik riang begitu ia melihat wajah cantik Ibunya. Ibunya tersenyum. Senyuman indah yang sedikit bisa mengobati kerinduannya.
Sambil menerima panggilan dari Ibunya, Joana melenggang menuju dapur berencana membuat sarapan. Ya setiap akhir pekan, ia akan sarapan bersama dengan Ibu dan juga Adiknya melalui panggilan video.
"Apa kau sudah sarapan, sayang?" Tanya Isabella. Wanita paruh baya itu baru menyelesaikan membuat sarapan.
"Belum Mom," Joana mengambil mangkuk, dan 3 butir telur, daging cincang, serta bawang bombay dari dalam kulkas. Sarapan kali ini, ia akan membuat omelette menggunakan resep dari Ibunya.
"Ayo, kita sarapan bersama." Ajak Isabella, "tunggu sebentar, Mommy mau memanggil Adikmu." Berikutnya Isabella memanggil putri keduanya itu.
Joana mulai mengocok telur setelah ia mencampurkan bahan lainnya, kemudian ia memasaknya di wajan dengan api sedang. Tiba-tiba bell apartemennya berbunyi. "Siapa yang datang sepagi ini?" Joana membiarkan ponselnya tergeletak di meja bar, langkahnya berbelok menuju pintu.
"Nathan." Ia melihat pria itu dari lubang kecil yang berada di pintu unitnya. Joana tidak langsung membuka pintu, justru ia kembali ke dapur, menyambar ponselnya.
"Kau dari mana, Nak?"
"Temanku berkunjung, Mom. Sarapan-lah lebih dulu bersama Nichole. Nanti aku akan menghubungimu lagi."
"Baiklah, jangan melupakan sarapanmu." Pesan Ibunya yang ia balas anggukan. Panggilan berakhir, pun bell kembali berbunyi. Joana buru-buru menyisir rambutnya menggunakan jemarinya, sebelum ia membuka pintu untuk Nathan. .
"Nathan.." Senyuman manis ia terbitkan, menyambut kedatangan pria itu.
"Hai.. " Nathan melambaikan satu tangannya menyapa Joana. Tak lupa ia juga memamerkan senyuman terbaiknya. Sejak hubungan mereka bertambah dekat, Nathan lebih sering tersenyum. Senyuman spesial, yang ditunjukannya hanya untuk Joana seorang bukan yang lain termasuk netizen sekalipun. Jadi, wahai kalian netizen janganlah iri. 😏
"Apa kau tidak terkejut?"
"Jadi, kedatanganmu kesini, kau berencana ingin membuat kejutan untukku?" Nathan mengangguk sebagai jawaban. "Ulangi kalau begitu." Dengan tiba-tiba Joana menutup pintu menimbulkan kerutan di dahi Nathan. Selanjutnya, pria itu terkekeh memahami ucapan Joana. Pada akhirnya, Nathan mengikuti kemauan Joana, ia menekan bel yang ke tiga kalinya.
"Kejutan!" Seru Nathan ketika pintu dibuka oleh Joana. Sedikit kekanak-kanakan, tapi tidak masalah untuknya.
"Nathan!!" Joana tidak kalah serunya, ia bertingkah seperti gadis polos yang terkejut karena mendapatkan kejutan yang tidak terduga.
Nathan melipat bibirnya, menahan tawa. "Hai.. Joana." Sampai detik ini, pria itu melakoni perannya dengan sangat baik.
"Aku terkejut sekali, Nathan. Kenapa kau datang kesini pagi-pagi sekali?"
"Aku ingin mengajak-mu sarapan bersama," Nathan memberikan tote bag yang dibawanya kepada Joana. Menu sarapan yang di pesannya tadi di cafe favoritnya. Cafe yang menjadi saksi pertemuan pertamanya dengan Joana.
"Apa yang kau bawa?" tanya Joana mengambil alih tote bag tersebut dari tangan Nathan.
"Lihatlah."
Joana mengintip isi dari dalam tote bag tersebut, "ayam tepung," sebut Joana riang, "dan sup cream. Thanks Nathan, kebetulan sekali aku belum sarapan. Kau datang disaat yang tepat."
"Omong-omong, kau tidak memberi izin temanmu untuk masuk?"
Joana tersenyum, "silahkan masuk, Tuan." Itulah yang harus dilakukannya sejak tadi. Nathan mengekori langkah Joana. Sampai di tengah ruangan, aroma hangus menguar menusuk indra penciuman mereka.
"Apa kau memasak sesuatu, Joana?"
Joana menepuk dahinya. "Ya Tuhan, omelette-ku." Gadis itu mengarahkan kakinya ke dapur di ikuti Nathan. Benar saja, asap mulai menguar dari wajan yang berada diatas kompor dalam keadaan api yang menyala.
Joana buru-buru mematikan kompornya, tanpa sadar ia menyentuh wajan tersebut, "Shhh... " rintihnya sambil memegangi tangannya yang terkena wajan.
Nathan menarik tangan Joana menuju wastafel untuk membasuh luka di kulit gadis itu. "Kenapa kau tidak berhati-hati, Joana. Lihatlah tanganmu terluka." Nathan terlihat cemas. Pria itu mengangkat tangan Joana ke mulutnya lalu ia meniup-niupkan napasnya di atas luka bakar Joana.
"Kau duduklah, " Nathan menarik lagi tangan Joana, menuntunnya duduk ke atas sofa. "Apa kau mempunyai obat salep?" Joana menunjuk ke arah laci meja yang berada di bawah televisi.
Nathan beranjak. Ia membuka laci dan mengambil obat. Kemudian, pria itu duduk di sisi Joana, "berikan tanganmu." pria itu menarik tangan Joana yang terluka, lalu mengolesinya dengan obat salep sambil meniupkan napasnya di atas luka tersebut.
Sepersekian detik, Joana kesulitan bernapas. Ia memegangi dadanya, merasakan detak jantung berpacu dengan sangat cepat. Perasaan apa ini? apa aku sedang jatuh cinta. Tidak-tidak, aku hanya mengaguminya. Ya perasaan kagum karena Nathan terlalu menawan, dan sikap manis pria itu bonusnya.
Seulas senyuman terbit di bibirnya. Joana teringat dengan Ayahnya yang cemas apabila melihatnya terluka, dan apa yang dilakukan Nathan sama persis dengan apa yang Ayahnya lakukan.
"Hei, kau melamun? ada sesuatu yang kau pikirkan?"
"Tidak ada Nathan." Joana menarik tangannya ketika pria itu selesai mengobati lukanya. "Sepertinya sup krimnya sudah dingin. Aku akan menghangatkannya lebih dulu. Kau tunggulah disini. Aku tidak akan lama." Joana tersenyum canggung sesudahnya ia meninggalkan pria itu.
Di dapur, Joana meringis, begitu melihat rupa omelette yang berada di wajan. Bulat, hitam dan terlihat buruk. Jika bentuknya seperti ini bagaimana rasanya. Pun Joana membereskan wajan, membuang omelette-nya.
"Aku akan membantumu." Kata Nathan. Tiba-tiba pria itu berdiri di belakangnya berhasil membuat jantungnya kembali tidak aman. Joana membalikkan tubuhnya, agar bisa menatap pria itu. "Tidak perlu, Nathan. Kau duduklah dengan nyaman. Aku bisa mengurus semua."
"Katakan dimana mangkuknya?" Tanya Nathan menghiraukan larangan Joana barusan. Jika, sudah seperti ini, yang bisa Joana lakukan memberitahu dimana ia menyimpan mangkuk. "Ada di lemari sebelah kiri."
Nathan mengambil mangkuk dari lemari yang di tunjuk Joana, sedangkan Joana mengeluarkan makanan yang dibawa Nathan. Ternyata bukan hanya Ayam tepung, dan sup krim yang dibawa pria itu, akan tetapi ada juga kentang goreng.
Nathan meletakan dua mangkuk di depan Joana ketika Joana sedang menghangatkan sup. "Biar aku saja yang mengerjakannya. Tanganmu masih terluka." Nathan merebut sendok sayur dari tangan Joana, lalu ia mengaduknya.
"Supnya sudah mendidih." Joana mematikan kompor. Aroma sup menguar membuat perutnya bertambah lapar. "Dari aromanya sepertinya sangat lezat."
"Kau ingin mencicipinya dulu?" tawar Nathan.
"Itu tidak perlu. Aku ingin segera memakannya."
.
.
.
Terimakasih banyak yang sudah lanjut baca FYHM sampai bab ini. Jangan lupa like dan kasih komentar. Terimakasih yang tak terhingga dari aku masa depannya Nathan. ♥♥♥
cuma butuh dijil*t langsung kuat nempellnya🏃🏃🏃
pakai lingerie supaya lebih menantang dan makin seru
berapa bahagianya Joana mendapatkan perlakuan manis dan di ratukan oleh seseorang 😍😍😍